Daerah

Potret Babinsa di Perbatasan, Pantang Menyerah Dengan Keterbatasan

Oleh : luska - Minggu, 19/08/2018 22:55 WIB

Karena kekurangan tenaga pengajar, Babinsa pun turut andil dalam memberikan pendidikan bagi anak sekolah di Krayan.(Dispenad)

Krayan,  INDONEWS.ID - Bertugas di daerah terpencil jauh dari perkotaan dan hiruk pikuk keramaian, tidak menyurutkan semangat prajurit TNI Angkatan Darat untuk mengabdikan diri pada bangsa dan negara demi tetap tegak dan kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Mungkin masih asing bagi telinga sebagaian besar masyarakat kita jika mendengar nama Krayan, sebuah kecamatan dari Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara yang langsung berbatasan dengan negara tetangga Malaysia.

Untuk sampai ke wilayah Krayan ini, hanya dapat ditempuh menggunakan transportasi udara ukuran kecil yang hanya dapat mengangkut 9 sampai 11 penumpang yang hanya dilayani sekali penerbangan setiap harinya karena faktor cuaca yang tidak menentu.

Di daerah inilah Serka Bambang Sugiharto, Bamin Bhakti TNI Koramil 0911-06/Krayan Kodim 0911/Nunukan sekaligus juga sebagai Bintara Pembina Desa (Babinsa) Long Kiwan yang membina 5 (lima) Desa yaitu Desa Maring, Desa Pani, Desa Lutut dan Desa Lepatar.

Bambang sapaan akrabnya menceritakan awalnya pertama kali ditempatkan bertugas di Koramil Krayan ini berawal ketika dirinya selesai mengikuti Secaba Reguler tahun 2007 dan penempatannya langsung di Kodim 0911/Nunukan dan setelah 3 (tiga) bulan ditempatkan di Koramil Krayan sampai saat ini.

Suami dari Henik Dita Dwi Yulia ini mengatakan, pada awal penugasan dirinya langsung dihadapkan kepada situasi yang kurang mendukung, dimana alat penerangan yang minim, transportasi dan komunikasi yang sulit. Dihadapkan kepada situasi seperti ini, dirinya tidak mempersoalkannya, pasalnya, itu semua tugas yang diemban dari negara untuk mengawal masyarakat dan pembangunan di wilayah binaan.

Bapak dari tiga anak ini menceritakan, tantangan lain yang dihadapi adalah jarak antara satu desa dengan desa lain bervariasi bahkan ada yang sejauh 70 km yang harus ditempuh waktu 3-4 jam perjalanan, karena jalannya masih berkontur tanah.

Bila musim penghujan, tak jarang dirinya harus jalan kaki karena sulit dilalui dengan kendaraan roda dua. Bila musim kemarau jalan sangat berdebu dan mengganggu penglihatan.

“Setiap terjun menyapa warga binaan, saya selalu menekankan untuk bangga menjadi warga Negara Indonesia. Apalagi SDM masyarakat di perbatasan masih sangat rendah, inilah selalu saya tanamkan kepada warga, agar mereka tidak terpengaruh dengan keadaan di negara tetangga yang kehidupannya jauh lebih maju,”sambung pria kelahiran Balikpapan ini.

Untuk ikut memajukan pendidikan, pria yang sudah 11 tahun berdinas di Koramil Krayan ikut mengajar di Sekolah Dasar dan SMP yang memberi materi wawasan Kebangsaan dan PBB.

“Keterbatasan guru menjadi salah satu faktor masih rendahnya mutu pendidikan, sehingga saya selalu terjun ke sekolah untuk mengajar para generasi muda harapan bangsa ini,”ungkapnya.

Lain lagi cerita dari Kopda Budi Iswanto, Babinsa lokasi Long Midang yang menjadi Babinsa di 7 desa binaan yaitu Desa Buduk Tumu, Long Merayang, Pa’nado,Buduk Kinangan, Ba’sikor, Liang Tuer dan Pa’rupai.

Budi sapaan akrabnya yang sudah tiga tahun berdinas di Koramil Krayan menyampaikan, dirinya bersama keluarga pernah merasakan satu tahun hidup dengan listrik yang hanya menyala selama 6 jam sehari, karena tempat tinggalnya sekitar 50 km dari Kecamatan Krayan. “Kita mengandalkan pelita untuk sekedar bisa menerangi rumah yang hanya terbuat dari kayu, tapi yang terpenting anak dan istri saya bisa sehat,” ungkapnya.

Tak mudah tinggal di perbatasan dengan istri dan tiga orang anak yang masih kecil, mengingat akses dari rumahnya ke kecamatan saja membutuhkan waktu tempuh sekitar 4 jam melewati hamparan pegunungan yang menanjak dan kondisi jalan yang masih berupa tanah.

“Adakalanya untuk mempersingkat waktu, saya harus melalui jalan tikus (jalan pintas) yang medannya jauh lebih berat dari jalan utama. Jalan pintas ini dilakukan agar tidak sampai malam jika kembali ke rumah,”ucapnya.

Suami dari Anita Sari ini menambahkan, untuk sampai ke desanya binaan yang jaraknya bervariasi bahkan ada yang jaraknya lebih kurang 90 km, dirinya selalu terbuka mendengar keluhan dan kendala yang dihadapi warga, bahkan suatu ketika pada tengah malam dirinya diminta warga untuk membantu mengantarkan istrinya ke Puskesmas untuk berobat, nalurinya langsung berkata siap untuk membantu warga yang membutuhkan.

Sebagaimana diketahui bahwa Krayan terkenal dengan berasnya yang pulen dan beraroma khas, Kopda Budi juga langsung terjun ke sawah membina para petani. Tak tanggung-tanggung, dirinya juga ikut berjibaku dengan lumpur ikut membantu membajak sawah, persemaian, penanaman bahkan sampai panen pun selalu hadir mendampingi para petani.

“Kegiatan ketahanan pangan ini selalu saya lakukan agar tahu persis bagaimana memberikan solusi kepada para petani dalam meningkatkan produksi padi bagi penghidupan masyarakat dan untuk mewujudkan swasembada pangan nasional,” ungkapnya penuh optimis.

Babinsa yang berasal dari Pati Jawa Tengah ini mengungkapkan, dukungan dari istri dan anak serta keluarga membuatnya makin bersemangat dalam menjalankan tugas, apalagi penerimaan masyarakat binaan yang 95 pesen suku Dayak ini juga menerimanya dengan penuh kekeluargaan.

“Inilah yang membuat saya merasa enjoy melaksanakan tugas ditambah kerjasama dengan Bhabinkamtibmas sangat erat sekali,” sambungnya.

Hal yang sama diungkapkan Anita, Istri Kopda Budi yang setia mendampingi suaminya walau bertugas di wilayah perbatasan yang sarat keterbatasan.

"Walau apapun yang kami rasakan, mendukung tugas suami adalah kewajiban kami sebagai istri prajurit, kami nikmati ini semua sebagai nikmat dari Yang Maha Kuasa," ujarnya.

Salah seorang warga yang bernama Marcel (45 tahun) menyampaikan, keberadaan Babinsa di daerah perbatasan sangat mereka butuhkan dalam membina dan menjaga kehidupan masyarakat.

“Mereka itu ibarat pelita di samudera luas, bisa menerangi lingkungan sekitar dengan senyuman dan candaan, serta memberi solusi memecahkan persoalan, sehingga membuat warga makin nyaman,” tegasnya.

Sementara itu, Camat Krayan Helmi Pudaaslikar menjelaskan, Babinsa itu ibarat mesin yang menggerakkan motor, sumber motivator sekaligus teladan dalam berperilaku. Kerjasama tiga pilar makin mudah terlaksana dalam memberi pelayanan dan perlindungan kepada warga.

“Kami sangat bersyukur Babinsa dan Bhabinkamtibmas selalu ada bersama membantu memajukan pembangunan di perbatasan,” tuturnya.

Serka Bambang dan Kopda Budi tampaknya sudah melekat dengan masyarakat Long Kiwan dan Long Midang Dayak ini. Walaupun dengan berbagai keterbatasan, hal tersebut bukan menjadi hambatan dalam menjalankan tugas, terutama untuk tetap menumbuhkan kesadaran sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, agar slogan Garuda di Hati tetap terpatri dalam jiwa masyarakat perbatasan Borneo.

TAGS : babinsa krayan

Artikel Terkait