Nasional

Menteri Jonan: Jurnalis Harus Bisa Membaca Latar Belakang Berita yang Ditulisnya

Oleh : very - Kamis, 16/11/2017 16:27 WIB

Menteri ESDM Ignasius Jonan. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Menjadi seorang jurnalis adalah sebuah pilihan hidup. Saat menceritakan sebuah peristiwa dalam sebuah tulisan, seorang jurnalis harus memiliki pemahaman yang cukup terhadap berita yang dibuat.

Jurnalis juga harus menceritakan sebuah peristiwa secara runtun dan detail, jangan dipisah-pisahkan agar tidak mebuat pembaca bingung.

Demikian pesan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan di depan calon jurnalis sebuah media nasional di Jakarta, Rabu (15/11).

Jonan mengatakan, jurnalis juga harus dapat memahami berita yang akan dibuatnya sehingga berita tersebut dapat memberikan pencerahan bagi pembacanya.

"Membaca background, membaca latar belakang berita yang akan dibuatnya, terserah bacanya, mau baca di laptop atau baca di handphone ini harus dilakukan, karena kalau tidak, makin lama kualitas pemberitaannya itu makin berkurang, ini menurut saya penting sekali loh," ujar Jonan seperti dikutip esdm.go.id.

Ditambahkan Jonan, jurnalis harus fokus kepada hal-hal yang substansif. Karena itu, dia mengharapkan berita yang akan disampaikan kepada masyarakat tidak "dipecah-pecah".

"Kualitas berita saat ini menurut saya makin kurang sekali, ini yang menurut saran saya harus diperbaiki dan pemberitaan juga harus fokus pada hal-hal yang substantif, jadi jangan berita terus dipecah, satu cerita jangan dipecah-pecah menjadi tujuh (hingga) delapan, akhirnya orang bingung memahaminya," tambah Jonan.

Menurut Jonan, jika media masih memecah-mecah berita menjadi beberapa judul, maka akan ada saingan-saingan media baru yang akan mengalahkan. Oleh karena itu, jika seorang jurnalis ditugaskan, menurut Jonan, sebaiknya dipelajari lebih dahulu latar belakang sejarah sektor, kegiatan atau sisi kehidupannya. Hal tersebut penting sekali karena jika tidak, pasti tidak akan memahami beritanya sama sekali.

Jonan juga berpesan pada jurnalis agar sering melakukan riset, paling kurang riset kepustaaan. Hal itu agar pemahaman atau nuansa yang ditangkap lebih cepat atau lebih baik.

"Anda tidak akan dapat menjadi ahli, tidak pernah. Di sektor apapun tidak akan pernah, karena yang dapat menjadi ahli adalah orang yang melakukannya langsung. Kalau Anda kan menulis, tapi sekurangnya Anda tahu latar belakangnya apa, sejarahnya apa, ke depan perspektif Anda apa, dan kalau memang memungkinkan kalau saya menganjurkan itu coba ada pendidikan berkelanjutan disektor yang Anda ditugaskan. Itu penting sekali," terang Jonan.

Mengakhiri pesannya, Jonan mengatakan, seorang jurnalis harus menulis berita yang dilihat dan dialaminya sendiri. "Saya minta kalau Anda mau menulis Anda harus melihat sendiri, jangan menulis sesuatu apalagi memberikan opini kalau Anda tidak tahu persis apa yang terjadi. Kalau itu dilakukan maka akan ditinggalkan," pungkas Jonan. (Very)

 

Artikel Terkait