Politik

Narasi Apokaliptik Upaya Sistematis Mendelegitimasi Pemilu 2019

Oleh : very - Rabu, 24/04/2019 11:49 WIB

Pengamat politik dari President University, Muhammad AS Hikam. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID -- Harus diakui bahwa temuan-temuan terkait berbagai kecurangan dan/atau pelanggaran pelaksanaan Pemilu 2019 - Pileg dan Pilpres - cukup memprihatinkan dan "alarming" terhadap delegitimasi terhadap penyelenggara Pemilu. Bukan suatu hal yang tak mungkin bahwa apabila jumlah temuan kecurangan-kecurangan dan/ atau pelanggaran di TPS daerah-daerah terus bertambah dan tak tertangani dengan efektif, maka kredibilitas KPU bisa dipertanyakan dan, bahkan tergerus.

Hal tersebut, pada gilirannya, akan rentan terhadap upaya memanfaatkannya sebagai salah satu sumber potensial bagi upaya delegitimasi Pemilu 2019 berikut hasil-hasilnya oleh pihak-pihak anti demokrasi.

Pengamat politik dari President University, Muhammad AS Hikam mengatakan, akibat strategis yang ditimbulkan dari hal itu adalah kondisi Kamnas kita akan terancam oleh muncul dan berkembangnya proses destabilisasi politik.

“Jika itu terjadi, jelas terlalu mahal harga yang mesti dibayar oleh rakyat, bangsa, dan NKRI sekarang dan pasca-Pemilu yang akan datang. Hasil reformasi, berupa demokratisasi, yang selama lebih dari dua dasawarsa kita capai dengan susah payah akan mengalami ancaman kehancuran,” ujarnya melalui siaran pers di Jakarta, Rabu (24/4).

Pertanyaannya adalah, bagaimana sikap kita sebagai warganegara yang bertanggungjawab atas bangsa dan NKRI?

Hikam meminta semua pihak agar bersikap waspada dan membantu KPU serta aparat penyelenggara Pemilu lainnya (Bawaslu, DKPP) untuk menyelesaikan masalah pelanggaran Pemilu (garpilu) dengan tenang, efektif, dan profesional.

“Yang paling mudah antara lain adalah dengan tidak menyebarluaskan dan mendistorsi informasi yang masih belum jelas akurasi dan validitasnya,” ujarnya.

Dia meminta semua pihak  untuk mencermati sumber-sumber dan konten-konten berita yang sarat deng narasi "apokaliptik". Misalnya ide menggerakkan "people power"; ide mendorong dilakukannya Pemilu ulang; dsb.

“Hemat saya narasi-narasi apokaliptik seperti itu adalah bagian integral dari upaya sistematis untuk mendelegitimasi Pemilu dan hasil-hasilnya,” ujarnya.

Pada akhirnya, katanya, demokrasi kita harus dipertahankan dan dilestarikan secara bersama-sama dan total. “Karena itu, jaga atau proteksi Pemilu 2019 dari setiap usaha delegitimasi atasnya. Jangan berikan kepuasan (satisfaction) kepada kekuatan-kekuatan sinis yang selalu mencoba menghancurkannya!,” pungkasnya. (Very)

 

Artikel Terkait