Bisnis

Rupiah Melemah, Pelaku Usaha Mamin Naikkan Harga?

Oleh : budisanten - Sabtu, 07/07/2018 18:10 WIB

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S Lukman (kiri) dalam sebuah diskusi di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (7/7/2018). (Foto: jtn)

Jakarta, INDONEWS.ID – Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), membuat beberapa industri berencana untuk menaikkan harga jual.

Rencana kenaikan harga itu juga akan dilakukan pelaku usaha makanan dan minuman (mamin), sebagai strategi menyiasati pelemahan rupiah.

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S Lukman mengatakan, nilai tukar rupiah saat ini sudah menyentuh Rp 14.300 per dolar AS dan hal itu membuat pelaku usaha menghitung kembali untung rugi.

Sebelumnya, pelaku industri mamin menghitung rupiah tahun ini antara Rp 13.600-Rp 14.000 per dolar AS.  

"Kita ingin nilai tukr rupiah stabil. Jika mengikuti APBN patokannya Rp 13.600. Biasanya ada toleransi sampai Rp 14.000. Namun, Rp 14.000 sudah melewati, ancamannya masih terjadi. Makanya saya katakan industri mamin berencana menaikkan harga," kata Adhi S Lukman dalam diskusi Polemik di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (7/7/2018).

Dikatakan, para pelaku usaha mamin tengah mempertimbangkan untuk menaikkan harga jual. Langkah tersebut diambil untuk menipisnya marjin keuntungan penjualan.

Akibat dari pelemahan rupiah, membuat harga bahan baku ikut terkerek naik dalam kisaran 3-6 persen, tergantung jenis subindustrinya.

Namun, menurut Adhi S Lukman, tidak mudah untuk menaikkan harga jual di tengah kondisi daya beli masyarakat yang belum pulih. Pasalnya, jika harga naik, penjualan turun, maka industri juga pusing. 

"Kalau dinaikkan harga agar marginnya tidak tergerus, apakah pasar kuat, apakah daya beli mendukung, dan ini lagi hitung-hitungan. Masing-masing bisnis sedang mempertimbangkan itu," jelasnya. 

Di sisi lain, jika kurs rupiah menyentuh Rp 15.000 per dolar AS, maka harga bahan baku bisa melonjak antara 8-10 persen.

Dia berharap hal itu tidak terjadi. Bank Indonesia bersama pemerintah diharapkan bisa mengatasi pelemahan rupiah, bahkan bila perlu membawa rupiah kembali di bawah Rp 14.000 per dolar AS.

Sejauh ini, pelaku usaha mamin masih bertahan di tengah situasi melemahnya rupiah. "Definisi terganggu dengan kenaikan harga pokok, jelas terganggu. Tapi, saya belum mendengar ada industri yang berhenti atau stuck karena pelemahan rupiah ini," pungkasnya. (ato)

Artikel Terkait