Nasional

Menakar Moeldoko, Menebak Arah Jokowi di Pilpres 2019

Oleh : very - Senin, 19/03/2018 10:59 WIB

Asri Hadi, pengamat politik, Pemimpin Redaksi Indonews.id. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Presiden Joko Widodo saat ini ibarat "gadis cantik" yang memikat hati banyak pemuda untuk meminangnya. Presiden Jokowi menyadari betul kemolekannya dan karena itu terus menebar pesona. Satu hal menarik yang dilakukan calon presiden ini yaitu menggelar “kontestasi” untuk mencari pemuda paling “tampan” yang bisa menjadi pendampingnya pada pemilihan presiden 2019 mendatang.

Kontestasi itu dilakukan dengan menggelar pertemuan santai dengan beberapa tokoh nasional. Presiden Jokowi misalnya bertemu dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar beberapa waktu lalu. Setelah itu, Jokowi bertemu dengan Ketum PPP Romahurmuziy. Kemudian, mengajak Surya Paloh bertemu saat meninjau proyek MRT di Jakarta.

Dalam sebuah kesempatan, ketika ditanya wartawan terkait cawapres, Jokowi menunjuk Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto yang tepat berada di sampingnya.

Selain itu, muncul juga sejumlah tokoh yang disebut-sebut pantas mendampingi Jokowi antara lain, Agus Harimurti Yudhoyono, Gatot Nurmantyo, Mahfud MD, Sri Mulyani, Puan Maharani, Rizal Ramli dan tokoh dari kalangan islam seperti Din Syamsuddin dan KH Said Agil Siraj. Salah satu nama yang akhir-akhir ini disebut pantas mendampingi Jokowi yaitu Jenderal (Purn) Moeldoko.

Pengamat politik senior yang juga dosen IPDN Asri Hadi mengatakan, Moeldoko merupakan salah satu tokoh yang pantas diperhitungkan menjadi calon wakil presiden Jokowi pada pilpres 2019 mendatang. “Moeldoko seorang tokoh yang memiliki kedekatan emosional atau chemistry dengan Presiden Jokowi. Ini terbukti dari tampilnya Moeldoko dalam kata sambutan mewakili keluarga dalam pernikahan puteri Jokowi, Kahiyang Ayu di Solo beberapa waktu lalu,” ujarnya di Jakarta, Minggu (18/3/2018).

Bukan itu saja, Moeldoko kemudian dipercaya Presiden Jokowi menjadi Kepala Staf Kepresidenan (KSP) menggantikan Teten Masduki. Peran KSP sangat srategis sebagai “think tank” langkah Presiden Jokowi saat ini dan ke depan.

Alumnus Fisip Universitas Indonesia ini mengatakan, selain memiliki chemistry, Moeldoko juga mempunyai kapasitas dalam memimpin negeri ini. Dia merupakan doktor ilmu politik jebolan UI dan juga pernah memimpin sebuah institusi paling strategis di negeri ini sebagai Panglima TNI.

Moeldoko, kata Asri Hadi, juga mampu mempersatukan bangsa yang sedang dilanda ancaman perpecahan.

“Di tengah situasi politik yang terbelah saat ini, sosok Moeldoko diyakini mampu tampil sebagai tokoh pemersatu bangsa dan negara, yang bisa menyelamatkan NKRI dan Pancasila,” ujarnya.

Bang Buyung –panggilan akrab Asri Hadi –mengatakan, salah satu kelemahan Moeldoko yaitu karena dia bukan elit atau kader partai politik. Namun, Asri Hadi menyakini mantan Panglima TNI itu bisa diterima para pendukung partai pengusung Jokowi, termasuk PDI Perjuangan. “Itu terbukti dari diterimanya Moeldoko sebagai Panglima TNI dalam uji kepatutan dan kelayakan di DPR sebelumnya. Selain itu, Moeldoko bukan tokoh yang suka konflik,” ujarnya.

Asri Hadi mengapresiasi langkah Moeldoko saat memimpin KSP yang rajin turun ke berbagai daerah melakukan sosialisasi paham kebangsaan. “Saya optimistis nama Moeldoko akan semakin diperhitungkan dan bisa menyumbang elektabilitas Jokowi pada pilpres mendatang,” ujarnya.

Terkait sosok Gatot Nurmantyo, yang juga berlatar militer, Asri Hadi mengatakan, sosok mantan Panglima TNI ini juga memiliki kemampuan memadai. Namun, tantangannya ada pada kesediaan partai politik untuk mengusungnya. Apalagi, saat ini partai politik masih gamang dalam menentukan sikap apakah mengusung Gatot atau calon internal partai.

Menurut Asri Hadi, sosok cawapres saat ini sangat penting karena akan menjadi calon terkuat capres pada pilpres 2024. “Nah, tantangannya adalah apakah partai politik rela memberi tiket gratis kepada calon di luar partai politik karena cawapres tersebut akan menjadi calon terkuat pilpres berikutnya,” ujar Asri Hadi yang juga Pemimpin Redaksi Indonews.id ini.

 

Sinyal Joko Widodo

Sebelumnya, pengamat intelijen Stanislaus Riyanta mengatakan, pengangkatan dua Jenderal Purnawirawan yang berasal dari TNI-AD (Moeldoko dan Agumg Gumelar) merupakan sinyal kuat Joko Widodo bahwa keberadaan mereka sangat penting terutama untuk mengimbangi kemungkinan rivalitas yang akan terjadi pada 2019 nanti. “Ini mengingat dinamika politik menunjukkan bahwa Prabowo Subianto dan Gatot Nurmantyo berpeluang menjadi rival Joko Widodo pada 2019 nanti,” ujarnya. 

Stanislaus mengatakan, pengangkatan Moeldoko menunjukkan bahwa kebutuhan Jokowi untuk memilih cawapres yang berasal dari keluarga besar TNI sangat kuat, karena akan menjadi kekuatan dalam 2019. “Basis suara masyarakat yang menginginkan sosok Presiden atau wakil presiden yang berasal dari TNI masih cukup besar. Pilihan menampilkan Moeldoko dipanggung politik sekaligus untuk menguji kekuatan dan tingkat penerimaan publik terhadap Moeldoko perlu dilakukan,”ujar mahasiswa Doktoral Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia ini. 

Tampilnya Meoldoko dalam ring satu Joko Widodo bukan kali ini saja. Sebelumnya dalam acara keluarga pernikahan anak Joko Widodo, Moeldoko sudah ditunjuk sebagai wakil keluarga Joko Widodo. Tugas ini tentu tidak akan diberikan kepada sembarang orang.

“Sinyal-sinyal ini semakin jelas bahwa Moeldoko merupakan salah satu orang yang diperhitungkan oleh Joko Widodo terutama untuk menjadi pendamping pada 2019 nanti,” pungkasnya. (Very)

 

Artikel Terkait