Nasional

IPW: Kasus Penyerangan Polres Dharmasraya Adalah Modus Baru Terorisme di Indonesia

Oleh : hendro - Minggu, 12/11/2017 16:57 WIB

Gedung Polres Dharmasraya, Sumatera Barat habis terbakar. (Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID- Ind Police Watch (IPW) menilai kasus penyerangan dan pembakaran terhadap Polres Dharmasraya di Sumatera Barat adalah modus baru dalam dunia terorisme di indonesia. Sebab kedua pelaku yang diduga sebagai teroris itu berhasil membakar kantor polisi atau polres.

Dari pantauan Ind Police Watch (IPW) selama ini aksi penyerangan teroris terhadap institusi polri lebih kepada anggota kepolisian. Ada yang ditembak atau dibacok atau terkena ledakan bom teroris. Kalaupun ada fasilitas polri yang diserang lebih kepada aksi penembakan dari jarak jauh.

Namun dalam kasus polres dharmasraya, kata Presidum IPW teroris nekat melakukan aksi pembakaran. “Artinya para teroris indonesia semakin berani melakukan perang terbuka dan perang jarak dekat dengan anggota kepolisian,” kata Neta kepada INDONEWS dalam keterangan tertulisnya, Minggu (12/11/2017). 

Neta memperigatkan agar seluruh jajaran Polri dapat mencermati dan waspada terahdap sikap nekat para teroris agar anggotanya maupun fasilitasnya tidak terus menerus menjadi bulan bulanan teroris.  Perang terbuka dan perang jarak dekat yang dilakukan teroris kepada jajaran kepolisian belakangan ini kerap terjadi. Setelah serangan bom kampung melayu yang menewaskan sejumlah polisi, para teroris melakukan serangan ke Polda Sumut yang menyebabkan satu polisi tewas. 

Neta menilai, kasus di polres dharmasraya hampir sama dengan kasus penyerangan di Polda Sumut. Dimana para teroris melakukan serangan di tengah malam menjelang pagi. Di polda sumut teroris menikam polisi sampai mati tapi di Dharmasraya teroris membakar kantor polisi.

Neta menjelaskan, dari kasus ini ada dua yang harus menjadi perhatian polri agar bisa mempersempit ruang gerak teroris. Pertama, kasus Dharmasraya dan Polda Sumut menunjukkan bahwa jajaran kepolisian tidak boleh lengah, terutama saat tengah malam dan dinihari. Dua, serangan di Sumut dan Dharmasraya menunjukkan bahwa serangan terjadi saat jam jam rawan dimana orang orang terjebak ngantuk yang hebat.

Neta menegaskan, dalam kedua kasus Sumut dan Dharmasraya menunjukkan tanpa bom teroris tetap bisa beraksi. Dengan senjata apa adanya para teroris tetap bisa melakukan perlawanan dan menyerang polisi.

Selain itu, kata Neta, kasus Dharmasraya menunjukkam bahwa dalam melakukan serangan para teroris tidak hanya terfokus di kota besar.”Kini mereka juga mengincer wilayah pedalaman. Fenomena ini perlu diantisipasi polri akan teror tidak kian menyebar,” ujarnya.(hdr).

 

Artikel Terkait