Nasional

Aktivis 98 Rembuk Nasional, Turun Gunung Selamatkan Keindonesiaan

Oleh : very - Senin, 04/06/2018 10:22 WIB

Rembuk Nasional Aktivis 98. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Puluhan ribu aktivis 98 akan menggelar rembuk nasional untuk menyikapi maraknya intoleransi, radikalisme dan terorisme yang merebak belakangan ini.
      
Rembuk Nasional itu akan digelar pada 7 Juli 2018, dan akan dihadiri sekitar 50 ribu aktivis 98 di Monas, Jakarta.

“Rembuk Nasional ini bertujuan memusyawarahkan pemikiran dan menyatukan langkah untuk menegaskan pentingnya menyelamatkan ke-Indonesian," ujar Juru Bicara Rembuk Nasional Aktivis 98, Sayed Junaidi Rizaldi bin Abdul Rahman Al-Hinduan dalam konferensi pers yang diikuti sejumlah elemen aktivis 98, sebagaimana siaran pers di Jakarta, Sabtu (2/5/2018).
        
Sayed mengatakan puluhan ribu aktivis 98 akan kembali turun gunung setelah 20 tahun lalu menggulingkan Soeharto dan orde baru (Orba) karena ada kelompok yang menjadi musuh bersama yang ingin mengganti ideologi Pancasila termasuk mendirikan khilafah. 
     
Kelompok tersebut menurutnya telah menyebarkan praktik intoleransi, radikalisme, hingga terorisme.
      
"Kami secara bersama sepakat tidak akan diam, aktivis 98 harus meluruskan dan melawan radikalisme, intoleransi, dan terorisme yang terus-menurus mengikis orientasi kebangsaan rakyat Indonesia," katanya dikutip Antara.
      
Dia menegaskan aksi radikalisme bukan lagi ancaman biasa, mengingat adanya aksi pengeboman oleh satu buah keluarga di Surabaya, Jawa Timur serta banyaknya terduga terorisme yang ditangkap di sejumlah daerah pasca-kericuhan di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
        
Sayed mengingatkan berdasarkan survei Wahid Institute tentang radikalisme dan intoleransi yang melibatkan 1.520 responden pada 2017, menunjukan bahwa sebanyak 11 juta orang atau 7,7 persen dari total populasi di Indonesia mau bertindak radikal.
      
Dari survei tersebut juga diketahui 0,4 persen penduduk Indonesia atau sekitar 600 ribu orang pernah bertindak radikal.  
      
Dia mengatakan dari sisi ideologi, praktik intoleransi, radikalisme, dan terorisme telah mengancam Pancasila dan merusak nilai-nilai kemanusiaan. Dia menilai sikap ambigu yang ditunjukkan sejumlah elit politik dalam menyikapi hal ini juga akan membuat ujaran kebencian meluas dan mereka yang terpapar paham radikal akan mudah berpotensi melakukan aksi teror.   
       
"Akibatnya, gampang sekali mereka menyebarkan fitnah, salah satunya menuduh aparat keamanan merekayasa teror dan mengatakan pelaku teror sebagai korban," jelasnya.
        
Sementara dari sisi kondisi nasional, praktik radikalisme, intoleransi, dan terorisme telah menyebar ke segala lapisan sosial dan aparatur pemerintahan. Mereka yang sudah terpapar paham radikal dinilainya mudah menjungkirbalikan fakta.
         
"Cara pandang mereka yang memonopoli kebenaran, membuat mereka menjadikan hakim bagi orang-orang yang berbeda dengan mereka. Kebhinekaan yang merupakan kekayaan dan kekuatan bangsa, justru hendak diseragamkan karena mereka memandang kebhinekaan sebagai musuh," kata Sayed.
       
Selain itu, kata dia, mereka yang sudah terpapar radikalisme juga mereduksi dan merusak nilai-nilai kemanusiaan, seiring hilangnya orientasi kebangsaan pada diri mereka. Situasi ini juga melanda lingkungan pendidikan dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. 
       
"Berdasarkan latar belakang tersebut, aktivis 98 memutuskan untuk melakukan Rembuk Nasional," katanya.

 

Artikel Terkait