Daerah

Pangdam III/Siliwangi Ajak Ulama Tangani Persoalan Sungai Citarum

Oleh : hendro - Senin, 22/01/2018 20:51 WIB

Pangdam II Siliwangi Mayjen TNI Doni Mordano (istimewa)

Bandung, INDONEWS.ID – Dalam rangka penanganan kerusakan Sungai Citarum, Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Doni Monardo melakukan gebrakan baru dengan melibatkan seluruh elemen bangsa dan negara, termasuk para ulama.

 Untuk melakukan revitalisasi sungat Citarum, Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Doni Monardo mendengungkan Pendekatan Hablum Minal Alam. Hal itu diungkapkan  Mayjen TNI Doni Monardo pada acara sosialisasi program Citarum Harum kepada para pemuka agama di Graha Tirta Siliwangi, Jl. Lombok No. 10, Kota Bandung, Minggu (21/1/18) kemarin.

Menurut Doni, Pendekatan ini harus dilakukan karena kondisi Citarum sangat memperihatinkan. Persoalannya ada di hulu hingga hilir Sungai Citarum. 

“Sebagai hamba Allah kita itu diwajibkan untuk menjaga hubungan kita kepada Allah SWT (Hablum Minallah). Dan kita juga diwajibkan untuk menjaga hubungan dengan sesama manusia (Hablum Minannas). Tetapi ada satu hal dimana kita juga harus menjaga hubungan kita dengan alam semesta (Hablum Minal Alam),” kata mantan Pangdam Pattimura ini.

Doni menjelaskan,  kawasan hutan atau hulu Citarum pohon-pohon hampir habis ditebang. Kawasan tersebut menjadi kritis mencapai 80 ribu hektar. Tahun 2009 Puslitbang Sumber Daya Air Kementerian PUPR mencatat mata air di hulu Citarum ada 300 buah, namun pada 2015 tinggal 144 buah. “Kalau mata air tidak kita urus, maka dikemudian hari yang ada tinggal air mata,” ucap Doni.

Untuk diketahui, Hulu DAS Citarum mengalami rusak parah. Menurut Data Puslitbang Sumber Daya Air Kementerian PUPR, normalnya rata-rata debit air mencapai 41 meter kubik per detik. Namun saat ini, pada musim hujan mencapai 578 meter kubik per detik. Inilah yang menyebabkan banjir di Majalaya, Banjaran, dan Dayeuh Kolot. Sementara pada musim kemarau debit air mencapai 2,7 meter kubik per detik, sehingga menyebabkan kekeringan, gagal panen, dan PLTA Saguling kekurangan pasokan air. Selain itu, potensi panas bumi juga terganggu, seperti tenaga panas bumi di Kamojang 200 MW, Wayang Windu 227 MW, dan Patuha 60 MW.

Di hilir Citarum, sampah organik dan anorganik mencapai 20.462 ton per hari dan 71% diantaranya tidak terangkut. Limbah medis juga memenuhi Citarum, seperti kantong darah HIV/Aids, potongan tubuh manusia, dan alat medis bekas pakai (Data BBWS, 8 Januari 2018). Di sekitar Citarum ada 1.900 industri penghasil limbah, 90% Ipal belum selesai, dan 340.000 ton per hari limbah cair (Data DLH Jabar, 14 Januari 2018).    

Sungai Citarum sangat vital dan strategis. Hal ini karena:

  1. 80% masyarakat DKI Jakarta mengkonsumsi air yang bersumber dari Sungai Citarum.
  2. Digunakan masyarakat sepanjang DAS.
  3. Budidaya perikanan air tawar.
  4. Mengairi irigasi 420.000 hektar sawah di Karawang, Purwakarta, Subang, dan Indramayu.

Artikel Terkait