Nasional

Tolak Wisata Halal, Garda NTT Bertemu DPR dan Asdep Kemenpar

Oleh : very - Jum'at, 10/05/2019 23:03 WIB

Gerakan Patriot Muda Nusa Tenggara Timur menggelar Rapat Konsultasi terbuka bersama Melchias Marcus Mekeng Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Fraksi Partai Golongan Karya (Golkar). Turut diundang sebagai pemateri dalam acara itu, Dr. Fransiskus Xaverius Teguh, MA Asisten Deputi Manajemen Strategis Kementerian Pariwisata di Restoran Pulau Dua, Jumat, (10/05/2019). (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID -- Gerakan Patriot Muda Nusa Tenggara Timur menggelar Rapat Konsultasi terbuka bersama Melchias Marcus Mekeng Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Fraksi Partai Golongan Karya (Golkar) di Restoran Pulau Dua, Jumat, (10/05/2019).

Turut diundang sebagai pemateri dalam acara itu, Dr. Fransiskus Xaverius Teguh, MA Asisten Deputi Manajemen Strategis Kementerian Pariwisata.

Acara yang digelar pukul 14.00 wib itu, mengangkat topik hangat yang sedang jadi perbincangan publik Nusa Tenggara Timur yaitu terkait Kedudukan Badan Otoritas Pariwisata dengan konsep Wisata Halal yang rencananya bakal diterapkan di Destinasi Wisata kelas dunia Labuan Bajo Flores.

Sekretaris Jenderal Garda NTT, Marlin Bato dalam acara itu mengatakan, "Sikap resmi Garda NTT adalah menolak wisata halal sebab tidak sesuai dengan budaya Flores. Karena itu kita menggelar acara ini guna mendapatkan pemahaman yang utuh dari para senior yang mengerti konsep ini, apakah sebenarnya nilai positif dan negatif konsep wisata halal ini," ujarnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, publik NTT tentu saja menolak keras dan memperdebatkan konsep ini karena tidak sepenuhnya mengerti apa tujuan Badan Otoritas Pariwisata menggagas konsep wisata halal tersebut.

"Berapa tahun terakhir ini, menguatnya aksi-aksi kekerasan verbal dan fisik yang dipertontonkan oleh kelompok-kelompok intoleran yang beredar di dunia maya membuat masyarakat NTT jadi serba curiga, sensitif dan defensif serta ekstra hati-hati terhadap konsep-konsep yang masuk dari luar. Tentu saja penolakan ini hal yang wajar dan perlu ditanggapi serius oleh pemerintah pusat," papar Marlin.

Menurut Marlin, konsep wisata halal tidak perlu ada di Flores sebab daerah ini mempunyai karakteristik berbeda dengan daerah lain. Ada wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya dan wisata religi Semana Santa di Larantuka yang kental dengan warisan bangsa Portugis tentu akan bertentangan dengan konsep wisata halal.

"Tolak program wisata halal. Biarkan pariwisata Flores berkembang sebagaimana adanya sesuai indentitas lokal. Jangan dipaksakan sesuatu yang asing di Flores. Apalagi yang berbau ke-Arab-arab-an. Flores itu, jendela Vatikan Indonesia," pungkasnya. (Very)

Artikel Terkait