Pojok Istana

Jokowi Dimarahi Dosen Pembimbing Skripsi (Bagian 5)

Oleh : budisanten - Jum'at, 14/09/2018 18:05 WIB

Jokowi aktif di Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Silvagama UGM (Foto Istimewa)

Solo, INDONEWS.ID - Menganggap bahwa dosen tersebut galak dan killer. Bayangkan ketika itu Jokowi harus bolak-balik bimbingan skripsi. Seperti inilah yang ia alami hingga beberapa kali tahapan konsultasi skripsi.

Skripsinya di tolak. Jokowi pantang menyerah, justru ia tambah memacu semangatnya mengoreksi mengenai skripsinya yang kurang tepat menurut Dosen Kasmujo. Ia Sering dimarahi oleh Kasmujo, saking menginginkan kesempurnaan hasil skripsi yang baik untuk Jokowi.

Jokowi sangat konsentrasi dengan skripsinya. Ia jalani dengan sabar dan apa yang diinginkan dosen pembimbingnya demi kelancaran skripsinya ia ikuti, Misalnya, Jokowi harus mencari sebuah buku bacaan yang menunjang dan memperkuat judul skripsinya. Buku tersebut ia dapati dengan sigapnya demi ingin segera lulus kuliah. Cita citanya ketika itu ingin menjadi Pegawai Perhutani.

Saat itu Jokowi yang memiliki nomor mahasiswa 1681/KT memilih judul skripsi, Studi tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kodya Surakarta. Dengan langkah yang pasti dan tepat akhirnya Jokowi dapat menyelesaikan skripsi dengan nilai yang baik. Selain kuliah, Jokowi mempunyai kebanggaan tersendiri, ia aktif di Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Silvagama UGM.

Di kegiatan inilah ia mendapatkan pelajaran yang tak ia peroleh di sekolah. Sebuah pelajaran yang mencintai alam, bersatu dengan alam. Buktinya saja, ketika di Mapala, ia sering mendaki gunung.

Jokowi merasakan kegembiraannya yang luar biasa. Ia lulus dari UGM. Ia mencoba ikut tes pegawai Perhutani, yang merupakan cita citanya. Namun keinginan masa depannya ini tak bisa ia wujudkan. Jokowi tidak diterima menjadi pegawai Perhutani.

Ia beranggapan disaat itu, mungkin dirinya yang kurang sempurna untuk mengerjakan soal ujian tes pegawai Perhutani ataukah ada titipan saat pendaftaran. Namun takdir berkata lain, Jokowi kini menjadi orang nomor satu di Indonesia. Inilah garis dan kehendak Tuhan.

Jokowi Tidak Betah di Hutan
Nasib berkata lain, Jokowi lulus kuliah tahun 1985, ia langsung bekerja di BUMN PT Kertas Kraft Aceh, dan ditempatkan di area Hutan Pinus Merkusi di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah. Namun ia merasa tidak betah. Ia bertekad berbisnis di bidang kayu dan bekerja di usaha milik pamannya, Miyono, di bawah bendera CV Roda Jati.

Pada tahun 1988, ia memberanikan membuka usaha sendiri dengan nama CV Rakabu, yang diambil dari nama anak pertamanya. Usahanya sempat berjaya dan juga naik turun karena tertipu pesanan yang akhirnya tidak dibayar.

Namun pada tahun 1990 ia bangkit kembali dengan pinjaman modal Rp30 juta dari Ibunya. Jokowi tak patah semangat. Kegagalan sebelumnya menjadi sebuah pelajaran yang dipetiknya.

Jokowi tidak ingin mengulangi masa kegagalannya tersebut. Ia menjalani bisnisnya dengan serius dan tekun serta kejujuran. Maka tak heran Jokowi mulai berjaya di dunia bisnis sebagai pengusaha mebel.

Saat itu usaha telah aman dan sangat nyaman dirasakan oleh Jokowi. Buktinya saja, ekspor stabil, kebutuhan di Solo dan kota-kota di Jawa stabil.

Pasca krismon, nilai dolar yang membumbung membuat pendapatan dari ekspor juga membengkak. Namun demikian Jokowi tak merasa lega. Sebab banyak masyarakat yang sengsara. Situasi saat itu sangat ironis.

Di saat masyarakat di luar Solo mengakui kotanya sebagai cagar budaya, justru warga kampung-kampung penghasil karya seni khas hidup susah. (abdi.k, Bersambung)

Artikel Terkait