Pojok Istana

Bantah Daya Beli Melemah, Presiden Jokowi Ajak Dunia Usaha Miliki Optimisme

Oleh : very - Rabu, 29/11/2017 09:43 WIB

Presiden Jokowi saat menghadiri acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2017, di Assembly Hall 1 dan 2 Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (28/11) malam. (Foto: Setkab.go.id)

Jakarta, INDONEWS.ID - Presiden Joko Widodo mengakui adanya penurunan konsumsi rumah tangga dari 7% menjadi 4,93- 4,95%. Namun, Presiden mengingatkan bahwa profil pertumbuhan ekonomi yang ada sekarang memang berbeda.

Ia menunjuk contoh ekonomi dunia, dulu tumbuh sampai lima persen sekarang hanya tiga koma. Tiongkok, menurut Presiden, dulu tumbuh 11-12 persen, sekarang hanya 6 koma. 

“Inilah perbedaan-perbedaan yang memang harus kita pahami agar dalam mengambil kebijakan kita tidak salah karena memang angka-angkanya,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2017, di Assembly Hall 1 dan 2 Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (28/11) malam.

Ditegaskan Presiden, banyak parameter berubah, termasuk perilaku konsumen. “Banyak model bisnis baru yang mengubah juga perilaku konsumen, perilaku konsumsi. Dan terakhir, masalah yang berkaitan dengan daya beli,” tambah Presiden.

Menurut Presiden, banyak yang tidak sadar bahwa sekarang ini memang banyak model bisnis baru sehingga pola konsumsi juga berubah. Dulu orang senang belanja ke mal, toko, namun saat ini orang beralih ke dunia wisata, pelesiran.

“Ini swifting/pergeseran-pergeseran seperti ini yang harus juga kita mengerti dan kita pahami, bahwa ada perubahan atau pergeseran. Juga dari offline ke online, ini ada perubahan-perubahan yang mau tidak mau harus kita terima,” terang Presiden Jokowi.

 

Ajak Dunia Usaha Optimistis

Jika ada yang menyampaikan bahwa daya beli atau konsumsi melemah, Presiden Jokowi mengemukakan, bahwa angka yang diperolehnya justru menunjukkan sebaliknya. Dia menambahkan bahwa Penerimaan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dibandingkan periode yang sama 2 tahun yang lalu yang hanya tumbuh 2,9 persen, namun saat ini tumbuh 12,1%.

“Kalau penerimaan PPN saja tumbuh 12,1%, artinya ada transaksi, ada jual beli di situ. Yang dulu hanya tumbuh 2,9%,” ujar Presiden.

Di sektor pariwisata, tambah Kepala Negara, juga patut bersyukur bahwa turis asing di kuartal ketiga tahun ini sudah mencapai 10,46 juta atau naik 25%. Presiden menilai, kenaikan ini juga terbilang sangat tinggi karena rata-rata dunia kurang lebih 5%, kalau dibandingkan periode yang sama pada 2016 yang hanya mencapai 8,36 juta.

Momentum-momentum seperti ini, menurut Presiden Jokowi, harusnya memberikan rasa optimistis dunia usaha. “Jangan senangnya yang pesimis-pesimis atau yang negatif-negatif, kita ini paling senang masuk ke isu-isu yang seperti itu. Angka-angka seperti ini yang mestinya membuat kita optimistis,” kata Presiden Jokowi.

Presiden juga menyampaikan bahwa nilai ekspor, Januari-September 2017 mencapai 123,36 miliar dollar AS, atau naik 17,36% dibanding periode yang sama 2016. Ekspor nonmigas, tambah Presiden, naik 17,37% mencapai 125,6 miliar dollar, yang merupakan sebuah rekor baru, bahkan lebih tinggi dibanding pecapaian saat booming komoditas yang lalu.

“Hal-hal seperti ini kalau terus kita jaga, komitmen-komitmen kita, saya kira kita akan berada pada track yang betul-betul sangat baik bagi perekonomian negara kita Indonesia,” tegas Presiden Jokowi.

Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 20017 itu dihadiri oleh Pimpinan Lembaga Negara, Menteri Kabinet Kerja, Gubernur Kepala Daerah, pimpinan perbankan dan korporasi nonbank, akademisi, pengamat ekonomi, serta perwakilan sejumlah lembaga internasional.

Dadir dalam kesempatan itu antara lain Menko Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardoyo. (Very)

 

Artikel Terkait