Nasional

Mundur dari PDIP, Petrus Selestinus: Ray Fernandes Tidak Kesatria dan Berjiwa Besar

Oleh : very - Sabtu, 23/12/2017 12:41 WIB

Petrus Selestinus, Koordinator PAP-KPK dan advokat Peradi. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Reaksi Ray Fernandes yang langsung menyatakan mundur dari jabatan Ketua DPC PDIP dan keluar dari keanggotaan PDI Perjuangan karena tidak diusung PDIP untuk maju dalam Pemilihan Gubernur NTT 2018 dinilai sebagai sikap yang tidak menunjukkan kualitas seorang kader.

Keputusan keluar dari PDIP bahkan dinilai sudah dipersiapkan, dan bukan sekadar reaksi spontan atas kekecewaan terhadap DPP PDI Perjuangan.

“Reaksi Ray Fernandes untuk keluar hanya karena keputusan DPP PDIP menetapkan Bacalon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT atas nama pasangan Bacalon Marianus Sae dan Emi Nonlemi (bukan Ray Fernandes), sebagai pasangan Bacalon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT hasil kolisi antara PDIP dan PKB, patut dicurigai sebagai sebuah sikap yang sudah direncanakan dan dirancang secara matang, karenanya bukanlah gerakan yang sifatnya emosional dan spontanitas,” ujar Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) Petrus Selestinus di Jakarta, Sabtu (23/12/2017).

Petrus mengatakan, hingga saat terakhir berlangsungnya proses penjaringan, Ray Fernandes tidak memperlihatkan kesiapannya secara sungguh-sungguh sebagaimana layaknya seorang bacalon gubernur yang hendak berkompetisi.

Menurut Petrus, ada beberapa hal yang memperkuat sinyalemen tersebut. Pertama, hingga saat terkahir menjelang DPP PDIP memutuskan bakal calon gubernur dan calon wakil gubernur Ray Fernandes tidak pernah mengajukan bakal cawagub, dan partai politik yang bakal diajak berkoalisi.

Kedua, Ray Fernandes bahkan ikut bergabung dan hadir memberikan dukungan saat deklarasi paket bacalon Gubernur-Wakil Gubernur NTT yang diusung Partai Nasdem, Golkar dan Hanura, yaitu Viktor Bungtilu Laiskodat dan Josef Nae Soi tanpa beban psikologis.

“Ini menunjukkan sikap tidak kesatria dan jiwa besar sebagaimana layaknya seorang kader Banteng yang mengaku telah berkeringat darah dan air mata untuk PDIP yang dengan gampang hengkang dari induk partainya. Sikap Ray Fernandes yang demikian justru jadi destruktif karena bertolak belakang dengan klaim dirinya itu. Sebagai kader partai, mestinya Ray Fernandes secara elegan dan jujur bertarung dari dalam dan tetap menunjukkan sikap rela berkorban untuk kepentingan yang jauh lebih besar,” ujar Petrus yang juga advokat Peradi ini.

Sikap yang dipertontokan Ray, kata Petrus, bukan sikap seorang kader partai yang baik.

Petrus mengatakan, klaim Ray bahwa dirinya sudah dua periode terpilih menjadi bupati dan menghasilkan jumlah kursi yang banyak di DPRD untuk PDIP, patut dipertanyakan. Pasalnya, pencapaian itu bukan hanya prestasi Ray seorang diri. Selain figur, mesin PDIP di Timor Tengah Utara (TTU) juga ikut berperan.

“PDIP TTU semua digerakan menjadi satu kekuatan, itulah yang harus menjadi tolak ukur utama. Begitu pula dengan syarat utama menjadi seorang gubernur bukanlah pada jumpah kursi DPRD di sebuah kabupaten yang dihasilkan dan bukan pula pada kriteria berapa periode seorang kader partai terpilih menjadi Bupati/Walikota,” ujarnya. 

Petrus bahkan menilai, meski sudah dua periode menjadi Bupati TTU, Ray tidak menunjukkan prestasi gemilang. Hal itu terlihat dari sejumlah kasus sosial dan kesehatan yang masih terjadi di TTU seperti gizi buruk, busung lapar, musim kelaparan berkepanjangan, korban human trafficking yang tinggi tanpa tertangani dengan baik.

“Karena itu publik tidak usah terpengaruh dengan klaim-klaim Ray Fernandes. Marilah kita dukung dengan akal sehat pasangan calon yang sudah diusung partai politik yaitu VBL-JNS dan MS-EN sebagai putra-putri terbaik yang mampu menjaga NKRI,” pungkasnya. (Very)

Artikel Terkait