Pojok Istana

Kisah Perjalanan Presiden Joko Widodo, Memimpin Solo (Bagian 7)

Oleh : budisanten - Kamis, 20/09/2018 00:23 WIB

Ini selebaran saat Jokowi-FX Hadi Rudyatmo akan dicalonkan menjadi Wali Kota Solo (Foto Istimewa)

Solo, INDONEWS ID - Jokowi yang berpasangan dengan FX Hadi Rudyatmo tahun 2005-2010 berhasil meraih kemenangan yang luar biasa, 99,747 suara atau 36,62 persen.

Ketika itu banyaknya kandidat yang ingin menjadi Wali Kota Solo, Achmad Purnomo dan Istar Yuliadi yang diusung oleh Partai Amanat Nasional. Hardono dan Dipokusumo dicalonkan dari Partai Golkar, Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera. Namun masyarakat Solo memilih pilihannya yang pasti pasangan Jokowi dan FX Hadi Rudyatmo.

Pasangan tersebut berhasil membawa perubahan wilayah Solo. Dibawah kepemimpinannya tersebut, Solo mengalami perubahan dan menjadi kajian di universitas dalam dan luar negeri.

Salah satunya adalah kemampuan komunikasi politik Jokowi yang berbeda dengan kebanyakan gaya komunikasi politik pemimpin lain pada masa itu, yang menjadi kajian riset mahasiswa pascasarjana Universitas Indonesia.

Di bawah kepemimpinannya, bus Batik Solo Trans diperkenalkan, berbagai kawasan seperti jalan Slamet Riyadi dan Ngarsopuro diremajakan, dan Solo menjadi tuan rumah berbagai acara internasional.

Selain itu, Jokowi juga dikenal akan pendekatannya dalam merelokasi pedagang kaki lima yang ‘memanusiakan manusia’. Berkat pencapaiannya ini, pada tahun 2010 ia terpilih lagi sebagai Wali Kota Solo dengan suara 90,09 persen.

Jokowi-FX Hadi Rudyatmo berhasil untuk periode 2005-2010. Karena kinerjanya yang baik di mata masyarakat Solo, pasangan ini terpilih kembali di periode 2010-2015.

Pasangan ini diusung dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) serta didukung oleh Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan Sejahtera. Mereka dilantik pada bulan Juli 2010.

Kata Warga Solo
Usai pelantikan tersebut banyak komentar tentang pasangan yang baru saja dipilih dua periode itu. Diantaranya dari pria yang berprofesi tukang becak yang biasa mangkal di depan Pura Mangkunegaran, menganggap Jokowi sebagai sosok yang mau menyapa rakyat kecil dan kerjanya sebagai Wali Kota selama 2005-2010 terlihat sangat nyata.

Walaupun Sumarno sebagai tukang becak, ia sangat terkesan dengan upaya penataan kota yang dilakukan Jokowi, seperti di koridor Ngarsapura dengan memindahkan toko-toko elektronik yang semula memenuhi sisi kanan dan kiri koridor ke pasar elektronik yang dibangun Pemerintah Kota Solo.

Lahan tempat berdirinya toko adalah tanah negara. Kawasan Ngarsapura kini menjadi ruang publik yang cantik.

Kesan yang sama juga diungkapkan Rino Handoyo yang merupakan warga Kadipiro, yang berjualan jus buah di stadion R Maladi, Sriwedari.

Ia memberikan apresiasi terhadap Program Kesehatan Masyarakat Solo (PKMS) yang diberikan kepada warga yang tidak memperoleh Jaminan Kesehatan Masyarakat (jamkesmas) atau Asuransi Kesehatan (askes).

Ketika itu ia menceritakan perihal ayahnya yang menderita gangguan prostat dan harus dirawat sebulan di Rumah Sakit Dr Moewardi, hanya mengeluarkan 80 persen dari total biaya Rp15 juta dengan menggunakan kartu PKMS seri silver. Kartu seri gold yang diberikan untuk warga miskin Kota Solo malah menggratiskan seluruh biaya pengobatan.

Baginya inilah salah satu prestasi Jokowi-Rudy dalam memimpin Solo. Yang diakui warga Solo dan luar Kota Solo adalah model pendekatan dalam penataan Pedagang Kaki Lima (PKL).

Pada saat Satuan Polisi Pamong Praja di kota lain ribut dengan PKL, di Solo, pemindahan hampir 1.000 PKL dari Monumen 45 Banjarsari ke Pasar Klithikan, Notoharjo, tanpa kekerasan.

PAD Solo Meningkat
Perhatian Jokowi-Rudy terhadap masyarakat tidak diragukan lagi. Pemkot Solo meluncurkan Bantuan Pendidikan Masyarakat Solo (BPMS) untuk 43.000 siswa yang menggratiskan biaya pendidikan untuk siswa SD-SMA.

Selain figur Jokowi yang dinilai luar biasa, kesuksesan Jokowi-Rudy itu juga didukung tim sukses yang solid.

Kepemimpinannya di dalam mengelola Solo berhasil dengan baik. Selama dua periode tersebut banyak buah karya yang dihasilkan oleh pasangan ini. Buktinya saja, selama kurun waktu 2005-2012 PAD Solo meningkat.

Menurut data BPS Jawa Tengah, pada tahun 2009 PAD Solo Rp101 miliar dan naik menjadi Rp181 miliar pada 2011. Pasangan ini menerapkan branding Solo The Spirit of Java. Jokowi mampu mendongkrak prestasi kota Solo. (Abdi.K/Bersambung)

Artikel Terkait