Bisnis

Buleleng, Mutiara yang Tersembunyi

Oleh : very - Kamis, 19/04/2018 09:10 WIB

Dr. Ir. Agus Puji Prasetyono, M.Eng., Staf Ahli Menteri Riset dan Teknologi Bidang Relevansi dan Produktivitas, Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. (Foto: Ist)

Oleh: DR. Ir. Agus Puji Prasetyono, M.Eng. IPU.

Ketika para pemimpin negara berlomba meningkatkan devisa untuk kemajuan rakyatnya, dapat dipastikan model kepemimpinan mempengaruhi rentang dan ketajaman memilih bidang potensial yang dapat dipakai sebagai penghela pertumbuhan. Para pemimpin visioner selalu mampu melakukan koordinasi memanfaatkan kekuatan dari berbagai titik-titik potensi dan cakap dalam menghitung gerak langkah kedepan ketika menggunakan teknologi sebagai akselerator meningkatkan pembangunan dan pertumbuhan. Analisis lingkungan strategis dan social engineering sering digunakan sebagai pedoman dasar untuk menentukan parameter guna mendapatkan rumus akurat dan factor kunci yang tepat agar pertumbuhan dapat  dicapai di tingkat yang tinggi. Tidak sedikit para pemimpin negara mengambil kebijakan pembangunan pariwisata sebagai factor penggerak utama roda pertumbuhan ekonomi, seperti Indonesia. Dan ketika berbicara soal pariwisata maka Negara Indonesia akan selalu menjadikan Pulau Bali sebagai acuan nasional sebagai destinasi wisata paling sempurna Asia Tenggara.

Namun melihat perkembangan yang terjadi dalam decade terakhir, pariwisata di Pulau Bali terlihat menemui titik stagnan ketika pengambil kebijakan daerah hanya terfokus  di wilayah Bali Selatan, pasalnya kondisi geografis Bali Selatan yang sudah sangat padat dan luas wilayah yang juga terbatas. Hal itu membuat Pemerintah Provinsi harus berfikir keras dalam mengembangkan pariwisata Bali memperluas ke lokasi potensial lain seperti ke Bali Utara. Buleleng memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan sebagai lokasi pariwisata di daerah Bali Utara.

Pengembangan pariwisata Buleleng harus dilihat dari segala aspek, terutama kondisi geografisnya yaitu merupakan daerah berbukit di bagian Selatan, dataran rendah dan pantai di bagian Utara. Selain itu, disamping Gunung Tapak yang megah, Buleleng juga memiliki dua buah danau yaitu Danau Tamblingan dan Danau Buyan dengan sejumlah keunikan tersendiri. Banyak potensi pariwisata lainnya yang belum tergarap secara optimal seperti terumbu karang di Pulau Menjangan dan Dolpin yang menghiasi laut Buleleng merupakan keindahan yang tidak bisa didapat di Bali Selatan. Ke depan, pariwisata Buleleng harus memiliki karakter tersendiri untuk menciptakan suasana menarik, nyaman bagi para wisatawan.

Mengembangkan pariwisata di daerah Buleleng tidaklah mudah karena perlu dilihat dari keseluruhan aspek factor kunci seperti infrastruktur pendukung dan sumber daya manusia (SDM) yang andal, Teknologi yang selaras termasuk penyiapan anggaran yang memadai.

 

Mengembangkan Infrastruktur Pariwisata Buleleng

Kebijakan pemerintah Daerah Buleleng dalam mengembangkan Infrastruktur pariwisata berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mutakhir perlu mendapatkan dukungan kuat dari berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta, terutama rencana pengembangan Bandara Internasional Bali Utara (BIBU), peningkatan ketersediaan Energi Bersih, Rencana Pembangunan Kereta.

Wisatawan yang mendarat di Bandara Ngurah Rai yang telah mencapai enam juta orang per tahun merupakan jumlah yang cukup besar sehingga alternative membangun BIBU merupakan sebuah rencana yang sangat strategis, tepat dan akurat. Pasalnya kemajuan pariwisata di Bali Selatan sangat pesat dan membuat kondisi empiris daerah Bali Selatan padat dan kemacetan terjadi dihampir sepanjang ruas jalan, memerlukan pengembangan milayah wisata yang lebih mencitrakan bali sebagai Pulau Dewata yang nyaman dan aman. Pendaratan wisatawan di Bandara BIBU merupakan langkah yang tepat untuk memecah kemacetan hiruk pikuk wisatawan di Bali Selatan. BIBU diyakini tidak akan menurunkan maraknya wisatawan di Bandara Ngurah Rai karena ciri spesifik lokasi wisata di Bali Utara berbeda dengan Bali Selatan.

Kereta Pariwisata yang menghubungkan antara Bali Utara, Selatan, Barat dan Timur perlu mendapat perhatian serius jika Bali ingin terus mempertahankan reputasi pariwisatanya di Dunia Internasional. Dengan Kereta Wisata ini, para wisatawan dapat keliling pulau Dewata meninkmati keindahan di Seluruh penjuru Bali dengan nyaman.

Dukungan Energi bersih yang berkapasitas tinggi perlu segera diwujudkan, seiring dengan pembangunan BIBU dan Kereta Wisata. Karena seiring dengan pembangunan itu, diprediksi akan tumbuh berbagai pusat-pusat wisata di Buleleng dengan cepat, disamping Aero Wisata, Lapangan Golf, Sirkuit Balap Formula1 dan sebagainya.

 

Penguatan Kapasitas Sumberdaya Manusia, Teknologi dan Inovasi

Penguatan sumberdaya manusia merupakan pra syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah daerah yang ingin mengembangkan daerahnya menuju daya saing, kemandirian dan kemajuan peradaban. Buleleng dengan Universitas yang ada seperti Universitas Negeri Ganesha diyakini mampu mendukung pemerintah daerahnya membangun Buleleng yang mandiri dan sejahtera.

Kemampuan memilih dan memilah teknologi yang tepat untuk pengembangan Buleleng yang berdaya saing global akan lebih bermakna jika pengembangannya diserahkan kedaerah sehingga daerah akan berkembang untuk menuju cita-citanya yang menjulang.  Tidak terpungkiri peran Universitas, Badan Litbang Daerah, para pengembang, industry dan pelaku bisnis sangat menentukan kecepatan laju berkembangnya Buleleng Berdaya Saing Global.

 

Implikasi

Membangun Kerjasama nasional dan internasional baik dengan pemerintah pusat maupun para Pelaku bisnis tidak bisa ditunda, karena memecah padatnya wisata di Bali Selatan merupakan masalah yang harus segera dituntaskan. Aliran investasi dari luar Buleleng perlu ditingkatkan melalui kerjasama bisnis secara terencana. Re-Planning pembangunan Buleleng yang lebih terintegrasi akan menjadikan buleleng memiliki lompatan dalam daya saing dan kemandirian.

Dengan demikian Buleleng harus melakukan transformasi berbasis pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Pemanfaatan Iptek di Buleleng tidak lagi difokuskan untuk kebutuhan konsumen semata, tetapi juga semestinya “mempersempit” jurang antara kaya-miskin, Gini Ratio harus mampu diturunkan ke tingkat yang rendah.

Diperlukan empat langkah nyata dalam memanfaatkan Iptek untuk mambangun infrastuktur dan memajukan Buleleng yang berdaya saing, yaitu: 

Pertama, Teknologi yang dipilih dan diterapkan di Buleleng harus sudah matang dan teruji (proven) termasuk penggunaan system cyber agar efisiensi dan efektivitas dinamika ekonomi dapat dilakukan dengan baik.

Kedua, perlu dukungan pemerintah agar Iptek dapat diimplementasikan secara kondusif di masyarakat, mampu membangun strategi Tripple Helix sehingga tumbuh banyak pengusaha pemula berbasis Iptek di Buleleng.

Ketiga, membangun perancangan smart business model yang akurat sehingga kalkulasi social dan ekonomi dapat dilakukan secara tepat. Bisnis model harus diterapkan pada setiap perencanaan usaha yang akan dibangun di Buleleng.

Keempat, dukungan kuat atas infrastruktur pendukung di Buleleng agar rantai nilai ekonomi dapat ditingkatkan secara efisien.

 

Penulis adalah Staf Ahli Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi bidang Relevansi dan Produktivitas dan Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

 

Artikel Terkait