Nasional

Gubernur DKI: Kasus Penularan Difteri Tidak Ditemukan di Kepulauan Seribu

Oleh : hendro - Senin, 11/12/2017 11:35 WIB

Gubernur DKI Anies Baswedan usai sosialisasi program Outbreak Response Immunization (ORI) di SMA Negeri 33 Jakarta Barat

Jakarta, INDONEWS.ID- Kasus penularan difteri di wilayah Jakarta tidak ditemukan di kepulauan, seperti Kepulauan Seribu. Demikian dikatakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Menurut Anies, jumlah kasus difteri di Jakarta terdapat peningkatan dari tahun 2014 sebanyak empat kasus menjadi sembilan kasus pada tahun 2015. Kemudian sebanyak 17 kasus di tahun 2016 dan saat ini sudah ada 25 kasus.

"Dari temuan selama ini kejadian difteri ditemukan di Jakarta daratan, Jakarta kepulauan tidak ditemukan dan mudah-mudahan tidak muncul nantinya," kata Anies usai sosialisasi program Outbreak Response Immunization (ORI) di SMA Negeri 33 Jakarta Barat, Senin (11/12/2017).

Anies menegaskan,  untuk mengantisipasi kasus penularan difteri di wilayah Jakarta, pihaknya bersama Kemenkes  akan memberi vaksin kepada  warga Jakarta. Untuk mendapatkan vaksin tersebut warga Jakarta bisa mendapatkan vaksi itu di mana saja, karena nanti akan ada di puskesmas, rumah sakit bahkan akan dibuka di mal-mal dan akan menjangkau ke seluruh wilayah. Meskipun itu artinya biaya bagi negara, bagi masyarakat itu gratis.

"Dan Insya Allah dengan cara seperti ini, maka ibu kota bisa terbebas kembali dari difteri. Dan kalau itu kita bisa lakukan, Insya Allah anak-anak kita punya masa depan yang baik," kata Anies.

Untuk diketahui, Program ORI di Jakarta dimulai dilaksanakan di Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Sasaran ORI Jakarta Utara dan Jakarta Barat berjumlah 1.238.283 jiwa. ORI dilakukan di seluruh sekolah TK, PAUD, SD/MI, SMP/MTS serta perguruan tinggi. Selain itu juga dilakukan di fasilitas kesehatan, RSUD serta tempat lain seperti daycare, apartemen dan rusun.

Penyakit difteri adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Penyakit ini memiliki masa inkubasi dua-lima hari dan akan menular selama dua-minggu minggu, memiliki gejala antara lain demam, batuk, sulit menelan, selaput putih abu-abu (pseudomembran), pembengkakan pada leher, sulit bernapas.

 

Artikel Terkait