Politik

Mantan Sekjen GMNI: Politik Indonesia Sedang Bergerak Mundur

Oleh : very - Jum'at, 19/10/2018 08:27 WIB

Mantan Sekjen GMNI Viktus Murin dalam pembukaan diskusi panel bertajuk “Peran Politisi Kristiani dalam Penguatan Politik Kebangsaan” di sebuah kawasan di Jakarta, Kamis (18/10/2018). (Foto: ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Situasi dan kondisi kehidupan kebangsaan kita saat ini sedang bergerak mundur. Kita sedang mengalami krisis yang akut dalam hal toleransi dan solidaritas.

Masing-masing kelompok cenderung mengejar kepentingannya sendiri-sendiri  yang dilatari oleh aroma politisisasi SARA, yang menghadirkan suasana perpolitikan yang beraroma ekslusif, bahkan cenderung sektarian.

Hal itu dikatakan mantan Sekjen Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Viktus Murin, dalam Panel Diskusi bertajuk “Peran Politisi Kristiani dalam Penguatan Politik Kebangsaan” di sebuah kawasan di Jakarta, Kamis (18/10/2018).

Diskusi ini menghadirkan Cyrillus I Kerong, tokoh aktivisi Katolik yang juga Caleg DPR RI dari Partai Golkar; Mikael Mali, profesional bidang perpajakan yang juga Caleg DPRD DKI Jakarta dari Partai Golkar; Herman YL Wutun, tokoh awam Katolik yang juga Ketua Umum Induk KUD; Achen Gumelar, seorang Katekis Katolik sekaligus sebagai motivator rohani; dan Pdt.Berton Silaban, penyuluh agama Kristen Protestan di lingkungan non-PNS Provinsi DKI Jakarta. Diskusi ini dipandu oleh Dionisius Pare, mantan wartawan dan penulis buku.

Menurut Wakil Sekjen Partai Golkar ini, dalam cukup banyak peristiwa, kita menyaksikan dan merasakan bahwa kualitas hidup kita sebagai bangsa mengalami kemerosotan. “Yang mengemuka justeru adalah sentimen-sentimen sempit berbasis alasan-alasan mayoritas-minoritas dalam arti jumlah,” ujarnya.

Demikian pula, tatanan politik nilai terus melemah, dan cenderung teredusir bahkan sumir oleh gejolak dan nafsu politik instan beraroma politisasi SARA. Kualitas politik nilai pun perlahan tapi pasti, seolah berganti menjadi sekadar politik angka-angka.

“Maka, tidak usahlah heran apabila dari hari ke hari kita mendengarkan berita perihal korupsi yang terus mewabah. Dari perspektif etika sosial, haruslah dikatakan, ada hal yang salah dalam konteks spirit kolektif kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” ujar Viktus.

Viktus mengatakan, kondisi ini wajib menjadi pertanyaan bagi semua pihak, mengapa hal ini terjadi. “Dari pendekatan otokritik, ini tentu saja salah kita semua. Untuk itu, kita wajib berkhtiar memperbaiki kembali kualitas hidup kita sebagai sebuah bangsa yang majemuk, plural, dan sarat kepelbagian,” ujarnya.

Kemajemukan, menurut mantan Staf Ahli anggota DPR Melchias Markus Mekeng ini, merupakan yal yang yang terberikan, atau yang bersifat given. Sesuatu yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kasih.

“Karena itu, adalah tugas semua anak bangsa untuk mengusahakan perbaikan kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi lebih baik,” pungkasnya. (Very)

 

Artikel Terkait