Nasional

Ini Strategi BNPT Atasi Radikalisme dan Terorisme

Oleh : very - Selasa, 28/05/2019 22:24 WIB

Kepolisian Negara Indonesia (Polri) memprediksi terorisme dan radikalisme masih menjadi masalah yang berpotensi sebagai gangguan utama keamanan dan ketertiban masyarakat tahun 2019. 

Jakarta, INDONEWS.ID -- Dalam mengatasi radikalisme dan terorisme, BNPT menerapan strategi penanganan radikalisme dan terorisme secara kreatif dan inovatif. "Kami manfaatkan semua saluran yang ada. Kami juga mengajak seluruh lapisan masyarakat, selain kementerian dan lembaga pemerintah," kata Kasubdit Kontra Propaganda, Direktorat Pencegahan, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Kolonel Sujatmiko, dalam diskusi media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 yang diselenggarakan di Ruang Serbaguna Roeslan Abdulgani, Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jl Medan Merdeka Barat 9, Jakarta Pusat, Selasa (28/5/2019).

Diskusi media dengan Tema “Kita Indonesia, Kita Pancasila”, juga menghadirkan  narasumber  Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Hariyono, serta Sekretaris Deputi VI Bidang Kesbang Kemenko Polhukam Brigjen Pol Mamboyng.

Kegiatan FMB 9 juga bisa diikuti secara langsung di www.fmb9.id, FMB9ID (Twitter), FMB9.ID (Instagram), FMB9.ID (Facebook), dan FMB9ID (Youtube).

Lebih lanjut Sujatmiko menjelaskan, strategi mengatasi radikalisme dan terorisme dengan dua pendekatan; program deradikalisme dan kontra radikalisme.

Program deradikalisasi dengan cara pencerahan kepada mereka yang sudah terpapar. Jumlahnya 406 napitor, 191 tahanan. Total 567 orang yang tersebar di 89 lapas dan 2 rutan di 25 propinsi.

Selain mereka yang di lapas, juga di masyarakat. Hingga Januari 2019, jumlah napiter yang sudah bebas 632 orang. terbina 347. mantan teroris 90 orang di 17 propinsi.

Program kontra radikalisme melibatkan semua unsur masyarakat. "Caranya dengan kegiatan-kegiatan kreatif. "Contohnya membentuk duta damai di dunia maya. BNPT juga mengajak youtuber untuk bersama membuat konten kreatif. Hasilnya luar biasa, banyak konten-konten kreatif untuk mengajak masyarakat menjauhi aksi radikalisme," jelas Sujatmiko.

Sujatmiko mengatakan, pelaksanaan Pancasila secara kreatif akan menjadi alat yang ampuh untuk mengatasi radikalisme dan terorisme di Indonesia.

"Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, bila dilaksanakan dengan benar, akan mendorong masyarakat saling menghargai sesama," jelasnya.

Menurut Sujatmiko, paham radikalisme dan terorisme di Indonesia mengalami pasang surut, mengikuti suasana. Ada saat-saat kritis. Salah satunya saat tensi politik yang meningkat. "Mereka, para penganut paham radikalisme pada dasarnya tidak menghargai ajaran leluhur. Ini jelas bertentangan dengan Pancasila,"  katanya.

Untuk mengatasinradikalisme dan terorisme, tambah Sujatmiko, BNPT menerapkan pendekatan secara lunak. Yakni, dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersinergi. "BNPT bersinergi dengan kementerian dan lembaga untuk bersama mengatasi radikalisme dan terorisme. BNPT tidak bisa sendirian, jadi kita harus bersama-sama untuk memerangi paham terorisme," jelasnya.

Para pelaku atau mereka yang terpapar radikalisme dan terorisme menganut paham yang sumbernya karena penyalahgunaan agama.

Diskusi media dengan Tema “Kita Indonesia, Kita Pancasila”, juga menghadirkan  narasumber  Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Hariyono.

Kegiatan FMB 9 juga bisa diikuti secara langsung di www.fmb9.id, FMB9ID (Twitter), FMB9.ID (Instagram), FMB9.ID (Facebook), dan FMB9ID (Youtube). (Very)

 

Artikel Terkait