Kisah Pejuang Keluarga, Fathoni Ojol Satu Kaki

Oleh : Abdi Lisa - Senin, 08/10/2018 12:25 WIB

Fathoni Jarkasih saat masih menjalani ojol (Foto Abdi)

Bogor, INDONEWS ID – Walaupun kakinya hanya satu yang menapak, ia tetap semangat dan gesit dalam menafkahi istri dan anaknya. Pria ini bernama Fathoni Jarkasih.

Ditemui Indonews di kediamannya, Bogor, Jawa Barat, ia menceritakan kisahnya mengenai profesinya sebagai driver ojek online (Ojol). Inilah kisahnya.

Kegiatannya masih diseputaran tukang ojek, pangkalan dan online. Menurutnya kenangan suka dan duka masih tertanam dipikirannya. Saat ia masih menjalani ojol setahun silam. Saat itu masih berseragam Uber.

Hanya satu kaki menapak, satu kakinya sudah diamputasi, tidak membuatnya putus asa dalam mencari rezeki. Tak mengeluh. Terus uber-uberan waktu demi mencari rezeki sebanyak-banyaknya.

Kedua orangtua memberi nama Fathoni Jarkasih. Aku kelahiran 29 April 1989. Berkat pernikahanku dengan seorang perempuan cantik, Kartini, sekarang sudah dikarunia dua anak. Perempuan adalah jantung hati yang pertama yang duduk dibangku SD kelas 2. Laki-laki adalah anak yang kedua yang baru berusia 5,5 tahun.

Sebuah tongkat adalah alat bantu untuk mengiringi kegiatan sehari-hari. Selepas salat subuh aku berpamitan dengan istri dan mencium kening kedua anak yang masih tertidur pulas. Motor matic sebagai pilihan untuk menemani suka duka di jalan setiap hari hingga pukul 23.00 WIB.

Tongkat adalah Temanku

Saat sedang narik ojol, tongkat yang terbuat dari kayu, ku letakkan di belakang setang kiri. Tongkat tersebut disandarkan ke dada kiri agar tidak mengganggu kemudi.

Saat macet dan berhenti, hanya satu kaki kiriku yang menjadi pijakan kekuatan. Memang awal menjadi driver ojol, minder jika melihat pengendara online lainnya yang mempunyai fisik sempurna. Namun kutepiskan jauh-jauh tentang fisik ini.

Meraih Suka dan Duka

Masih teringat tarikan pertama dari Cinangka, Sawangan, Depok ke Tanah Abang. Ketika itu penumpangnya pria yang ingin berangkat kerja. Saat ku berhenti di depannya, penumpang tersebut seakan terkejut melihat penampilan ini yang membawa tongkat. Namun karena pria tersebut ingin berpacu dengan waktu, ia seakan tidak mempedulikan ku yang hanya mempunyai satu kaki. Ia hanya bertanya, mas Fathoni ya?  

Hari itu perjalanan lancar tanpa ada pertanyaan dari penumpang tentang diriku ini. Justru yang menjadi sewa di hari itu memberikan tips yang berlebih. Sehingga, di saat waktunya pulang ke rumah, bisa memberikan rezeki untuk keperluan belanja, sekolah dan jajan anak-anak.

Dihari selanjutnya, seorang ibu yang menjadi penumpang  menanyakan keadaanku. Ibu itu tidak percaya dengan kondisi ini. Ia terdiam dan memandangiku tajam. Ia berkata, mas narik ojek online dengan satu kaki? Selamat tidak sampai tujuan? Kan yang dibawa nyawa, bukan barang. Ku jawab, Insya Allah selamat sampai tujuan. Bismillah. Ia  terdiam mendengar perkataanku.

Suami yang berada di sampingnya itu berkata, sudah naik saja, nga apa-apa kok. Nanti kamu telat sampai kantor. Ibu itu langsung naik ke motor ku. Sebelum memutar gas, aku berpesan, ibu nanti di jalan saat macet tolong jaga keseimbangan ya, kaki jangan turun.

Suka dan duka setiap hari sangat berbeda beda. Itu semua dihadapi dengan iklas.

Selfie

Sukanya, ada beberapa penumpang yang ingin berfoto dengan ku. Dengan alasan drivernya unik. Penumpang tersebut mengabadikan beberapa jepretan selfi. Senangnya lagi, ada beberapa tarikan dekat, dengan tarif promosi hanya Rp5 ribu. Penumpang memberikan uang Rp50 ribu dan mengatakan ambil saja kembaliannya mas. Alhamdulillah, ku ucapkan atas rezeki-Mu ya Allah. 

Itulah beberapa pengalamanku sebagai driver ojol sejak bulan Juli 2017 hingga sekarang ini. Sekarang ini sehari-harinya menjadi tukang ojek pangkalan. Ojol hanya beberapa kali saja dalam sehari, kurang ramai penumpangnya seperti tahun lalu.

Membahagiakan Keluarga

Keinginanku hanya satu untuk saat ini, membahagiakan keluarga. Hasil yang diperoleh jika dirata-ratakan berkisar Rp100 ribu hingga Rp150 ribu. Hanya bisa untuk kebutuhan sehari-hari. Belum bisa menyisihkan untuk tabungan.  Dibalik ini semua, aku bersyukur, Allah SWT memberikan kesehatan beraktivitas dan seluruh keluargaku. Inilah yang terpenting.     

Kecelakaan Motor

Kenangan pahit yang mengakibatkan kaki kanan diamputasi masih mengenang dibenakku. Kecelakaan motor tahun 2009, bulan 6 tepatnya tanggal 25. Ketika itu sedang mengantarkan sahabat ke Jawa Timur.

Di Lamongan, jalan aspal, kendaraan tidak begitu macet tiba-tiba aku yang sedang mengemudikan motor yang berada di lajur kiri kepeleset dan masuk ke bawah truk gandeng yang berada di kananku. Beruntung, truk tersebut sedang berjalan pelan. Aku dan sahabat hanya tergeletak diam.

Singkatnya, aku dilarikan ke rumah sakit. Dua minggu berlalu di Rumah Sakit, waktunya kaki kanan diamputasi. Menurut dokter, daging kaki kanan sudah tidak ada hanyalah tulang dan harus diamputasi. Sebulan aku menginap di rumah sakit. Dipasangkan kaki palsu, diperbolehkan pulang. Orangtuaku yang merawat hingga pulih selama setahun. (Bersambung)

Artikel Terkait