Bisnis

Arto Soebiantoro: Tiga Hal yang Harus Diperhatikan dalam Membangun Brand

Oleh : very - Selasa, 26/02/2019 21:50 WIB

Bincang pagi yang digelar oleh PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM yang bertajuk

Jakarta, INDONEWS.ID -- Brand merupakan seni untuk menciptakan persepsi. Brand adalah upaya untuk membangun perbedaan sebuah produk dari produk lainnya dengan menciptakan fantasi yang pada akhirnya memunculkan kebanggaan terkait produk yang bersangkutan.

Hal itu diungkapkan oleh Aktivis Brand Lokal Arto Soebiantoro, dalam acara bincang pagi yang digelar oleh PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM yang bertajuk “Strategi UMKM Membangun Brand” di ST. Ali Coffee Shop, Setiabudi, Jakarta, Selasa (26/02).

Hadir pada kesempatan itu yaitu Komisaris Utama PNM Agus Muharram, Direktur Utama PNM Arief Mulyadi, Direktur Keuangan PNM Tjatur H. Priyono, Direktur Bisnis I PNM, dan Abianti Riana.

Arto mengungkapkan bahwa dalam membangun sebuah brand setidaknya ada tiga hal yang mesti diperhatikan. Pertama, katanya, adalah target pasar. “Kan pasar kita besar. Segmen luas. Tapi justru itu jebakannya. Kita jadi mau ambil semua pasar. Padahal justru brand yang kuat bisa terjadi karena dia fokus ke segmen tertentu,” ujarnya di sela-sela diskusi.

Kedua, janji brand yaitu apa yang hendak ditawarkan. “Nah masalahnya dalam kasus ibu yang punya rendang itu (Indah Riani, nasabah PNM dari Tangerang yang mengusahakan bisnis makanan rendang, red.) janjinya adalah rendangnya enak. Dan itu relatif. Semua pemilik brand akan bilang produknya nomer satu. Maka janji itu, yang kemudian namanya brand value jadi penting sesuai dengan segmen pasarnya,” ujarnya.

Ketiga adalah ekosistem. Menurut Arto, kita tidak bisa membangun brand sendirian, karena stakeholder-nya juga harus dibangun. Misalnya, dari yang membuat, yang menjual, yang promosi dan yang membeli serta yang mendukung (pendanaan, dll). “Jadi tugas pemilik brand harusnya menjahit itu semua. Bukannya malah belajar pelatihan buat motret produk atau ngedesain kemasan. Itu serahkan sama ahlinya saja,” ujarnya.

Menurut Arto, dalam membangun sebuah brand maka produknya harus ada terlebih dahulu. Karena itu, yang mesti dibangun terlebih dahulu adalah industrinya sebelum membangun sebuah brand. Walau sebenarnya ada beberapa produk yang industrinya belum ada tapi brand-nya sudah tercipta lebih dahulu.

Membangun sebuah brand yang matang harus membutuhkan waktu cukup lama. “Waktu untuk membangun sebuah brand itu paling tidak selama lima tahun,”ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Arto mengungkapkan tips dalam membangun sebuah brand yang harus dimulai tahap demi tahap. Menurutnya, sebuah brand harus dimulai dari adanya rasa “kenal” terhadap sebuah produk. Kedua, rasa yaitu adanya “rasa” yang ditawarkan dalam sebuah produk. Ketiga, “paham” yaitu mengetahui apa yang ditawarkan dan keempat yaitu “cinta”. Pada tahap cinta inilah sebuah brand akan langgeng di mata konsumen.

Arto mengatakan sangat mengapresiasi PNM karena mulai membangun brand terhadap produk-produk lokal binannya. “Membangun brand lebih mudah jika perusahaan masih kecil, karena mudah dikelola dan dapat menentukan target pasar secara spesifik. Saya sangat mengapresiasi PNM yang berfokus pada pembiayaan dan pendampingan usaha masyarakat menengah ke bawah. Dampak pertumbuhan ekonominya akan sangat terasa karena memang di Indonesia, pengusaha kecil sangat banyak jumlahnya,” jelas Arto.

Untuk diketahui, PNM melalui program Pengembangan Kapasitas Usaha (PKU) memberikan pendampingan dan pembinaan kepada nasabah binaan, baik secara reguler ataupun klaster yang berdasar pada kesamaan wilayah ataupun produk.

“Diskusi hari ini, berfokus pada strategi UMKM dalam membangun Brand. Pelaku UMKM kerap merasa menciptakan Brand adalah hal yang tidak perlu dilakukan karena dianggap berbiaya tinggi. Padahal dengan membranding produk mereka dapat meningkatkan nilai jual produk dan menjadi pembeda dari produk lainnya. Melalui diskusi ini, kami ingin memberikan strategi terbaik dan termudah dalam branding yang dapat dipraktekan oleh pelaku UMKM,” jelas Arief Mulyadi.

Dalam acara itu, PNM memberi kesempatan kepada dua nasabahnya untuk menceritakan suka dan duka dalam berusaha dan bagaimana mereka bisa membangun brand, yaitu seorang nasabah Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) bernama Handayani dan seorang nasabah Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM), Indah Riani.

Arief mengatakan, PNM tidak hanya memberikan modal finansial, namun juga memberi modal pelatihan dan modal sosial. “Jadi kami juga memberi pelatihan kepada kelompok ibu-ibu dan memberi modal sosial dengan membangun jaringan. Kami berharap mereka bisa bersinergi. Modal sosial juga berupa pertemuan setiap minggu, dan tanggung jawab berupa tanggung renteng,” ujarnya. (Very)

 

Artikel Terkait