Nasional

Capres Ke 8: Bahan Makan Siang Teuku Umar VS RP Suroso

Oleh : hendro - Rabu, 24/07/2019 19:10 WIB

Istimewa

Jakarta, INDONEWS.ID - Hari Rabu 25 Juli 2019 saya dijadwal prosedure geraham di dokter gigi Robert di Jalan JamBu 54 persis ditengah jarak kediaman Presiden ke-5 Megawati dan kantor pusat DPP Partai Nasdem yang jaraknya hanya 650 m menurut peta Google atau 2 menit kalau tidak macet dengan mobil. Timingnya ternyata pas dengan drama politik pertemuan Megawati Prabowo yang dibayangi oleh mkan siang Ketua Umum Parai Nasdem Surya Paloh dan Gubernur Anies Baswedan. Kalau berita dari Teukut Umar sifatnya normatif, maka berita dari Gondangdia Lama  (JL RP  Suroso) 44 bagaikan “bom waktu” karena langsung mengungkap bahwa Partai Nasdem akan mendukung pencapresan Gubernur Anies Baswedan pada pilpres 2014 menjadi Presiden ke-8 RI.  Selama prosedure dentist saya menyaksikan diskusi imajinerBung Karno dengan Jendral Soeharto dan Prof Dr Sumitro. 


CW: Bapak bapak silakan bersilaturahim dan berdiakusi bebas tentang situasi politik Indonesia untuk membekali pencerahan dan misi visi bangsa ini kedapan menuju Seabad Indonesia 2045 . Bapak bapak telah menyaksikan hiruk pikuk manuver politik pasca pilpres.Mulai dari rekonsilias iMRT Lembak Bulus makan siang didepan gambar Togog Semar , makan siang Mega Prabowo di bayangi makan siang Surya Paloh Anies Baswedan.

BK: Semua peristiwa hari ini terjadi di Menteng, sedang Lebak bulus juga perlu makan siang didekat Menteng. Megawati dan Prabowo jelas anak Menteng sedang Surya Paloh dan Anies Baswedan mungkin bukan asli Menteng tapi orang tuanya kelas menengah yang lumayan.  

Kakeknya Anies kan pendiri Partai Arab Indonesia 1934 meniru Partai Tionghoa Indonesia yang didirikan oleh mentornya Liem Koen Hian 1932.  Abdurahmah Baswedan juga menteri muda penerangan pada kabinet Syahrir II meskipun hanya 7 bulan sejak 2 Ok 1946 – 27 Juni 1947. Hanya Jokowi yang betul betul bukan anak Menteng karena berasal dari “marhaen” bantaran Bengawan Solo bagaikan Joko Tingkir dan atau Joko Tarub, langsung mengorbit menjadi Sunan alias Presiden Republik  Indonesia ke- 7 mengalahkan jendral anak Prof Sumitro dan mantu Jendral Soeharto. Meskipun dia bukan anak biologis saya, sebagai pendiri PNI tentu saya bangga dengan kinerja  tukang mebel krempeng Solo ya melejit sampai forum G 20 dan sukses menjinakkan segala politisi pewaris dan penerus Orde Baru yang brutal, beringas dan Brutus-ian karakternya. Selamat kepada ananda Jokowi yang lahir 21 Juni 1961 , 9 tahun sebelum berpulangnya saya kerahmatullah. Anda layak dapat Nobel berhasil menjinakkan Jendral Prabowo ,  dan parpol yang riwayatnya penuh ilmu Ken Arok dfan Brutus dan survive menuju pembentukan kabinet ke-2 untuk menuntaskan misi dan visi untuk 5 tahun lagi. 

Prof Sumitro: Saya ingin menyampaikan selamat kepada Bung Besar kita Bung Karno membuktikan telah menciptakan suatu ideologi yang menebus batas fisik biologis. Artinya meski Presiden Jokowi bukan anak biologis anda, tapi dia mewarisi ketat ideologi membela kepentingan wong cilik. Tentu saja dengan belajar dari kesalahan anda masa lalu.

Saya boleh bangga lah bahwa sebetulnya ideologi marhaenisme itu sama dengan sosialisme demokrat yang dianut PSI. Tapi memang gara gara Sutan Syahrir kurang “Jawani” dia membentak “houd  je mond” (shut up) waktu anda di tahanan Belanda. Tentu saja Bung tersinggung dan saya mewakili Bung Kecil Syahrir minta maaf atas “kekurangajaran” itu.

Tapi dalam konteks prlakuan thd tahanan politik saya tetap curhat dan complain bahwa Orde Lama anda juga terkena penyakit menahan lawan politik yang bahkan sampai mengakibatkan wafatnya Syahrir dalam status tapol di Zurich. Pulangnya anda merehabilitasi alm jadi Pahlawan Nasional 9 April 1966.

Saya hanya ingin menegaskan bahwa sekarang ini kita lebih baik berhenti memamah biak, memuja muji segala macam “rekonsilaisi” pakai teori wayang dan budaya tapi sebetulnya semua bermuara jadi Sengkuni, Dorna , Ken Arok, Brutus dan Machiaveliean. 
 

Soeharto:Ya sudah, kita sudah sering “diadu domba” oleh Bung Christ ini dengan extrapolasi sejarah  yang memang mirip cerita silat Chin Yung dan babad Mataram. Dalam konteks itu, manipulasi dna intrik politik merupakan bagian yang tak terelekkan. Yang harus diperhatikan adalah jangan sampai konflik politik itu menjadi pembunuhan karakter atau fitnah dan pembunuhan fisik asssinasi seperti waktu G30S menghabisi para jendral TNI.

Kalau berebut jadi Perdana Menteri dan Presiden ya silakan kalau sudha ada mekanisme demokrasi yang disepakati bersama. Sudah menjadi fakta sejarah bahwa kita berdua berkuasa terlalu lama 21 tahun Bung Karno dan 32 tahun saya sendiri.

BK: Harus dikoreksi bahwa Bung Karno tidak pernah berkuasa mutlak 21 tahun. Sebab kekuasaan saya sebagai PM Kabinet Presidensial hanya berusia 87 hari dari 19 Agustus 1945 sampai 14 November 1945.   Saya diganti oleh PM Syahrir yang sampai dua kali saya dukugn dgn reshuffle membengkak jumlah kabinet, tetap jatuh dan diganti PM Amri Syarifuddin. PM ke-3 ini tragis nasibnya akan ikut pemberontakan PKI Madiun dan di eksekusi.

Wapres Hatta mengambil alih dengan 2 x reshuffle, Hatta I , Hatta II dan RIS. Setelah itu meski saya presiden menurut UUDS 1950 tapi sistem kabinetnya parlementer, presiden dan wapres hanya simbol saja. Sampai pemilu 1955 sejak 1950 ada 5 kabinet, Natsir dan Sukiman dari Masyumi Wilopo dan Ali Sastroamijoyo dari PNI kemudian kabinet Burhanudin Harahap Masyumi  menyelenggarakan pemilu 1955.

Hasilnya 3 besar partai PNI Masyumi NU membentuk kabinet koalisi Ali Sastroamijoyo II yang sayang hanya berusia setahun ( 24 Maret 1956-9/4/1957. Waktu kabinet Ali bubar, saya menyatakan Indonesia dalam keadaan bahaya perang dan memang terbukti karena 15 Feb 1958 meletus pemberontakan PRRI Permesta dimana anda ikut serta mencari suaka keluar Indonesia Cum (panggilan akrab sesama elite setara terhadap Prof Sumitro). Yang menandatangani surat perintah penahanan adalah Penguasa Perang Pusat Mayor Jendral Nasution sbg KSAD yang melaksanakan UU Darurat Perang itu.


Soeharto: Saya pemerhati dan pelaku sejarah yang praksis tidak pakai teori PhD pak  Saya korban konflik Pusat Daerah, ketika para panglima daerah berontak ikut PRRI, yang pro pemerintah mesti cari tombok dana sendiri. Saya sebagai panglima Diponegoro memanfaatkan bisnis dengan swasta yang menghasilkan uang dan bisa menambah kesejahteraan prajurit. Itu karena APBN dan APBD tidak cukup. 

Dan saya  waktu itu belum punya idee seperti yang dicetuskan bung Christ pada 1967 kepada Gubenur Ali Sadikin untuk membuka dna memajaki casino sebagai sumber dana inkonvejsnional untuk membangun gedung SD yang dioerlukan mendesak untuk anak usia sekolah. Saya sempat sudha hampir keluar dari militer kalau tidak diselamtkan oleh Jendral Gatot Subroto  dan karena itulah say ajadi hipengnya Bob Hasan yang merupakan anak angkat pak Gatot. Sedang Oom Liem waktu itu malah mencari backing ke ayahanda bu Fatmawati dan kalau baca akta Bank Central Asia di awal sejarahnya pasti akanketemu nama alm Hasandin  sebagai jajaran komisaris.

 Jadi kalau menurut saya soal bisnis dan budget ini kan sudah tertib. Adapemeriksaaan laporan keuangan oleh BPK dengna predikit WTP dan macam macam. Sudahlah kita harus sudah menghentikan urusan korupsi saling membongkar menelanjangi elite.

Dengan Tax Amneti ini sebetuolnya semua sudha cleas harta dan bisnis elite yang anak Menteng atau bukan anak Menteng sudah terpantau dari Tax Amnesty.Jadi tidak usah malu kalau kaya trilyunan asal halal dan taat pajak. Kita move on, supaya anak anak kita bisa jadi General Motors, General Dynamics dan General Electrics. 

BK:Pragmatis betul Jendral Harto OK asal secara ekonomi memang menguntungkan dan berdaya saing global. Yang untung apa itu Prabowo atau Luhut Panjaitan ya untuk bangsa Indonesia. Yang penting kenapa BUMN Indonesia memble kalau dibanding Temasek. 

Sumitro: Hukum Besi ekonomi seluruh dunia sama kalau anda tidak produktif efisien ya pasti akan digilas oleh pesaing .  Kalau didalam negeri masih terus mau pat pat gulipat ya pasti tidak akan survive dalam kompetisi ekonomi global. 

CW: Tapi rakyat sudah pusing melihat tontonan wayang elite yang kadang kadang membosankan,menjemukan dan menjengkelkan. Bermain api dengan sara, kemudian berselingkuh secara “terbuka” sambil meninggalkan korban rakyat kecil yang telanjur tewas dalam konflik bikinan elite. 
 

BK:Nah itu tugas kelasmenengah dan pakar seperti anda untuk mencerahkan elite spy tidak terjebab dalam perselingkuhan politik selamanya tnapa kinerja positif produksif dan efisien dalam proses persaingan global yang semakin ketat dan rumit. Jangan bosa bikin wawancara, sarasehan imajiner dengan elite yang tetap peduli dengan lingungan dan perspektif survivalnya negara Republik Indonesia.

Soeharto: Ya jangan capai menulis tentang Indonesia

Sumitro: Jangan bosan bung Christ, tetap ada yang membaca meski Joyoboyo sudah bosa dibaca orang dan generasi milenial sudah tidak ambil pusing dengan Joyoboyo.  Tapi buku anda Kencan dengan Karma bisa menggugah generasi milenial untuk memahami sejarah yang penuh romantika dna dinamika menggairahkan. Politisi sekarang sudah  lebih menariktampilannya maupun intelligensianya. 
 

CW:Terima kasih bapak bapak. Semoga sinetron ala makan siang RP Suroso vs Teuku Umar masih menarik untuk dibaca orang dan memberi ilham yang positif dan bukan mengkkibatkan orang tambah frustrasi berat menyaksikan sinetron “lu lagi lu lagi” dan itu itu juga. (Penulis Pengamat politik dan sosial Christianto Wibisono)

Artikel Terkait