Pojok Istana

Beda Pilihan, Jokowi: Lihat Saja Track Record dan Programnya

Oleh : very - Sabtu, 26/01/2019 21:14 WIB

Presiden Jokowi membalas uluran tangan warga yang ingin bersalaman dirinya saat penyerahan 3.000 sertifikat di Lapangan Bola Arcici, Rawasari, Cempaka Putih, Jakpus, Sabtu (26/1) siang. (Foto: Agung/Humas)

Jakarta, INDONEWS.ID -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, yang namanya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), Pemilihan Umum (Pemilu) itu setiap lima tahun ada terus. Pilihan wali kota ada, pilihan bupati ada terus setiap lima tahun, pilihan gubernur juga ada setiap lima tahun, dan pilihan presiden juga ada terus setiap lima tahun.

Karena itu, Presiden menilai sangat lucu apabila kita tidak saling omong dengan tetangga gara-gara beda pilihan, dan tidak saling omong antarkampung gara-gara beda pilihan.

“Ya kalau ada pilkada, Pilihan Bupati (Pilbup), Pilihan Wali Kota (Pilwakot), Pilihan Gubernur (Pilgub), Pilihan Presiden (Pilpres) ya dilihat saja kandidatnya. Misalnya ada 1, 2, 3, 4, dilihat, prestasinya apa dilihat, punya pengalaman enggak memerintah dilihat? Punya prestasi ndak dilihat, programnya apa dilihat, idenya apa dilihat, gagasannya apa dilihat, pilih, sudah begitu saja,” kata Presiden Jokowi saat menyampaikan sambutan pada penyerahan 3.000 sertifikat hak atas tanah di Lapangan Bola Arcici, Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat (Jakpus), Sabtu (26/1) siang.

Tapi kalau beda dengan tetangga, menurut Presiden, tidak apa-apa. “Mungkin tetangga kita pilih yang ganteng ya enggak apa-apa,” ujar Presiden seraya mengingatkan, kalau untuk mengelola sebuah daerah, mengelola sebuah provinsi, mengelola sebuah negara mestinya dilihat prestasinya, pengalamannya, track record-nya, programnya apa, idenya apa, gagasannya apa.

Berpolitik Santun

Dalam kesempatan itu Presiden Jokowi mengemukakan, jika sudah masuk ke urusan politik, sering ada gesekan.

Presiden mengaku kadang dirinya merasa jengkel melihat begitu hal seperti itu. Apalagi kalau sudah masuk bulan politik, tahun politik, maka fitnah terjadi di mana-mana. Hoaks, kabar bohong, dan ujaran kebencian di mana-mana.

“Coba dilihat, saya ini sudah empat tahun diam, enggak pernah bicara. Presiden Jokowi itu PKI, di bawah itu isunya kayak begitu. PKI itu dibubarkan tahun ‘65 – tahun ‘66, saya lahir tahun ‘61, umur saya baru empat tahun, masih balita. Masak ada PKI balita? Ada PKI balita?,” ungkap Presiden.

Presiden mengatakan, berdasarkan survei yang terakhir ada sembilan juta orang percaya mengenai ini. Untuk itu, Presiden Jokowi menekankan, bahwa dirinya bicara seperti itu karena kalau tidak, maka orang akan percaya dan jumlahnya akan bertambah jadi dua belas juta nanti.

“Ya saya omong apa adanya. Saya kemarin empat tahun saya diam, ya Allah sabar, sabar, sabar, sabar tapi sekarang omong saya,” ujarnya.

Kepala Negara mengajak semua pihak untuk berpolitik yang santun, dan beretika. “Marilah kita berpolitik dengan tata krama yang baik. Wong bangsa kita inikan dilihat dari luar itu budi pekertinya baik, sopan santunnya baik, tata kramanya baik, ramah tamah,” ucap Kepala Negara.

“Silakan berbeda pilihan, tidak apa-apa kok. Berbeda pilihan enggak apa-apa, tapi cara-caranya jangan dengan fitnah, dengan ujaran kebencian, dengan mencela,” sambung Presiden.

Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung, Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sofyan Jail, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. (Very)

Artikel Terkait