Nasional

Rekam Jejak Panjang Perjuangkan Sistem Jaminan Sosial

Oleh : very - Selasa, 01/05/2018 15:44 WIB

Deklarasi Rizal Ramli sebagai bakal calon presiden, di Jl Bangka IX Nomor 49, Jakarta Selatan, Senin (5/3/2018). (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Rizal Ramli (RR) hingga kini setia mendampingi perjuangan kaum buruh. Tak heran, dinilai wajar mantan menteri koordinator bidang maritim dan sumber daya itu mendapat dukungan kaum buruh maju Pemilihan Presiden 2019. 

Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) telah deklarasi mendukung Rizal Ramli maju sebaga calon wakil presiden (cawapres) untuk Prabowo Subianto. Dukungan KSPI ini dideklarasi pada acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas)-nya di Jakarta, kemarin (Minggu, 29/4). 

"Saya rasa wajar (didukung), karena memang beliau setia mendampingi perjuangan buruh, terutama untuk perjuangan sistem jaminan sosial. Konsistensi Pak Rizal Ramli memperjuangkan jaminan kesehatan untuk masyarakat memang luar biasa panjang," kata analis ekonomi politik dari New Indonesia Foundation, Reinhard dalam keterangannya, siang ini (Senin. 30/4). 

Ia ingat semasa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2010, RR yang mantan menteri koordinator perekonomian ikut memperjuangkan sistem, berkontribusi ide, hingga turun berdemonstrasi bersama kaum buruh di jalan.  

"Ia turun ke jalan bersama Ketua Umum KSPI Iqbal, ratusan ribu buruh KSPI, dan organisasi-organisasi buruh lainnya, menuju Istana untuk mendorong agar DPR mengesahkan Undang-Undang BPJS. Inilah bentuk kesetiaannya pada cita-cita agar Indonesia," kenang Reinhard.

Berdasarkan kesaksian rekannya semasa mahasiswa tahun 1976-1977, ulas Reinhard, Rizal Ramli ternyata juga sudah memperjuangkan sistem jaminan sosial berupa asuransi mahasiswa sejak masih kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). 

"Gagasan asuransi muncul karena banyak mahasiswa yang miskin dan tidak punya uang untuk berobat ketika itu Dari hasil diskusi, ada yang mengusulkan perlunya asuransi kesehatan untuk mahasiswa. Semua mahasiswa dipungut iuran yang tidak terlalu mahal. Uang yang dikumpulkan digunakan untuk menyewa dokter. Apabila ada mahasiswa yang sakit, jumlahnya sekitar 1 persen dari populasi mahasiswa, biaya pengobatannya bisa ditanggung bersama-sama," cerita motor sekaligus koordinator program Asuransi Kesehatan Mahasiswa ITB 42 tahun lalu, Bakti Luddin.

Saat ide asuransi tersebut diperjuangkan mahasiswa, pada tahun 1976, Rizal Ramli menjadi deputi ketua Dewan Mahasiswa ITB. Rizal Ramli dan anggota Dewan Mahasiswa lain menyambut baik gagasan ini. Mahasiswa pun mendorong rektor untuk membuat sebuah klinik. 

Sistem asuransinya dirancang oleh mahasiswa sendiri. Klinik ini masih berdiri sampai sekarang. Pasiennya tidak hanya mahasiswa, tapi juga masyarakat umum.

Hingga saat ini, bila ada yang sakit, mereka bisa berkunjung ke sebuah klinik yang letaknya tak jauh dari Gelap Nyawang, dekat kampus ITB. Klinik Bumi Medika Ganesha ITB, lengkapnya. Biaya pengobatan di klinik ini tergolong murah. Setidaknya, bisa dijangkau oleh kantong mahasiswa.

"Saat itu, para mahasiswa tidak menyadari sistem asuransi kesehatan yang mereka rancang merupakan pelaksanaan dari apa yang kini disebut sebagai social security system (sistem jaminan sosial). Tentu saja, ini dalam scope yg lebih kecil, sebuah kampus," terang Bakti.

Artikel Terkait