Nasional

Anatomi Dukungan Ulama dalam Pilkada Jawa Barat

Oleh : very - Senin, 02/07/2018 15:08 WIB

Ulama dalam kampanye di Pilkada Jawa Barat. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Menurut hasil hitung cepat  (quick count) dari lembaga-lembaga kredibel, dalam Pilkada Jabar, paslon No. 3, Sudrajat dan Syaikhu (ASYIK), kalah dengan paslon No. 1, Ridwan Kamil dan Uu Ruzanul Ulum (RINDU). Padahal paslon 3 didukung (atau setidaknya diklaim didukung) oleh para Ulama kondang seperti Aa Gym, Arifin Ilham, dan bahkan Abdul Somad.

Pengamat politik dari President University, Muhammad AS Hikam mengatakan, jangan-jangan kampanye para ulama itu kurang efektif.

“Ini disebabkan karena mereka sendiri jarang menjadi pendengar ceramah dan/atau khotbah, karena selalu menjadi pengkhotbah, penceramah, pemberi nasehat dan lain-lain. Jadi kurang info apa yang dimaui rakyat dan ummat,” ujar AS Hikam di Jakarta, Senin (2/7/2018).

Selain itu, para ulama tak sering menyumbang tetapi sering disumbang oleh ummat. Karenanya kepekaan sosial bisa saja kurang kuat.

Ketiga, mereka terlalu terkenal dan sibuk dengan kalangan elit, sehingga tidak paham atau kurang bersentuhan dengan realitas sebenarnya di kalangan kaum miskin di Jabar.

Mereka, katanya, adalah para ulama metropolit dan nasional, serta internasional, padahal yang langsung bergaul dengan rakyat dalam kehidupan keseharian di kampung dan desa adalah para Kyai dan Ajeungan lokal yang mendukung paslon lain seperti paslon no 1.

“Jumlah Kyai kampung lebih besar walaupun tidak punya nama nasional atau sering nongol di media cetak, elektronik, dan medsos,” ujarnya.

AS Hikam mengatakan, dunia saat ini telah berubah. Rakyat dan/atau ummat juga membaca dan mendengar serta memantau apa yang terjadi pada kalangan pemimpin termasuk para Ulama.

Kalau Ulama tidak dipersepsikan bersama dan memiliki empati terhadap rakyat dan/ atau ummat yang miskin dan tertindas, mereka bisa saja beken tetapi tak diikuti omongannya.

Apa yang terjadi di Jabar sebetulnya merupakan fenomena yang juga terjadi di wilayah-wilayah lain di Nusantara ini. Dan bisa jadi juga berlaku bukan hanya di kalangan Islam tetapi tokoh-tkoh agamawan lain.

“Fenomena adanya gap dalam relasi antara pemimpin agama dengan ummat mereka adalah sesuatu yang perlu mendapat perhatian kita semua sebagai ana bangsa. Dan bukan hanya dalam bidang politik, tetapi nyaris semua bidang,” pungkasnya. (Very)

Artikel Terkait