Bisnis

Santri Milenial Perlu Jadi Wirausaha Industri Digital

Oleh : very - Sabtu, 20/01/2018 21:37 WIB

Menperin ketika melakukan kunjungan kerja bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Kamis (18/1). (Foto: Ist)

Kediri, INDONEWS.ID - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengajak para santri untuk menjadi wirausaha industri terutama di sektor digital. Pasalnya, Indonesia ditargetkan menjadi negara ekonomi terkuat ketujuh di dunia pada tahun 2030, di mana salah satunya diharapkan melalui kontribusi dari sektor industri digital.

“Kami mengajak santri agar belajar berindustri. Harapannya, selepas dari pesantren, mereka siap berkompetisi di era digital,” kata Menperin ketika melakukan kunjungan kerja bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Kamis (18/1).

Airlangga menjelaskan, terkait peluang di era ekonomi digital saat ini, Kementerian Perindustrian melihat adanya potensi besar yang bisa dikembangkan di lingkungan pondok pesantren. Untuk itu, diluncurkan program Santripreneur yang betujuan guna menumbuhkan wirausaha industri baru serta pengembangan industri kecil dan menengah (IKM).

“Seluruh sumber daya termasuk para santri ini harus dilatih semaksimal mungkin agar sasaran-sasaran tersebut bisa tercapai,” ujarnya.

Berdasarkan data Kementerian Agama tahun 2014-2015, jumlah pondok pesantren di Indonesia yang tersebar di seluruh provinsi diperkirakan sebanyak 28.961 unit dengan total santri lebih dari empat juta orang.

Dalam implementasi program Santripreneur, Kemenperin memiliki dua pendekatan, yaitu model Santri Berindustri dan Santri Berkreasi. Santri Berindustri merupakan upaya pengembangan unit industri yang telah dimiliki oleh pondok pesantren maupun penumbuhan unit industri baru yang potensial. Langkah ini diharapkan mendorong unit industri tersebut menjadi tempat magang para sumber daya manusia di lingkungan pesantren.

Sedangkan, model Santri Berkreasi merupakan program kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam pengembangan potensi kreatif para santri maupun alumni yang terpilih dari beberapa pondok pesantren untuk menjadi seorang professional di bidang seni visual, animasi dan multimedia sesuai standar industri saat ini. Pelatihan animasi diselenggarakan di Bali Industri Creative Center (BCIC) bekerja sama dengan Asosiasi Industri Animasi dan Konten Indonesia (AINAKI).

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan juga meminta santri agar melek teknologi dan mendorong mereka untuk belajar serta bekerja sehingga siap berkompetisi mengikuti perkembangan zaman.

"Teknologi industri berkembang cepat. Pemerintahan Presiden Jokowi juga melakukan perubahan lebih efisien dan efektif, dan itu menggunakan teknologi informasi. Sekarang terkoneksi dalam jaringan, jadi kalian (santri) juga harus berpikir ke sana," tuturnya.

Luhut juga menyampaikan pentingnya kemajuan teknologi digital yang perlu dimanfaatkan oleh para santri. "Saya memberikan pesan pada anak muda bagaimana pentingnya kemajuan teknologi. Para santri juga bisa mengisi kemampuan di bidang teknologi tersebut, selain agama yang membuat mental mereka lebih baik," ujarnya.

Luhut berharap Pondok Pesantren Lirboyo bisa menjadi salah satu pesantren percontohan yang mampu mengembangkan bidang teknologi. “Sumber daya manusia di pesantren ini banyak dan mereka bisa belajar bahkan hingga luar negeri,” imbuhnya.

 

Target 18 Ponpes

Kementerian Perindustrian menargetkan 18 pondok pesantren yang akan menjadi percontohan dalam pelaksanaan program Santripreneur pada tahun 2018. Pondok pesantren tersebut meliputi delapan di wilayah Jawa Barat, lima di Jawa Tengah, dan lima di Jawa Timur.

"Kami ingin membuat para santri bisa melakukan proses industri di kehidupannya. Selain mempelajari agama di pesantren, kami bantu memberikan kegiatan ekonomi kepada mereka,” kata Direktur Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kimia, Sandang, Aneka dan Kerajinan Ratna Utarianingrum ketika mendampingi Menteri Perindustrian berkunjung ke di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Kamis (18/1).

Menurutnya, adanya aktivitas industri, akan membawa efek berantai pada peningkatan nilai tambah terhadap bahan baku lokal dan penyerapan tenaga kerja. “Jadi, selain mengembangkan sumber daya manusia di lingkungan pondok pesantren, Santripreneur menjadi sarana pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar,” tutur Ratna.

Ia optimistis, para santri mempunyai kemampuan untuk belajar di industri. “Potensi mereka cukup besar, terlebih lagi jumlah santri di pondok pesantren yang banyak,” ungkapnya. Para santri ini akan dibekali dengan beragam pelatihan dan pengetahuan, sehingga mereka bisa produktif.

"Kekuatan santri yang besar ini sangat bagus dirasakan. Kami akan bekali dengan bimbingan teknis pengetahuan, pelatihan yang disesuaikan dengan potesi yang ada di pesantrennya. Kami juga fasilitasi bantuan peralatan permesinan, teknologi yang digunakan dan juga fasilitasi untuk mendapatkan akses ke lembaga pembiayaan," paparnya.

Sebelumnya, Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Gati Wibawaningsih menyampaikan, untuk pilot project Santripreneur pada tahun 2017 telah dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur, yakni Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan dan Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.

“Kegiatan yang telah dilaksanakan di Pondok Pesantren Sunan Drajat meliputi bimbingan teknis serta bantuan mesin dan peralatan untuk pengolahan ikan, pembuatan alas kaki, perakitan lampu LED, pembuatan kecap, produksi garam serta peningkatan kapasitas manajemen SDM,” jelasnya.

Bahkan, Kemenperin juga mendorong lingkungan pondok pesantren memanfaatkan perkembangan teknologi digital saat ini, salah satunya melalui penggunaan aplikasi Financial Technology (Fintech). Upaya ini diharapkan mampu menumbuhkan semangat santri untuk berwirausaha atau santripreneur terutama dalam skala IKM.

“Ini merupakan komitmen bersama untuk membangun bangsa khususnya di lembaga pendidikan pondok pesantren dengan meluncurkan aplikasi mobile karya anak bangsa sebagai produk asli dalam negeri dengan nama Mobile Fintech and Commerce Nurul Iman,” ujarnya ketika mengunjungi Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman di Bogor, akhir pekan lalu.

Menurut Gati, kegiatan ini terlaksana atas kerja sama Kemenperin dengan PT. Data Aksara Matra sebagai penyedia aplikasi teknologi dan PT. Bank Tabungan Negara, Tbk. divisi syariah selaku penyedia layanan jasa perbankan. “Selain memberikan kemudahan dan keamanan kepada para santri dalam bertransaksi, penerapan Fintech ini diharapkan pula membawa efek positif bagi perekonomian nasional,” tuturnya. (Very)

Artikel Terkait