Nasional

Pemuda Katolik Harus Miliki Empat Prinsip Ini

Oleh : very - Senin, 13/08/2018 08:25 WIB

Pertemuan Pemuda Katolik dan Alumnus Lemhannas: - Rm. Y. Kurniawan Jati (baju merah, PPRA LVI – Lemhannas RI), Ketua Pemuda Katolik Pemuda Katolik Marcus Budi S (tengah) dan AM. Putut Prabantoro (berbaju hitam, PPSA XXI - Lemhannas RI ). (Foto: Ist)

 

Bandar Lampung, INDONEWS.ID - Organisasi Pemuda Katolik harus terus bertumbuh dan sekaligus berakar pada masyarakat yang pada akhirnya harus berbuah bagi masyarakat yang didasarkan pada local wisdom. Oleh karena itu, ada empat prinsip yang harus dipegang agar Pemuda Katolik menjadi ormas yang berbuah bagi masyarakat dan bermartabat karena berintegritas.

Keempat hal itu adalah konsisten cara berpikir, cara berkerja, cara berelasi dan dalam perubahan perilaku menuju kesempurnaan. 

Untuk berbuah bagi masyarakat, Pemuda Katolik harus memegang teguh  dan bahkan menjadi garda terdepan empat konsensus dasar nasional yakni, Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika dan UUD NRI 1945. Empat konsensus dasar itu merupakan  hasil pemikiran para pendiri bangsa yang disarikan dari nilai-nilai luhur bangsa. Namun sebagai ormas,  Pemuda Katolik tidak dapat berjalan sendiri tetapi harus bekerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk, pemuka agama, TNI-Polri, pelaku usaha, ormas lain dan pengambil keputusan.

Demikian kesimpulan dari dua pertemuan para kader Pemuda Katolik dari Komisariat Daerah (Komda) Provinsi Lampung  dengan narasumber  Rm. Y. Kurniawan Jati  - alumnus Lemhannas RI PPRA LVI) dan diskusi terbatas bersama AM Putut Prabantoro - alumnus Lemhannas RI PPSA XXI, di Hotel Arinas, Bandar Lampung, Sabtu (11/8/2018).

Menurut Kurniawan, seluruh ormas Katolik termasuk Pemuda Katolik, harus memperjuangkan kepentingan masyarakat, rakyat dan umum. Ada 2 (dua) perjuangan yang harus dilakukan oleh Pemuda Katolik untuk menegaskan bahwa kaum muda adalah generasi perubah (agent of change). Perjuangan pertama adalah perjuangan pembangunan martabat manusia dan kedua adalah perjuangan perwujudan keadilan sosial. 

“Perjuangan pembangunan martabat manusia meliputi upaya terpenuhinya hak dasar, anti korupsi  dan menjadikan bumi sebagai rumah bersama. Bumi adalah ibu kehidupan seluruh manusia tanpa membedakan agama, suku ataupun ras. Maka setiap warga negara harus menjadikan Indonesia sebagai rumah bersama.  Perjuangan kedua adalah perjuangkan terwujudnya keadilan sosial termasuk di dalamnya ikut mewujudkan kesejahteraan umum, membela kaum tertindak, yang kecil, lemah, miskin, perempuan serta anak-anak dan  mereka yang terbaikan,” ujar Kurniawan Jati. 

Namun untuk mampu berjuang, lulusan Lemhannas PPRA LVI itu mengurai lebih lanjut,  tidaklah mudah karena setiap anggota organisasi  harus memiliki cara berpikir yang terbuka, inklusif, inovatif dan transformatif. Cara berpikir yang sempit, tertutup dan bersikap “menang sendiri” hanya akan membuat dan menjadikan orang lain kerdil dan bodoh.  Namun dengan kemajuan teknologi informasi termasuk medsos, cara berpikir yang sempit, tertutup dan bersikap “menang sendiri” akan mendapat tantangan dari pihak lain yang memiliki cara berpikir yang berbeda.  

“Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika menjadi konsensus karena para pendiri bangsa serta negara pada waktu itu memiliki cara berpikir yang terbuka, tidak sempit dan tidak ingin menang sendiri.  Sudah semestinya, para generasi penerus juga membuka diri atas perubahan yang terjadi dengan tetap berpijak pada empat konsensus dasar nasional tersebut,” tegas  Kurniawan Jati.

Sementara itu AM Putut Prabantoro dalam diskusi terbatas yang dipimpin Ketua Pemuda Katolik Komda Lampung, Marcus Budi S, menegaskan bahwa Pemuda Katolik  harus belajar sejarah karena dari situlah semangat ketika organisasi ini didirikan tetap akan menyala. Organisasi yang didirikan 15 November 1945 harus terus menggelorakan semangat juang untuk mewujudkan Cita-cita dan Tujuan didirikannya negara Indonesia. 

“Untuk mewujudkan cita-cita dan Tujuan negara Indonesia, Pemuda Katolik tidak bisa berdiri sendiri. Kalian harus bekerjasama dengan semua pihak. Tidak penting apakah kelak akan menjadi orang penting atau pejabat, namun yang harus dipahami kalian berkarya bukan untuk kekuasaan tetapi untuk mewujudkan Cita-cita dan mencapai Tujuan didirikannya negara Indonesia ini,” tegas Putut Prabantoro yang juga Ketua Presidium Bidang Komunikasi Politik ISKA (Ikatan Sarjana Katolik Indonesia).

Selain itu, Lulusan PPSA XXI – Lemhannas RI ini, mengingatkan bahwa Indonesia membutuhkan orang yang memiliki integritas, yang tidak asal berbicara, asal berdebat.  Indonesia membutuhkan pemikir yang memiliki rasionalitas dalam berbicara agar tidak menimbulkan hoax. Oleh karena itu, sebagai organisasi, Pemuda Katolik harus memperkuat bidang Litbang dan menguasai kemajuan teknologi informasi. 

“Berbicaralah menggunakan data yang benar. Data salah, cara menganalisanya benar, hasilnya tetap salah. Data benar, cara menganalisasnya salah, hasilnya masih salah. Yang benar adalah, data yang digunakan valid dan benar, cara pengambilan analisanya juga benar. Hasil dari kajian tersebut bisa diserahkan kepada pemerintah sebagai sumbangsih,” jelas Putut Prabantoro. (Very)

 

Artikel Terkait