Daerah

Catatan Harian Seorang Prajurit

Oleh : luska - Sabtu, 14/04/2018 11:32 WIB

Saat menjalankan tugas dalam kegiatan di Sudan.(Ist)

Sudan, INDONEWS.ID - Dari Provinsi paling Selatan di pulau Sulawesi tepatnya di Ds. Sambueja Kec. Simbang Kab. Maros Prov. Sulawesi Selatan disanalah saya Kopda Jumadi berdinas di Satuan Batalyon Infanteri Para Raider 433/JS Kostrad.

Bermula ketika saya terpilih sebagai bagian dari Satgas Yonkomposit TNI Konga XXXV-C UNAMID tahun 2017 di Darfur Sudan.

Atas Prestasi Satuan Yonif Linud 433/JS Kostrad (sebelum beralih status menjadi Yonif Para Raider 433/JS Kostrad) dalam melaksanakan Satgas Pamtas Darat RI-Malaysia 2015 telah berhasil (Penangkapan Miras sebanyak 13.000 Botol, Penggagalan Narkoba sebanyak 1.335,05 gram, TKI bermasalah 3.250 orang, Senjata 12 Cuk, Muhandak 7 buah bom Rakitan, sembako Illegal 2.5 ton daging Elena, 5 ton beras, dan penangkapan roko tanpa cukai sebanyak 4.200 bungkus).

Pimpinan TNI memberikan kesempatan kepada satuan saya sebagai Mainbody Satgas Yonkomposit TNI Konga XXXV-C UNAMID Darfur. Sebanyak ±1.600 Prajurit TNI mengikuti seleksi di 3 (tiga) Matra yang berbeda (Darat, Laut dan Udara), di Matra darat sebanyak 1.220 prajurit melaksanakan seleksi pada bulan November 2016 diikuti oleh semua satuan. Kemudian dilanjutkan dengan seleksi tingkat pusat yang dilaksanakan oleh Mabes TNI, meliputi kesehatan umum, kesehatan jiwa, bahasa Inggris, mengemudi, komputer dan kesegaran jasmani (Garjas), seleksi ini dilakukan selama tiga minggu di Mabrigif Para Raider 3/TBS Kostrad Kariango.

Dua bulan kemudian, saya terpilih untuk mengikuti PDT (Pre Deployment Traning) di PMPP TNI (Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian) Sentul Bogor. Saat PDT seluruh prajurit yang dinyatakan lulus seleksi dan terpilih menjadi bagian dari Satgas Yonkomposit TNI Konga XXXV-C UNAMID menerima pembekalan dan cara bertindak selama melaksanakan tugas di misi nantinya.

Seluruh prajurit satgas yang mengikuti PDT senantiasa meningkatkan kualitas berpikir, bersikap lebih dewasa dengan berdasarkan pada daya nalar yang jernih, obyektif dan menghindarkan diri dari perilaku emosional, tetap fokus bekerja, konsisten melaksanakan tugas serta bertanggung jawab masing-masing sesuai dengan aturan dan (SOP) Standar Operasional Prosedur serta bekerja dibawah Chapter VII dari UN Charter berdasarkan UNSCR 1769 tahun 2007 dan diperbaharuai dengan UNSCR 2228 tahun 2015 yakni melindungi masyarakat sipil (Proctection of Civilian), Melindungi personel dan Aset UN, mendukung secara cepat dan aktif pelaksanaan dari Darfur Peace agreement dan doha document for peace in darfur. Setelah selesai melaksanakan PDT saya kembali ke satuan Asal untuk berkumpul dengan keluarga sebelum berangkat ke daerah Misi.

Pada Maret 2017 saya dan Satuan Mainbody kembali berkumpul di PMPP TNI untuk melaksankan Siaga Operasi/(Stand By Force), disana saya menyiapkan perlengkapan, pembuatan paspor dan vaksinasi. Kegiatan administrasi selesai tiba saatnya saya dan 799 orang lainnya mengikuti upacara pemberangakatan di Plaza Mabes TNI Cilangkap. Pada tanggal 07 April 2017.

Saya beserta rombongan Chalk-1 sebanyak 200 orang tiba di Tanah Darfur Sudan, setelah menempuh waktu perjalanan udara selama ± 19 Jam menggunakan Pesawat UN (United Nation) Boing 767 Ethiopian Airlines dengan route Bombai dan Addis Ababa Ethiopia.

Sesampainya di Bandara Al Shaheed Sabera El-Genaina. Alangkah terkejutnya saya saat turun dari pesawat cuaca sangat panas yang terlihat hamparan pasir dan fatamorgana.

Selanjutnya saya dan rombongan dijemput menuju Supercamp Indonesian Battalion (Indobatt) yang berada di Elgenaina Darfur Sudan. Dalam mengemban tugas negara untuk kepentingan mulia dalam misi khusus perdamaian dunia, menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya.

Berbagai macam risiko, suka, duka dan tantangan berat harus saya hadapi dalam mengemban tugas sebagai Pasukan Perdamaian PBB di Darfur, Sudan.

Dan yang tak kalah berat adalah kerinduan pelukan penuh hangat dari sang istri dan kedua putra yang saya tinggalkan bertugas melaksanakan misi di Darfur.

Selama melaksanakan misi perdamaian di Darfur Sudan, banyak sekali pengalaman sebagai seorang prajurit Peace Keeper, suka dan dukanya, hal-hal yang baru dan tak terduga yang saya dapatkan. Keadaan medan dan cuaca di Darfur mengalami 3 (tiga) Musim yakni Musim Kemarau estimasi Bulan Maret s.d. Juni suhu pada siang antara 29o celcius – 42o celcius malam kisaran 20o celcius – 29o celcius kondisinya tanah retak udara berdebu, sungai kering dan menjelang musim hujan sering terjadi badai pasir (Haboob).

Dimana pada saat musim itu bibir mulai pecah-pecak (sariawan), mimisan dan telapak kakipun mengalami pecah pecah karena suhu mencapai 55oc, apalagi saat itu kami baru melaksanakan rotasi dengan rekan-rekan satgas sebelumnya.

Perbedan Iklim dan waktu antara Indonesia dengan Sudan sangat terasa perbedaan waktu +6 jam lebih cepat dari WITA. Saya harus segera menyesuaikan dan beradaptasi dengan kondisi di sudah agar terbiasa, dengan berjalannya waktu kita sudah mulai terbiasa.

Empat bulan berikutnya masuk musim penghujan estimasi Bulan Juli s.d. Oktober suhu pada siang antara 24o celcius – 37o celcius malam kisaran 20o celcius -29o celcius kondisinya tanah berlumpur sungai meluap.

Pada saat musim penghujan banyak sekali hambatan dan kendala yang kita hadapi saat melaksanakan patroli rutin baik jarak jauh maupun jarak dekat karena jalan yang kita lalui sebagian besar padang pasir sengingga kendaran kita sering stack, dan wadi pada saat musim kemarau bisa dilalui saat itu tudah bisa dilewati karena sudah tergenang air. Namun hal tersebut tidak menyurutkan tugas kita tetap kita laksanakan sesuai SOP yang berlaku.

Diawal musim penghujan inilah masyarakat Sudan mulai bercocok tanam mereka memulai menanam gandum. Disaat tersebutlah kita berinteraksi bersama masyarakat setempat saat melaksanakan patroli. Pada Fase Musim Kering (Dingin) estimasi Bulan November s.d. Februari suhu pada siang antara 15o celcius – 27o celcius malam kisaran 8o celcius – 24o celcius kondisinya tanah kering udara berdebu.

Dimusim inilah puncaknya dimana cuaca panas namun suhu udara dingin yang menyebabkan kita terserang penyakit Malaria, saya harus imbangi olahraga dan asupan gizi agar terhindar dari penyakit malaria, pada saat musim ini lalat berterbangan dimana-mana, setelah musim lalat habis masuk lagi musim belalang,dan selanjutnya berganti ke musim kupu-kupu.

Kami harus terbiasa dengan iklim dan cuaca yang ada di Sudan. Di Sudan terdapat 3 musim. Saat musim panas mencapai puncaknya, suhu bisa mencapai 55° celcius dan ketika memasuki musim dingin, suhu mencapai 5° celcius. Kita orang Indonesia tidak terbiasa dengan iklim seperti itu. Kondisi ini merupakan hal yang baru yang tak pernah terduga sebelumnya sehingga menjadi pengalaman yang sangat berkesan bagi saya dan reken-rekan lainya.

Dalam berinteraksi dengan masyarakat setempat kita mengalami kendala dalam bahasa, masyarakat sudan terbiasa menggunakan bahasa arabic sementara kita menggunakan bahasa Inggris, namun hal tersebut tidak menyurutkan kita untuk berkomunikasi biasanya kita menggunakan interprater bahasa saat berkomunikasi.

Keberadaan kita sangat di senangi oleh masyarakat Sudan, kita sering perkenalkan seni dan budaya Indonesia kepada mereka. Kontingen Indonesia sangat disukai oleh masyarakat setempat, mereka meminta jika UNAMID ini selesai dan ditutup maka Kontingen Indonesialah yang terakhir dipulangkan.

Kontingen perdamaian Indonesia dikenal ramah dan mereka sangat menghormati kontingen Indonesia. Selain itu juga kita berinteraksi dengan Kontingen-Kontingen negara lain diantaranya Pakistan, Ethiopia, Bangladesh, Nepal, Nigeria, Burkina Paso, Sinegal, Thailand, Mesir dan Malaysia mereka menyambut baik keberadaan Kontingen Indonesia.

Hal menarik selama bertugas di Sudan, saya bisa bersosialisasi dengan polisi dan tentara dari berbagai negara. Disamping juga bisa bertukar pikiran dengan kontingen lainnya. Tugas rutin sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB hal yang membanggakan.

Selain itu, saya juga bisa melaksanakan umrah ke tanah suci Makkah. Kisah menarik lainnya Saat patroli dan memberikan bantuan kepada masyarakat. Begitu sampai, masyarakat langsung berlari mendekati kendaraan kami sambil teriak Sadiq Cup-Cup untuk mendapat bantuan.

Saya patut bersyukur menjadi warga Indonesia, negaranya subur makmur. Tidak seperti di sini yang serba kekurangan. Makanya saat saya berangkat pun ada kebanggan tersendiri terhadap diri sendiri dan orangtua serta Istri dan anak-anak saya.

Masa meninggalkan tanah air untuk tugas yang mulia sebagai prajurit Peace Keeper berkat Do’a dari mereka kami semua dapat menyelesaikan misi pemeliharaan perdamaian ini di tanah Darfur.

Kini saya dan rekan-rekan dipenghujung akhir penugasan sebagai pasukan perdamaian. Pada tanggal 2 Mei 2018 nanti kami semua tiba di tanah air. Rasa bangga, gembira dan haru bisa berkumpul lagi dengan keluarga yang selama 1 tahun ditinggalkan, kebanggaan yang luar biasa saat kami semua disematkan penghargaan berupa Satya Lencana UN Medal, Satya Lencana Sector West dan Satya Lencana Africa Union.

Penghargaan itu diberikan di daerah misi dan satu lagi penghargaan yang diberikan oleh Negara berupa Satya Lencana Wira Dharma. Penghargaan ini diberikan kepada seluruh Satgas Yonkomposit TNI Kontingen Garuda XXXV- C UNAMID yang bertugas diluar negeri.(Lka)

Artikel Terkait