Nasional

Presiden Jokowi : Komoditas Termahal adalah Waktu

Oleh : luska - Senin, 30/04/2018 12:02 WIB

Presiden Joko Widodo buka resmi Musrenbangnas di Grand Sahid Jaya. (Indonews.id/Luska)

Jakarta, INDONEWS.ID - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan komoditas termahal sekarang yang patut dimaksimalkan adalah waktu.

Hal tersebut dikatakan Presiden di hadapan para menteri Kabinet Kerja, kepala lembaga-lembaga negara, para Gubernur, Bupati atau Walikota juga kepala Bappeda provinsi saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) yang diselenggarakan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas).

"Sekarang saya mau bertanya, apa komoditas paling mahal di dunia. Pasti banyak menjawab emas. Padahal bukan emas, tetapi waktu," jelas Presiden Joko wi di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (30/4/2018).

Diibaratkan Presiden RI, melewati waktu 10 tahun terasa begitu cepat. Begitu juga pada 30 tahun lalu, 1988, saat itu belum ada handphone (HP). Semua orang jika mau telepon, mesti sampai ke kantor atau rumah lebih dulu. Begitu juga surat, ketika dikirim harus sampai berminggu-minggu sebelum adanya mesin fax yang kemuculannya dianggap begitu revolusioner.

"Nah sekarang kita bicara sekarang hidup di era WA, twitter, Facebook, instagram. Irama hidup jadi cepat sekali, info cepat sekali. Dibandingkan dulu nelpon nunggu sampai di kantor, sekarang di mana pun kita langsung WA, dan update status Facebook, IG. Waktu lewat makin cepat," katanya.

Dengan perkembangan teknologi ini potensi produktivitas yang mengisi waktu semakin tinggi. Untuk itu, jika mampu memanfaatkan potensi ini, maka produktivitas harus dikerjakan dengan baik.

"Artinya dengan waktu lewat begitu cepat dengan teknologi informasi, begitu banyak yang bisa dicapai setiap menit, jam, hari, berati namanya waktu itu jadi komoditas mahal sekali kalau kita bisa memanfaatkan itu," jelas Presiden.

Melalui Musrenbangnas, Kepala Negara pun meminta sinkronisasi pembangunan bisa diperbaiki disetiap provinsi maupun daerah.

Seperti, lanjut Jokow ada lebih dari 30 pembangunan pelabuhan yang ternyata tidak ada jalannya. Kemudian, ada pembangunan waduk belum ada irigasinya.

"Ini belum sinkron, coba lakukan bersama-sama lakukan perencanaan fokus. Bolak-balik sudah saya sampaikan, orientasi pada proyek harus ada fokus dan skala prioritas di setiap provinsi dan kota," jelasnya.

Menurut dia, sinkronisasi pengerjaan proyek pusat dan daerah salah satu upaya memaksimalkan waktu. Di mana waktu sekarang ini dianggap sebagai komoditas termahal di dunia.

"Masa saya temukan ada museum di tengah hutan. Oleh sebab itu semua jangan dibuat ruwet, disederhanakan supaya semua cepat dan cepat. Jangan buang-buang waktu dan ada sinkronisasi pusat dan daerah," tuturnya.

Selain itu, kata Jokowi, dalam pengerjaan proyek jangan melulu andalkan keterbatasan APBN. Harus lebih kreatif mencari skema pembiayaan pembangunan infrastruktur.

"Jangan gunakan APBN saja, bisa gunakan Public Private Partnership, ada sekuritisasi, ada limited concession scheme, gunakan itu," imbuhnya.

Selain itu Presiden RI juga peringatkan khususnya pada sektor ekspor dan investasi Indonesia, untuk lebih efisien baik dari birokrasi dan perizinan.

Hal ini juga dikatakannya karena keprihatinnanya atas menurunya investasi ke Indonesia dibanding dengan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Vietnam.

Supaya tidak kalah, kata Jokowi, buka selebar-lebaranya investasi, apalagi orientasinya ekspor. Kemudian, proses perizinan dipercepat, jangan terjerebak lagi dalam rutinitas yang kerja lambat.

"Kita sudah terbiasa rutinitas, diskusi bertele-tele, saling berdebat, prosedur kita ruwet, birokrais kita juga sama bertele-tele, rantai perizinan yang sangat lama karena masih ada yang tahunan, hitungan bulan, minggu urus izin. Mestinya urus izin itu hitungannya jam," tuturnya.

"Prosedur harus ada, tapi orientasi kita adalah hasil. Kita terlalu sibuk dengan urusan sepele dan tidak cepat menanggpai perkembangan teknologi ini semakin sulit, kalau kita lakukan terobosan," presiden mengingatkan.(Lka).

 

 

 

 

Artikel Terkait