Nasional

Staf Ahli Menpora: Sinergi dan Harmonisasi Menjadi Kunci Kemitraan

Oleh : very - Jum'at, 23/11/2018 18:33 WIB

Drs. Candra Bhakti, M.Si, Staf Ahli Menpora Bidang Kerjasama dan Kelembagaan (berbaju merah-putih), saat membuka FGD, Kamis malam (22/11/2018). (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Staf Ahli Menpora Bidang Kerjasama dan Kelembagaan, Chandra Bhakti menegaskan, kunci dari kemitraan antar Kementerian/Lembaga terletak pada aspek sinergi dan harmonisasi, lebih-lebih dalam merespon era baru bernama era digital saat ini. Oleh karenanya Kemenpora di bawah kepemimpinan Menpora Imam Nachrawi terus berikhtiar untuk memperkuat sinergi dan harmonisasi dengan Kementerian/Lembaga dalam rangka meningkatkan kualitas pembangunan kepemudaan dan olahraga.

Penegasan itu disampaikan Candra Bhakti saat membuka Focus Group Discussion (FGD) "Penyelenggaraan Penguatan Kerjasama dan Implementasi Rencana Aksi Nasional Antar Kelembagaan", yang berlangsung di Green Peak Hotel, Kawasan Cisarua-Bogor, Jawa Barat, Kamis malam (22/11/2018). Turut hadir mendampingi Candra Bhakti dan memberikan umpan balik dalam FGD tersebut, Asdep Kemitraan Kemenpora, Wisler Manalu.

Tampil sebagai Narasumber masing-masing Suyadi Pawiro (Kabag Organisasi, Tata Laksana dan Kerjasama Biro Perencanaan dan Organisasi Kemenpora), Deni mewakili Karo Hukum dan Humas Kemenpora, dan Fahmi dari Pengurus Pusat IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). FGD yang diikuti sekitar 50 peserta ini dipandu oleh Pemimpin Perusahaan Bersih.Id, Viktus Murin, yang juga mantan Tim Ahli Menteri pada era Menpora Adhyaksa Dault.

Menurut Candra, mengacu pada keberhasilan olahraga pencak silat yang mampu mendulang medali emas di event Asian Games Jakarta-Palembang 2018, maka pemerintah telah mematok target untuk memperjuangkan agar pencak silat dapat dipertandingkan di Olympic 2020 di Jepang. Untuk itulah, hari-hari ini Menpora Imam Nachrawi terus memacu strategi promosi cabang olahraga pencak silat tersebut dalam berbagai event publik. 

"Dalam konteks dan momen seperti inilah, sinergi dan harmonisasi antara berbagai pihak sangat diperlukan. Bagaimanapun pencak silat telah menjadi salah satu pilar jatidiri bangsa. Pencak silat adalah olahraga yang menjadi simbol kultural bangsa Indonesia," ujar Candra Bhakti.

 

Sarana Soft Diplomacy

Sementara itu, Suyadi Pawiro mengatakan, aspek kerjasama merupakan nature dari Kemenpora mengingat posisi Kemenpora sebagai kementerian koordinatif lintas sektor kepemudaan dan keolahragaan. Oleh karenanya, sinergi dan harmonisasi sudah menjadi kebutuhan utama. 

Dalam hal perjuangan pencak silat sebagai cabor di pentas Olympic 2020, Suyadi mengingatkan pencak silat selain menjadi simbol kultural bangsa Indonesia di panggung olahraga dunia, sekaligus merupakan sarana soft diplomacy bagi Indonesia di fora global. 

"Banyak hal dapat diraih oleh Indonesia apabila pencak silat mampu menembus pentas Olympic, diantaranya adalah prestise bangsa Indonesia terhadap pencak silat sebagai cabor asli bumi nusantara, peningkatan prestasi olahraga Indonesia di ranah internasional, dan sarana untuk menjalankan soft diplomacy," ujar Suyadi.

Dia menambahkan, Kemenpora dan Kementerian/Lembaga dalam konteks melaksanakan Rencana Aksi Nasional antar-kelembagaan, hendaknya terus memperkuat sinergi dan harmonisasi melalui program dan kegiatan yang riil dan tidak terhenti hanya pada skala nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU).

Melengkapi perspektif kerjasama antar-kelembagaan, Deni dari Biro Hukum dan Humas mengatakan, selama ini Kemenpora pun menghadapi dilema lantaran cukup banyak MoU yang tidak berlanjut dalam bentuk program riil, akibat sentimen sektoral Kementerian/Lembaga. Pihak Biro Kumhum yang berurusan dengan aspek payung hukum kemitraan antar-lembaga berikhtiar agar di masa mendatang lebih mengupayakan adanya pola Perjanjian Kerjasama, dan tidak sekedar MoU. 

"Perjanjian Kerjasama memiliki konsekuensi reward and punishment, sehingga item-item perjanjiannya pun memuat klausul sanksi. Ini sangat berbeda dengan MoU yang tidak memiliki konsekuensi sanksi," jelas Deni.

Fahmi, narasumber yang mewakili IPSI menekankan pentingnya ikhtiar kolektif dari semua pihak untuk memperjuangkan keberhasilan pencak silat di pentas Olympic. Dia mengapresiasi kinerja pemerintah dalam hal pembinaan olahraga nasional, khususnya cabang pencak silat sehingga memunculkan prestasi spektakuler sebagai pendulang emas terbanyak bagi Indonesia pada event Asian Games 2018.

Menurut Fahmi, dari aspek kesejarahan maupun sosiologis, pencak silat merupakan bagian dari budaya asli nusantara. Sebagai cabang olahraga pencak silat terus berkembang hingga ke kawasan negara-negara serumpun Melayu.

"Memang sejak dulu Indonesia secara sadar memperkenalkan pencak silat keluar nusantara, sehingga akhirnya bertumbuh dan menjadi olahraga yang akrab di wilayah negara-negara serumpun Melayu yakni Malaysia, Singapura, dan Brunei Darusalam. Kini menjadi tanggung jawab kita semua untuk menjaga pencak silat sebagai kekayaan budaya dan pilar jatidiri bangsa," ujar Fahmi yang juga seorang pelatih pencak silat bersertifikasi internasional. 

FDG berlangsung lebih dari tiga jam, mengingat para peserta cukup antusias mengelaborasi aspek-aspek kemitraan dan pola kerjasama. Ucok dan Hamdani, peserta yang mewakili Dispora Kota Bogor, dan elemen pemuda Kota Bogor meminta atensi Kemenpora agar menyusun regulasi yang dapat langsung bersinergi dengan Daerah-daerah.

"Potensi pemuda dan atlet di daerah sebenarnya amat potensial. Kami amat berharap agar pihak Kemenpora memudahkan regulasi berkaitan dengan pengembangan bidang kewirausahaan," ujar Ucok dari Dispora Kota Bogor. (Very)

 

Artikel Terkait