Nasional

Revolusi Juni Juli Agustus Oktober

Oleh : hendro - Selasa, 11/12/2018 18:05 WIB

Pengamat sosial Christanto Wibisono

Jakarta, INDONEWS.ID - Senin 11 Des 2018 malam hari,  Didepan Relawan Bravo 5 di Putri Duyung Ancol Cottage Presiden curhat mengapa tidak ada demo besar besaran mendukung kebijakan pemerintahan nya khususnya tentang nasionalisasi Freeport & isu lainnya. 

Demo besar people power memang biasanya dipakai justru oleh insurgent (kelompok oposisi terhadap rezim petahana).  Sedang rally pembelaan oleh penguasa biasanya memakai aparatur keamanan hingga militer. Bisa terjadi militernya malah menggulingkan rezim yang mesinya dilindungi. Indonesia mengenal semi kudeta 17 Oktober 1952 (perhatikansebelum itu hari lahir capres Prabowo adalah 17 Oktober 1951).  

Pada semi kudeta itu militer mengerahkan dan membeayai demo anti parlemen menuntut pembubaran DPR sementara, Tapi justru kharisma dan popularitas Bung Karno masih luar biasa massa malah berteriak Hidup Bung Karno. Lupa bahwa mereka dibayar oleh intel dr Mustopo untuk teriak Bubarkan Parlemen!. ( Gedung parlemen di komleks Kemenkeu sekarang sempat mereka obrak abril prabotannya)> Semikudeta 17 Oktober 1952 gagal dan 2 jendral dipensiunkan dini Simatupang masuk kotak total. 

Nasution dipecat dari KSAD tapi akan come back tahun 1955 -1962 sebelulm diganti Yani sebagai KSAD dan jadi oposan Bung Karno dan sebagai Ketua MPRS Nasutionlah yang mengganti Bung Karno dengan Jendral Soeharto  Juli 1966. Semua itu terjadi karena kudeta G30S gagal ditumpas oleh kontra kudeta Soeharto yang sejak 1 Oktober 1965 malam, sudah memperoleh wangsit dengan berani menolak perintah Panglima Tertinggi Sukarno untuk melapor ke Halim. 

Malah Soeharto menyatakan akan menyerbu Halim sehingga Bung Karno harus mengungsi ke Istana Bogor. Sejak itu wangsit Bung Karno meredup. Mungkin sebagiankharisma Bung Karno sudah di lepaskan berangsur angsur sejak 21 Juni 1961 ketika Presiden Joko Widodo lahir di bantaran kali Solo. 9 tahun kemudian Bung Karno wafat pada hari milad Jokowi Maka terjadilah estafet dari dinasti Sukarno ke "proletar" non borjuis, non ningrat, non elite : Jokowi menjadi presiden ketujuh RI diorbitkan oleh Presiden ke-5 yang adalah putri presiden pertama. 

Bulan Juni adalah bulan kelahiran idee dan tokoh besar Revolusi Indonesia yang diproklamirkan 17 Agustus 1945. Intelektual Nyoto dari PKI selalu mengambil hati Bung Karno dengan menyusun pidato yang mensejajarkan Revolusi Agustus Indonesia dengan Revolusi Oktober di Rusia  (yang terjadi pada 25 Oktober kalender Julian) atau 7 November kalender Gregorian yang sekarang dipakai. 

Oktober juga menjadi bulan REvolusi Tiongkok sejak Kuomintan menggulingkan dinasti kerajaan Manchu dengan Double Ten (10 Oktober 1911) yang kemudian digulingkan oleh Revolusi 1 Oktober Republik Rakyat Tiongkok 1949. Bung Karno sendiri waktu mendirikan PNI memilih 4 Juli 1927 yang menunjukkan afiliasi dengan revolusi dan deklarasi kemerdekaan AS 4 Juli 1776. Bulan Juli juga merupakan bulan Revolusi Prancis 14 Juli 1789.  Nah sekarang ini bulan Desember jadi memang sepi dari "tradisi bulan revolusi" baik lokal nasional maupun empiris global. 

Presiden Jokowi mungkin lebih tepat disebut guyon relas ketimbang dianalisis serius bahwa dukungan elektabilitas nya kok tidak ditunjukkan oleh massa pendemo.  Sebab massa pendemo dan petahana bisa berbeda posisi,nasib dan situasi seperti sejarah demo di Indonesia.  17 Oktober demo bubar karena kharisme Bung Karno . Februari 1966 demo makan korban tumbal Pahlawan Ampera,maka Bung Karno lengser. Hal yang sama juga pada 21 Mei 1998 Soeharto jatuhkarena gagal mendeliver ekonomi dan lebih "jahat lagi" melakukan pelanggaran HAM berat, menjarah, memperkosa da membiarkan tragedi Mei 1998 berlangsung dibawah hidung kekuasaan rezimnya .

Presiden Jokowi selaku petahana tidak memerlukan demo pendukung, bergerak, tapi pemiih yang sadar dan pro aktif mempertahankan tokoh Jokowi,populis dan merakyat, menjamin bahwa tidak boleh ada daur ulang rezim pelanggar HAM, bahwa Jokowi adalah personifikasi anti pelanggaran HAM berat anti penculikanaktivis  , anti perkosaan Mei 1998, anti penjarahan Mei 1998dan pembawa perdamaian agar Indonesia selamat berusia seabad 2045 dengan melestarikan dan melaksanakan Pancasila secara de fakto in realita in total. (Penulis pengamat sosial Christanto Wibisono)

Artikel Terkait