Nasional

Analis Intelijen: Natal dan Tahun Baru 2018 Diprediksi Aman, Namun Tetap Waspada

Oleh : very - Kamis, 21/12/2017 16:22 WIB

Misa Malam Natal di Katedral Makassar, pada 24 Desember 2016. (Foto: Tribunnews.com)

Jakarta, INDONEWS.ID - Peristiwa kelam aksi teror pada perayaan Natal dan Tahun Baru pernah terjadi di Indonesia. Masih terngiang di telinga kita serentetan serangan bom di beberapa gereja terjadi pada malam Natal 24 Desember 2000 yang dilakukan oleh kempok radikal. Sejumlah kota yaitu Jakarta, Bandung, Kudus, Pekanbaru, Batam, Pangandaran, Mojokerto dan Mataram menjadi tempat aksi yang keji ini. Peristiwa ini merenggut nyawa 16 jiwa dan melukai 96 orang lainnya, serta kerugian material yang cukup banyak.

Momen Natal dan Tahun Baru menjadi waktu yang cukup favorit bagi pelaku teror di Indonesia. Salain bom malam Natal tahun 2000, aksi teror juga terjadi pada 1 Januari 2002. Saat itu aksi teror dilakukan dengan menggunakan granat manggis di Bulungan Jakarta. Kemudian pada saat yang hampir bersamaan empat ledakan juga terjadi beberapa Gereja di Palu, Sulawesi Tengah.

Di tahun yang sama terjadi aksi teror dengan menggunakan bom di restoran McDonald’s Makasar, pada 5 Desember 2002. Pada tahun 2004 terjadi aksi bom di Palopo, 10 Januari 2004, dan di Gereja Immanuel Palu Sulawesi Tengah pada 12 Desember 2004. Tahun berikutnya bom kembali meledak di sebuah pasar di Palu, Sulawesi Tengah pada 31 Desember 2005.

Namun, saat ini kekuatan kelompok radikal pelaku aksi teror, terutama yang berafiliasi dengan kelompok trans nasional ISIS terlihat sudah melemah. ISIS sudah kalah di Timur Tengah. Aksi ISIS di Marawai Filipina juga sudah bisa dikalahkan oleh Pemerintah Filipina.

“Kelompok radikal ini terlihat mulai melemah dan tercerai berai sehingga aksi-aksinya menjadi sporadis memanfaatkan momen tertentu dan lengahnya aparat keamanan,” ujar pengamat intelijen Stanislaus Riyanta, di Jakarta, Kamis (21/12/2017).

Aparat keamanan di Indonesia, katanya, gencar melakukan penangkapan terhadap anggota kelompok radikal untuk mencegah terjadinya aksi teror. Pada Desember 2017 ini saja, Densus 88 telah menangkap sedikitnya 22 orang terduga teroris di empat propinsi yaitu Jawa Timur, Sumatera Selatan, Riau, dan Kalimantan Barat. Terduga teroris sebanyak 3 orang ditangkap di Jatim,  4 orang ditangkap di Pekanbaru, 12 orang di Sumatera Selatan, 3 orang dari Kalimantan Barat.

Sebagian dari terduga teroris yang ditangkap tersebut diketahui telah melakukan pelatihan dan persiapan untuk melakukan aksi teror dengan sasaran ke kantor kepolisian.

“Melihat kinerja aparat keamanan di Indonesia yang cukup baik, dan perkembangan kelompok radikal di tingkat global dan regional, maka prediksi situasi Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 akan aman,” ujar Stanislaus yang sedang menempuh studi Doktoral di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia ini.

Dia menjelaskan, ada dua alasan dasar dari prediksi situasi yang aman tersebut. Pertama, melemahnya kekuatan kelompok radikal karena gencarnya tindakan penganggulangan teror oleh Polri.

Kedua, adanya perubahan sasaran aksi teror dalam beberapa tahun terakhir yang lebih mengarah kepada aparat kepolisian. Walaupun tercatat dalam 2 tahun terakhir masih ada aksi teror yang terjadi di Gereja, yaitu di Gereja Katolik Santo Yosef (28/8/2016) dan di Gereja Oikumene Samarinda (13/11/2016).

Pelaku Teror Tunggal

Walaupun diprediksi akan aman, kata Stanislaus, peluang terjadinya aksi teror pada Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 tetap perlu diperhitungkan. Peluang yang diperkirakan sangat kecil ini kemungkinan akan dimanfaatkan oleh pelaku teror tunggal (lone wolf), orang yang telah menjadi korban swa-radikalisasi, terpapar paham radikal melalui bantuan teknologi internet dan media lain.

“Pelaku bisa melakukan aksi secara personal sehingga tidak terdeteksi persiapannya. Pelaku ini tidak berkelompok sehingga tidak terlacak arus komunikasinya,” ujarnya.

Faktor yang diduga bisa menjadi pendorong aksi teror lone wolf dalam waktu dekat, katanya, adalah terkait dengan manuver Trump tentang Palestina. Aksi teror terhadap simbol Amerika dan obyek agama tertentu bisa saja dilakukan karena dianggap sebagai bentuk perjuangan untuk membela Palestina.

Faktor selanjutnya, katanya, adalah kebutuhan eksistensi kelompok radikal yang berafiliasi dengan ISIS, walaupun faktor ini cukup lemah karena mereka cenderung menjadi sel tidur.

Kemungkinan yang kecil tetap harus diwaspadai dan ditutup peluangnya. Cara menutup peluang terjadinya aksi teror adalah dengan melibatkan masyarakat dalam deteksi dini dan cegah dini. Masyarakat sebagai komponen terbesar negara ini harus meningkatkan kewaspadaan terutama di lingkungan sekitarnya.

Kecenderungan pelaku teror yang akan menarik diri dari lingkungan bisa diamati sejak dini oleh masyarakat. Jika menemukan adanya kecurigaan maka masyarakat sebaiknya melaporkan kepada aparat kepolisian.

Kecurigaan terhadap orang asing atau munculnya orang-orang yang sudah lama tidak bersosialisasi, kata Stanislaus, patut diwaspadai walaupun tetap menjaga asas praduga tidak bersalah. Peran keluarga dan masyarakat untuk melakukan deteksi dini dan cegah dini atas ancaman teror di wilayahnya masing-masing sangat penting dan mutlak dilakukan.

Mekanisme untuk melakukan deteksi dini dan cegah dini oleh aparat intelijen diyakini akan terus dilakukan. Teknologi untuk melakukan deteksi arus komunikasi, (dan arus dana) kelompok radikal pelaku teror akan dimaksimalkan agar pergerakan mereka dapat terpantau dan dapat segera dicegah jika sudah mengarah kepada tindakan yang berbahaya.

Stanislaus mengatakan, situasi Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 yang diprediksi aman, dan usaha yang bisa dilakukan untuk menutup celah kerawanan bagi aksi lone wolf terror oleh aparat dan masyarakat, harus diyakinkan kepada semua pihak.

Karena itu, kerjasama antara pemerintah dan masyarakat untuk melakukan deteksi dini dan cegah dini terhadap ancaman terorisme harus terus dikuatkan. “Kepercayaan terhadap pemerintah dan sikap pro aktif masyarakat akan membantu mewujudkan Indonesia bebas dari aksi teror, tidak hanya pada Natal dan Tahun Baru, tetapi sepanjang masa,” pungkasnya. (Very)

Artikel Terkait