Nasional

IPW: Cara Kerja Polisi Dalam Mengamankan Pertandingan Sepakbola Perlu Dievaluasi

Oleh : hendro - Kamis, 04/10/2018 20:31 WIB

Ketua Presidium Ind Police Watch (IPW) Neta S Pane

Jakarta, INDONEWS.ID - Ind Police Watch (IPW) prihatin melihat melonjaknya angka kematian suporter sepakbola di negeri ini, dimana kenaikannya hampir 100 persen di tahun 2018. Di tahun 2017 hanya ada 9 suporter yang tewas dan di tahun 2018 melonjak menjadi 17 suporter tewas.

Sebab itu jika Liga 1 memang hendak digulirkan lagi akhir minggu ini harus ada jaminan dari Polri bahwa aparaturnya mampu bekerja profesional dalam menjaga dan mengamankan pertandingan sepakbola. 

"Jika tidak ada jaminan dari Polri, sepakbola akan tidak terkendali dan akan menjadi ajang pembantaian anak manusia," kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane kepada Indonews dalam keterangan elektronik nya, di Jakarta, Kamis (4/10/2018).

Menurut Neta,  apa yang terjadi di Bandung pada bulan lalu dimana suporter Persija tewas dikroyok suporter Persib adalah gambaran kelengahan dan kecerobohan polisi. 

Aksi pengeroyokan itu terjadi di sekitar stadion dan sebelumnya disebut sebut ada sekelompok orang yang melakukan swepping. Lalu kenapa Polrestabes Bandung sebagai penanggungjawab keamanan tidak mengantisipasinya. Kemana polisi saat pengeroyokan terjadi di sekitar stadion. Akibat peristiwa ini Liga 1 dihentikan sementara.

Neta menilai, cara kerja kepolisian dalam mengamankan pertandingan sepakbola selama ini perlu dievaluasi. Sebab sejak tiga tahun terakhir angka kematian suporter terus meningkat, baik di dalam stadion maupun di sekitar stadion ataupun di luar stadion. Tahun 2016 misalnya ada 6 suporter tewas, lima dikroyok dan satu kecelakaan lalulintas. Tahun 2017 naik, ada 9 tewas, yang 6 di antaranya dikeroyok, dua jatuh di stadion dan 1 kecelakaan lalin. Tahun 2018 melonjak, ada 17 suporter tewas yang 6 di antaranya dikeroyok dan 9 kecelakaan lalin dan 2 lainnya jatuh di stadion.

Melihat data data tersebut, kata Neta,  semakin nyata pertandingan sepakbola akan menjadi mesin pembunuh, terutama jika jajaran Polri tidak bekerja profesional dalam menjaga keamanan di setiap pertandingan. 

Dengan terlibatnya Polri melalui PS Bhayangkara dalam Liga 1 seharusnya even sepakbola bisa lebih aman dan aparatur kepolisian bisa lebih profesional dalam menjaga even even Liga Indonesia, dan bukannya jumlah korban tewas melonjak hampir 100 persen di tahun 2018 ini.

Untuk itu, tambah Neta,  jika belum ada jaminan dari Polri sebaiknya even Liga 1 jangan digelar dulu. Bagaimana pun jajaran kepolisian tidak bisa menyalahkan panitia, jika terjadi masalah keamanan, karena tanggungjawab keamanan menjadi wewenang kepolisian. 

"Jika situasinya memang tidak memungkinkan, kepolisian punya wewenang untuk menunda atau memindahkan pertandingan tsb agar tidak jatuh korban tewas dalam setiap pertandingan sepakbola," tutupnya. (Hdr)

Artikel Terkait