Nasional

Mari Kita Selamatkan Indonesia

Oleh : very - Kamis, 16/05/2019 13:45 WIB

Rudi S Kamri, pengamat sosial dan politik, tinggal di Jakarta. (Foto: Ist)

Oleh : Rudi S Kamri *)

Dengan tidak mengurangi kepercayaan saya terhadap kesiapsiagaan TNI POLRI dan aparat keamanan negara lainnya, secara jujur saya merasa cemas dengan polarisasi yang tajam antar anak bangsa ini pasca Pilpres 2019. Penyebab tunggalnya adalah ketidakmampuan Prabowo Subianto dan kelompoknya dalam menyikapi realita kekalahan pada Pilpres 2019. Mereka secara tidak terhormat terus menerus memprovokasi para pendukungnya untuk terus melawan keputusan konstitusional dari aparat negara seperti KPU, Bawaslu, DKPP dan MK.

Sikap mereka sangat tidak nasionalis dan tidak mendidik pada generasi muda Indonesia. Sikap tidak demokratis ini mencerminkan kekerdilan cara berpikir mereka. Dan terbukti provokasi mereka mengacaukan akal sehat sebagian rakyat Indonesia yang pendukungnya. Ujaran seperti gerakan kedaulatan rakyat dan perang badar yang disuarakan oleh Sengkuni Milenial Amien Rais disikapi dengan niat perang fisik dari pendukungnya. Apalagi ditambahi dengan iming-iming menyesatkan tentang surga dan belaian bidadari jika mereka mati. Keadaan ini sangat memprihatinkan dan tidak bisa kita biarkan.

Sebagai masyarakat yang masih dianugerahi akal sehat dan kewarasan berpikir, kita harus turun membantu pemerintah untuk mengatasi hal ini. Dengan segala kemampuan yang kita miliki kita harus mencegah sekuat tenaga agar jatuhnya korban fisik yang sia-sia ini jangan sampai terjadi.

Tugas Pemerintah dan para tokoh bangsa adalah harus sekuat tenaga mengupayakan rekonsiliasi nasional tanpa kehilangan jati diri dan kewibawaan sebagai simbol negara. Tugas aparat keamanan negara harus sedini mungkin membungkam para provokator destruktif seperti Amien Rais, Permadi, Kivlan Zein, tokoh radikalis Islam dan beberapa kelompok barisan sakit hati yang secara diam-diam sedang mempersiapkan gerakan massa yang berpotensi mengorbankan rakyat dan merusak ketertiban masyarakat.

Dan tugas kita sebagai masyarakat adalah memberikan edukasi dan pencerahan kepada siapapun di sekitar kita yang masih berpotensi terpapar dan terpengaruh ujaran sesat para provokator. Sekemampuan kita. Sebisa kita. Dengan cara dan melalui media apapun yang mampu kita lakukan. Mari kita sekuat tenaga mengeliminasi jurang perbedaan diantara kita sesama anak bangsa. Dengan cara merangkul dan mengajak mereka bergandengan tangan untuk Indonesia. Salah satu langkah nyata adalah mulai sekarang kita hilangkan kosa kata kampret dan kecebong. Cara yang lain adalah kita mengurangi postingan di media sosial yang berpotensi membakar amarah orang lain.

Kemenangan Jokowi-MA pada Pilpres 2019 sudah di depan mata, hanya tinggal ketok palu konstitusional dari aparat penyelenggara Pemilu. Mari kita sikapi dengan elegan dan penuh kesantunan. Setajam apapun perbedaan preferensi pilihan politik, para pemilih Prabowo yang sekitar 43% itu adalah TETAP SAUDARA SEBANGSA. Mereka bukan musuh kita. Mereka adalah KITA (dalam huruf besar) sesama anak bangsa Indonesia.

Mari bersama KITA selamatkan bangsa ini dari perpecahan. Demi anak cucu KITA. Demi negeri KITA Indonesia. Demi ideologi negara KITA Pancasila. Demi bendera merah putih KITA dan demi kebhinekaan KITA sebagai sebuah bangsa.

Mari KITA bergandeng tangan dan bergerak bersama untuk SELAMATKAN INDONESIA.

 

Salam SATU Indonesia,

16052019

#GerakanMenjagaIndonesia

#SaveIndonesia

#DukungKPUBawaslu

#DukungTNI_POLRI

*) Penulis adalah pengamat sosial dan politik, tinggal di Jakarta.

Artikel Terkait