Nasional

Akhirnya Denny JA Menjadi Aktivis Kebencanaan Juga

Oleh : indonews - Jum'at, 02/11/2018 09:30 WIB

Denny JA dalam acara yang diberinama "Nada & Doa Anak Yatim untuk Korban Musibah Sulawesi Tengah", di kantor LSI, Jalan Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (1/11/2-018). (Foto: jpnn)

Oleh: Jojo Rahardjo*)

BENCANA di Palu dan Donggala menyentak banyak orang. Para ahli geologi dan aktivis kebencanaan pun bangkit lagi. Peringatan harus dikibarkan lagi, meski tak banyak yang mendengar, meski tak banyak yang peduli.

Gempa besar di Palu dan Donggala, Sulteng sudah diperingatkan oleh ahli geologi DR. Mudrik Daryono selama bertahun-tahun bersama para ahli geologi lain serta aktivis kebencanaan dari biduk bernama Ekspedisi Palu-Koro. 

Sekali lagi siapakah yang mendengar dan peduli peringatan itu meski peringatan itu disampaikan melalui media-media besar? Tiba-tiba akhir September lalu Palu dan Donggala berguncang keras. Gempa besar melumatkan jalan dan jembatan. Membekap listrik dan BBM. Dan membungkam sistem komunikasi. Evakuasi dan bantuan menjadi nyaris mustahil. Bahkan peta bencana sulit ditulis. Sementara itu korban terus berjatuhan hari demi hari hingga hari ini.

Denny JA pun tergugah. Denny JA yang lebih dikenal sebagai konsultan politik di kantor LSI, jl. Pemuda, Jakarta Timur, kemarin, Kamis 1 November 2018 berinisiatif menggugah teman-teman LSI untuk ikut membantu korban di Palu dan Donggala. Denny menyelenggarakan acara yg diberinama "Nada & Doa Anak Yatim untuk Korban Musibah Sulawesi Tengah". Sejumlah penyair dan musikus dan penulis, wartawan mempersembahkan puisi dan lagu mengenai luka di Palu dan Donggala. 

Denny menggugah teman-teman di LSI dengan menyumbangkan 140 juta rupiah melalui Jodhi Yudono yang dikenal sebagai wartawan dan musisi untuk korban di Palu dan Donggala, terutama anak-anak.

Acara ini memang digelar dengan menyertakan sejumlah anak-anak yatim yang ikut bernyanyi dan berpuisi untuk menggugah semangat membantu korban bencana. Sejumlah penyair ikut membacakan puisinya seperti Narudin Pituin, Nia Samsihono dan Monica Anggi Puspita yang membacakan sejumlah puisi.

“Puisi ini kami persembahkan untuk saudara-saudara kita khususnya di Palu, Sulawesi Tengah. Meski hanya puisi, tapi yakin lah bahwa apa yang kami persembahkan ini sebagai ungkapan tulus tentang kesedihan kami, belasungkawa kami dan kepedulian kami,” jelas Monica.

Dalam pidatonya pembukaan acara itu, Denny dengan fasih menyampaikan kondisi Indonesia yang rawan bencana alam. Tak hanya gempa bumi dan tsunami, tetapi juga longsor, banjir dan gunung meletus silih berganti menimpa Indonesia. Ia bahkan menjelaskan dengan lancar mengapa 3 lempeng tektonik di wilayah Indonesia menghasilkan banyak sesar aktif yang memicu berbagai gempa di banyak tempat di Indonesia.

Denny pun mengutip ISDR - PBB yang menyebut Indonesia sebagai negeri paling rawan bencana. Bencana alam di Indonesia tak bisa dihindarkan, oleh karena itu kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Denny memberi peringatan, bahwa kita akan terus mengalami bencana alam. "Ikhlas kuterima hidup di sebuah negeri yang akan diguncang bencana alam berkali-kali," demikian Denny menghimbau.

Gerakan PRB (Pengurangan Risiko Bencana) memang butuh lebih banyak lagi aktivis untuk memperingatkan kita agar siap menghadapi bencana. Gerakan PRB adalah untuk mengurangi angka korban dan angka kerugian saat terjadi bencana.

UNDP (PBB) dan UNOCHA beberapa tahun terakhir ini sibuk berkampanye tentang pentingnya berinvestasi pada gerakan PRB. Satu dollar yang diinvestasikan pada gerakan PRB akan menyelamatkan 7 dollar saat terjadi bencana. Kita melihat sendiri pada bencana yang menimpa Lombok, Palu dan Donggala. Biaya tanggap bencana dan pemulihannya begitu besar hingga “menghabiskan” anggaran negara. Kerugiannya sungguh menimpa hampir seluruh aspek kehidupan, yaitu sosial, ekonomi, dan budaya. Bahkan politik pun lumpuh setelah terjadi bencana di Sulteng.

Kepedulian Denny JA dalam persoalan bencana di Indonesia tentu akan membawa angin segar baru. Semoga itu mendorong berbagai pihak, tidak hanya pemerintah, tetapi juga semua unsur di masyarakat, bahwa persiapan harus dibuat untuk menghadapi bencana yang kapan saja bisa terjadi dan di berbagai tempat tertentu. Para ahli sudah memberi peringatan, mari kita ikut memberi peringatan. Mari sama-sama berpikir, persiapan apa yang harus dibuat….

*) Penulis adalah Peneliti di Ekspedisi Palu-Koro

 

Artikel Terkait