Bisnis

Airlangga: Industri Mainan Nasional Kuasai Pasar Global

Oleh : very - Selasa, 05/12/2017 15:07 WIB

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto didampingi Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Achmad Sigit Dwiwahjono (kiri) serta Executive Vice President and Chief Supply Chain Officer, Mattel, Inc. Peter Gibbon memperhatikan berbagai model boneka Barbie produksi PT Mattel Indonesia di Cikarang, Bekasi, 4 Desember 2017. (Foto: Ist)

Bekasi, INDONEWS.ID - Industri mainan nasional telah menunjukkan daya saingnya di kancah global. Hal ini sekaligus mampu membuktikan bahwa Indonesia termasuk dalam negara-negara produsen utama untuk beberapa produk unggulan yang telah mendunia.

“Kami memberikan apresiasi kepada PT Mattel Indonesia dalam pengembangan industri mainan di Indonesia yang telah beroperasi sejak tahun 1992. Ini menunjukkan kepercayaan Mattel terhadap iklim investasi di Indonesia,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Peringatan Ulang Tahun ke-25 PT Mattel Indonesia di Cikarang, Bekasi, Senin (4/11).

Apresiasi tersebut diberikan karena perusahaan ini menyerap tenaga kerja sebanyak 10 ribu orang dengan nilai ekspor dalam kurun lima tahun terakhir rata-rata di atas USD150 juta per tahun. Apalagi, Kementerian Perindustrian tengah memacu pengembangan industri di dalam negeri yang berbasis padat karya dan berorientasi ekspor.

Selain itu, Menperin mengaku sangat bangga karena Indonesia adalah produsen boneka merek Barbie terbesar di dunia yang dihasilkan PT Mattel Indonesia. Perusahaan ini memasok 60 persen ke seluruh pasar global atau telah mengungguli produksi China.

“Jadi, enam dari 10 boneka yang beredar di dunia itu berasal dari Indonesia, dibuat dengan tangan-tangan terampil anak bangsa kita,” ujarnya.

Menariknya lagi, Indonesia memiliki pabrik mobil dengan kapasitas produksi yang cukup besar dengan mencapai 50 juta unit per tahun. “Itu pabrik Hot Wheels di Cikarang milik PT Mattel Indonesia. Industri otomotif mini lebih besar 50 kali dari otomotif benaran,” ungkapnya. Hot Wheels merupakan mobil mainan diecast atau dibuat dari bahan logam yang dicetak.

Tak cuma dari segi jumlah produksinya yang mencengangkan, Airlangga menuturkan pabrik ini juga sudah mengaplikasikan sistem kerja di era Industry 4.0. Revolusi industri ke-4 merupakan tahap perkembangan industri saat ini yang menggabungkan tenaga manusia, robot dan teknologi informasi dalam proses produksinya.

“Dari sumbangsih yang besar tersebut, kami mendorong PT Mattel Indonesia untuk membuat edisi khusus Indonesia baik Barbie maupun Hot Wheels-nya yang juga bisa dipasarkan ke seluruh dunia,” harapnya.

Oleh karena itu, Kemenperin terus mendorong agar industri ini semakin produktif dan berinovasi untuk menciptakan produk mainan yang mendidik dan menyenangkan.

“Tidak hanya mampu memproduksi mainan Barbie maupun Hot Wheels, tetapi perusahaan ini juga memiliki kemampuan engineering dan inovasi yang luar biasa. Di mana, engineer nasional di sini sudah bisa membuat mesin-mesin yang presisi. Artinya, kekuatan manufacturing di sini berbasis talenta lokal. Apalagi, hari ini di-launch Barbie Batik, menunjukkan Mattel akan mem-branding produk asli Indonesia,” paparnya. 

Di samping itu, Menteri Airlangga mengucapkan terima kasih atas partisipasi PT Mattel Indonesia dalam program pendidikan vokasi yang link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan dengan industri. Upaya ini seiring langkah pemerintah membentuk tenaga kerja kompeten sesuai kebutuhan industri, khususnya di industri mainan yang memiliki keunikan sehingga membutuhkan keahlian khusus.

“Pengembangan human capital Mattel ini searah dengan agenda Kemenperin dalam pengembangan human capital yang kompeten,” tegasnya.

Untuk menandai komitmen terhadap pengembangan industri mainan di Indonesia, Menperin menyaksikan penandatangan komitmen oleh Peter Gibbon, Executive Vice President and Chief Supply Chain Officer, Mattel, Inc.

“Kami sampaikan bahwa ekspor komoditas mainan sampai dengan bulan September tahun 2017 ini mencapai USD 228,39 juta atau naik sebesar 8,97 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016 (YoY) sebesar USD209,59 juta,” paparnya.

Presiden Direktur PT Mattel Indonesia, Roy Tandean menyampaikan, perusahaan terus memperkuat pusat produksi bonekanya melalui kolaborasi dengan industri kecil dan menengah (IKM) di Indonesia. “Saat ini, kami memproduksi hingga dua juta boneka per minggu dengan lebih dari 500 pemasok dan IKM yang menjadi bagian tak terpisahkan dari rantai pasokan Mattel,” tuturnya.

 

Kontribusi signifikan

Pada kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengemukakan, kinerja industri mainan memberikan kontribusi cukup signifikan bagi pertumbuhan manufaktur dan ekonomi nasional. Terlebih lagi, industri mainan tergolong sektor padat karya yang berorientasi ekspor.

“Kami sampaikan bahwa ekspor komoditi mainan sampai dengan bulan September tahun 2017 ini mencapai USD 228,39 juta atau naik sebesar 8,97 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016 (YoY) sebesar USD209,59 juta,” paparnya.

Selanjutnya, penyerapan tenaga kerja di sektor industri mainan sebanyak 23.116 orang dengan nilai investasi pada tahun 2016 sebesar USD14,76 juta dan sampai triwulan III tahun 2017 telah mencapai USD9,52 juta.

“Aktivitas industri yang konsisten membawa dampak yang luas bagi perekonomian nasional. Multiplier effects tersebut antara lain peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor,” sebut Airlangga.

Menperin mengungkapkan, pihaknya tengah mengusulkan suatu skema insentif baru bagi industri nasional agar kinerjanya semakin produktif dan berdaya saing di tingkat global. Salah satunya untuk industri padat karya berorientasi ekspor, yang akan diberikan fasilitas berupa pengurangan pajak melalui penghitungan berbasis kepada jumlah penyerapan tenaga kerjanya.

"Misalnya, mereka mempekerjakan sebanyak 1.000, 3.000 atau di atas 5.000 tenaga kerja. Itu kami akan berikan scheme tax allowance tersendiri. Ini yang sedang kami bahas dengan Kementerian Keuangan," ungkapnya.

Dalam upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional, Menteri Airangga pun menegaskan, pemerintah terus berupaya meningkatkan kinerja sektor manufaktur melalui berbagai langkah strategis. Di antaranya adalah menerbitkan sejumlah paket kebijakan ekonomi, melakukan deregulasi, serta memangkas berbagai peraturan, perizinan, dan birokrasi yang dirasa menghambat.

“Seluruh upaya tersebut diharapkan mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif serta memudahkan para pelaku industri berusaha di Indonesia,” imbuhnya.

Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, pemerintah juga berupaya melindungi produk dan pasar dalam negeri serta menghindari gempuran produk impor yang tidak berkualitas melalui Standar Nasional Indonesia (SNI).

Menurut Sigit, penerapan SNI mampu meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Selain itu, memberikan jaminan terhadap produk yang masuk ke pasar domestik merupakan yang berkualitas dan aman bagi konsumen serta menembus pasar ekspor.  “Standar produk merupakan technical barrier yang dapat diterima oleh seluruh negara, karena memberikan efek positif, antara lain menjamin keamanan, keselamatan dan kualitas produk,” terangnya. (Very)

 

Artikel Terkait