Nasional

Romo Franz Sesalkan Aksi WO Saat Malam Perayaan 90 Tahun Kolese Kanisius

Oleh : hendro - Selasa, 14/11/2017 08:27 WIB

Romo Franz Magnis Susesno (istimewa)

 

Jakarta, INDONEWS.ID - Kejadian aksi ‘walk out’ oleh Ananda Sukarlan yang diikuti beberapa alumni Kanisius saat acara 90 tahun Kolese Kanisius pada Sabtu (11/11/2017) malam lalu sepertinya menjadi polemik  berbagai kalangan. Tidak terkecuali Romo Franz Magnis Susesno.

Budayawan yang juga penerima penghargaan dalam acara tersebut  menilai, apa yang telah dilakukan panitia dengan menggundang Gubernur DKI  Anies Baswedan adalah sebuah hal yang wajar dalam perayaan 90 tahun sebuah sekolah ternama di ibukota.

Namun saat Gubernur DKI memberi sambutan atau bicara kemudian terjadi aksi ‘walk out’ dari sebagian hadirin, Romo Franz menilai, aksi tersebut sangat memalukan dan disesalkan. “Kecuali aksi ‘walkout’ itu dibenarkan andaikata Gubernur mengatakan sesuatu yang tidak senonoh/jahat/menghina hal itu bisa dibenarikan,” kata Romo Franz dalam keterangan tertulisnya kepada INDONEWS.  

Tetapi, kata Romo Franz, yang terjadi kemarin menunjukkan permusuhan terhadap pribadi Gubernur merupakan suatu penghinaan publik. Kok bisa? Di negara mana pun, di luar pertemuan politik, hal itu jarang terjadi. Saya kutip Saudara. Abdillah Toha: apakah, dengan kejadian ini diviralkan, "justru tidak menjadi counter productive dan akan mempertajam permusuhan di negeri yang sudah rentan intoleransi itu?".

Lebih lanjut Romo Franz mengatakan, Anies adalah Gupernur sah DKI, dipilih secara demokratis oleh suatu mayoritas meyakinkan. Politisi mana di dunia yang dapat diterima kalau ukuran seperti yang dipasang terhadap Anies diterapkan pada mereka? Betul, ucapan hal "pribumi" pantas ditegur  dan sudah banyak ditegur,  tetapi gupernur macam apa Anies nanti, harus ditunggu dulu. Amat disayangkan bahwa sebagian peserta menggunakan kesempatan seratus tahun Kanisius untuk menunjukkan permusuhan terhadap Gupernur DKI.

Romo Franz berpendapat, bukankah sikap yang benar adalah memberi dia (Anies-red)  kesempatan untuk membuktikan diri. “Kita Katolik tidak bisa memilih negara di mana kita hidup. 57 persen pemilih Jakarta memilih Anies. Umpamanya Habib Rizieq Syihab dipilih gupernur, kita juga harus dapat hidup dengan beliau. Kolese Kanisius harus menjalankan misinya dengan pemerintaan DKI mana saja, dan saya perkirakan bahwa justru karena itu Panitia mengundang Pak Anies,” ujar Romo.

Lebih jauh Romo Franz menambahkan, Saudara  Ananda Sukarlan berhak menolak Anies. Sebagai seorang Muslim ia tidak perlu dicurigai bersikap sektarian. “Namun saya tetap tidak dapat menyetujui kelakuannya. Tamu harus dihormati, tamu datang karena diundang panitia, maka semua yang ikut undangan panitia, harus menghormati tamu pun pula kalau secara pribadi tidak menyetujuinya. Silahkan panitia dikritik. Tetapi menginisiasikan suatau  demonstrasi penghinaan terbuka terhadap Gupernur DKI saya anggap penyalahgunaan kesempatan,” ungkapnya..

Selanjutnya, Romo Franz juga mengaku, bahwa dirinya tidak mendapatkan teks saat saudara. Ananda mengritik bahwa Romo Provinsial Sunu Hardiyanta "basa-basi" saja. Kalau yang dimaksud bahwa Romo Provinsial tidak mengambil sikap politis terhadap Anies dan macam-macam kecenderungan primordial, melainkan "hanya" menghargai apa yang sudah dilakukan Kanisius serta mengharapkan bahwa Kanisius terus meningkatkan kualitasnya dan terus menghasilkan manusia-manusia Indonesia bermutu:

“Itu bukan basa-basi, itu yang saya harapkan provinsial mengatakannya. Kanisius diharapkan menjalankan misinya di masa depan juga kalau, barangkali, situasi menjadi lebih sulit. Kiranya justru tepat yang dikatakan Romo Provinsial. Akhirnya, semoga Kanisius bisa maju terus, dan terus diterima baik oleh masyarakat,”katanya.

Artikel Terkait