Nasional

Gaya Hedonisme Jadi Perangkap Artis Terjerat Narkoba

Oleh : luska - Sabtu, 17/02/2018 10:26 WIB

Artis sekaligus kader Golkar Camelia Panduwunata Lubis atau yang biasa disapa Camel Petir. (Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Narkoba dan gaya hidup merupakan dua kata yang memang sangat berhubungan, terutama bila kita mencermati kehidupan para artis yang terkenal serba glamor. Seperti Roro Fitria, Dawiyah dan Fahri Albar, merupakan contoh buruk bagi masyarakat.

Artis dan Politisi Serba bisa, Camelia Panduwunata Lubis atau yang biasa disapa Camel Petir menilai, hal itu tudak mengherankannya bila banyak artis yang tertangkap aparat hukum karena terlibat dalam perdagangan obat-obat terlarang tersebut.

"Fenomena ini harus menjadi perhatian semua pihak karena siapa pun bisa menjadi sasaran para bandar narkoba, termasuk di kalangan para pekerja seni tersebut, tetap harus waspada," kata Camel kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (17/2/2018).

Camel sangat prihatin, dengan banyaknya artis yang terseret dalam kejahatan narkoba yang semakin membudaya.

"Seharusnya sebagai public figure, mereka bisa menjaga diri untuk tidak masuk dalam kehidupan terlarang tersebut. Sebab, konsekuensinya akan jauh lebih besar dibanding masyarakat biasa yang terjerat narkoba," ungkapnya.

Sebagai tokoh masyarakat yang memiliki banyak penggemar, gaya hidup artis kata Camel bisa diikuti oleh para penggemarnya. Hal ini tidak lepas dari gaya hidup mereka yang cenderung sangat hedonis.

"Mengapa artis sangat rentan masuk perangkap jeratan narkoba? Jadi, tuntutan pekerjaan mereka yang sering harus bergaul dengan para selebriti lain membuat mereka tak bisa menolak jika diajak untuk masuk dalam kehidupan hitam tersebut. Bagi yang memiliki kepribadian lemah, mereka sangat mudah terpengaruh teman-temannya," jelas Camel.

Menurutnya, Godaan harta yang melimpah juga menjadi salah satu penyebab utama mengapa mereka begitu gampang masuk dalam jeratan narkoba. Apalagi mereka dituntut untuk selalu tampil prima dan menyenangkan.

"Kepenatan atau tingkat stres yang tinggi dalam bekerja memicu mereka untuk mencari kesenangan semu tersebut," tandasnya.

Kondisi psikologis para artis itulah dengan mudah dimanfaatkan para bandar narkoba untuk menjadi konsumennya. Mungkin pada saat para artis itu masih jaya, mereka tidak kesulitan secara finansial, meski harus mengeluarkan banyak uang untuk narkoba.

"Namun, tidak jarang, ada sejumlah artis yang kariernya meredup akhirnya tergoda untuk ikut ”berjualan” barang ilegal tersebut," katanya.

Camel mengatakan, Setidaknya, dengan ikut berdagang narkoba, untungnya bisa dipakai sendiri. Apalagi, mereka pasti lebih leluasa dan dipercaya di kalangan para pesohor dibanding pengedar yang berasal dari luar kalangan artis. Masalah-masalah tersebut berulang menjadi lingkaran setan yang hingga sekarang masih terus memakan korban.

Mudahnya artis terjerumus narkoba juga disebabkan oleh peredaran narkoba yang memang sangat memprihatinkan. Sudah bukan rahasia lagi, tempat-tempat hiburan malam seperti ”bebas” menjadi tempat transaksi narkoba untuk bersenang-senang.

"Ada juga lokasi-lokasi tertentu yang terkenal sebagai tempat mangkal­nya para pemakai, pengedar, sampai bandar narkoba," ulasnya.

Camel mengatakan, Begitu leluasanya para pengedar dalam memasarkan barang dagangannya tersebut sudah seharusnya menjadi perhatian khusus dari pemerintah dan aparat hukum kita. Karena dengan kian mudahnya mendapatkan narkoba, masyarakat akan semakin gampang terjerumus dalam gaya hidup sesat tersebut.

"Sekali lagi, fenomena narkoba yang semakin tak terkendali ini membutuhkan upaya superserius dari aparat dan pemerintah kita. Narkoba yang menyerang kalangan artis ini hanya sebagian kecil. Yang juga harus menjadi perhatian serius, yaitu masa depan para generasi muda yang sangat rentan menjadi sasaran tembak para bandar narkoba," bebernya.

Data Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebut, sekitar Rp5 juta dari 250 juta penduduk kita yang terjerat narkoba. Kerugian akibat kejahatan narkoba ini juga sangat besar, yakni sekitar Rp63,1 triliun. Karena itu, butuh niat baik dan ketegasan yang tinggi dari para aparat dan pemerintah untuk bisa melenyapkan narkoba dari bumi Indonesia.

"Tentu, kita juga tak bisa hanya menggantungkan hal itu dari aparat yang jumlahnya terbatas. Kerja sama dan partisipasi yang baik dari masyarakat untuk ikut serta dalam pemberantasan narkoba sangat diperlukan untuk menjadikan negara ini sehat tanpa narkoba. Keluarga menjadi tempat yang sangat vital dalam pembentukan karakter generasi muda yang kuat dan antinarkoba," pungkasnya.(Lka)

Artikel Terkait