Nasional

Berapa Banyak Dosa Yang Diperbuat Atas Nama Agama ?

Oleh : very - Senin, 13/05/2019 09:45 WIB

Rudi S Kamri, pengamat sosial dan politik, tinggal di Jakarta. (Foto: Ist)

Berapa Banyak Dosa Yang Diperbuat Atas Nama Agama ?

Oleh : Rudi S Kamri*)

"Agama dimaksudkan sebagai rahmat bagi semua umat manusia, untuk bisa menjadi tali penghubung antara semua ciptaanNya. Kita semua bersaudara bukan karena satu keturunan tapi karena satu Tuhan yang berkuasa di atas sana.

Oh Tuhan, kadang aku berpikir bahwa agama lebih baik tidak ada saja. Karena justru agamalah penyebab perselisihan, perpecahan dan pertumpahan darah dan bukan menjadi tali pemersatu umat manusia.

Aku sering bertanya pada diriku sendiri: apakah agama merupakan sebuah rahmat kalau prakteknya malah seperti ini? Kata orang, agama akan menjaga kita dari perbuatan dosa, namun berapa banyak dosa yang telah diperbuat atas nama agama?”

Jepara, 6 November 1899

RA KARTINI

Ungkapan hati seorang Kartini 120 tahun lalu ternyata telah melampaui jamannya. Dan memang benar kenyataannya bahwa apabila agama di tangan orang yang salah membuat dunia ini goyah dan bubrah. Kita sudah melihat contoh nyata negara-negara di Timur Tengah. Politisasi agama ternyata membuat rakyat menderita. Agama hanya digunakan sebagai alat untuk mencari kekuasaan.

Makna agama yang salah saat ini juga tengah diinfiltrasikan oleh beberapa oknum provokator ke otak primitif sebagian rakyat Indonesia. Dengan kemasan negara syari`ah, orang-orang yang berideologi Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin mencoba mencuci otak rakyat Indonesia. Seolah negara dengan sistem khilafah adalah satu-satunya solusi kehidupan masyarakat yang Islami. Padahal dari sejarah tidak ada jejak Rasulullah mendoktrin sistem khilafah untuk urusan kenegaraan.

Doktrin dogmatis ini yang dicoba dijejalkan oleh orang-orang HTI dan kelompok Islam radikal ke dalam otak masyarakat. Akibatnya sebagian masyarakat yang terpapar paham sesat ini menjadi beringas. Mereka menjadi anti pemerintah dan anti keberagaman. Ideologi negara Pancasila seolah menjadi barang haram di mata mereka. Di tangan mereka Islam yang sejatinya merupakan rahmatan lil alamin menjadi berwajah kasar dan sangar. Di muka mereka tidak ada lagi kelembutan Islam yang sebenarnya.

Ini PR besar bangsa ini. Kalau tidak segera di atasi kesesatan pola pikir ini akan menular liar tidak tertahan. Dan ini ancaman serius bagi kelangsungan kebhinekaan Indonesia. Dan ini akan menjadi bom waktu yang berpotensi meruntuhkan NKRI. PR besar ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, tapi juga menjadi tanggung jawab para ulama, tokoh masyarakat dan kita semua.

Kartini telah menulis kecemasannya. Dan ini bisa terjadi kalau kita lalai mengatasinya. Untuk menjaga Indonesia tetap utuh dan maju, bukan sekedar membangun ekonomi atau pembangunan fisik semata, tapi lebih penting dari itu adalah membangun watak manusia Indonesia yang akhlakul kharimah dan mencintai keutuhan bangsa dan negara.

Dan pembangunan dengan orientasi "Nation Building" ini sangat mendesak agar tidak ada lagi manusia Indonesia seperti Rizieq Shihab, Felix Siauw, Tengku Zulkarnain, Solatun, Amien Rais dan lain-lain.

Menurut saya ini lebih mendesak dilakukan dibanding memindahkan ibukota, Pak Jokowi.

Salam SATU Indonesia

13052019

*)Penulis adalah pengamat sosial dan politik, tinggal di Jakarta.

Artikel Terkait