Nasional

PP PMKRI: Razia Buku Bentuk Pengekangan Budaya Intelektual di Indonesia

Oleh : Mancik - Kamis, 22/08/2019 23:59 WIB

Diskusi Publik Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia.(PP PMKRI) (Foto:IST)

Jakarta, INDONEWS.ID - Razia buku oleh ormas tertentu dan oknum aparat keamanan di Indonesia dinilai sebagai bentuk pengekangan terhadap budaya intelektual di Indonesia. Tindakan seperti ini dianggap sebagai anti terhadap perubahan sosial dalam kehidupan bernegara. Point ini mengemuka dalam kegiatan dalam kegiatan diskusi oleh Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan(LPP) Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia(PP PMKRI) dengan tema “Maraknya Razia Buku: Demi Stabilitas ataukah Bentuk Pembodohan?, Jakarta, Kamis,(22/08/2019)

Ketua LPP PP PMKRI Alfred Nabal dalam pemaparannya menerangkan, PMKRI dalam seluruh gerak organisasinya, mengendepankan prinsip-prinsip intelektualitas. Buku menjadi salah satu sumber utama dalam mengusung perubahan sosial dalam bernegara. Karenanya, tindakan merazai oleh ormas tertentu dan oknum aparat keamanan di Indonesia sejatinya merupakan bentuk pengekangan terhadap budaya intelektual.

"Razia merupakan bentuk pengekangan terhadap budaya intelektual di Indonesia," kata Alfred.

Perjalanan Indonesia menuju era reformasi, jelas Alfred, berangkat dari kemampuan para aktivis mengusung perubahan sosial di Indonesia. Ada kekuatan pemikiran berangkat dari teks-teks buku yang mengusung tema-tema perubahan. Adanya fakta razia buku, merupakan bentuk nyata anti terhadap perubahan saat ini.

"Razia buku juga adalah simbol ketakutan tersendiri terhadap perubahan-perubahan baru di Indonesia," jelas Alfred.

Ia juga menjelaskan, Indonesia sebenarnya telah berada pada fase modern karena telah melewati masa kelam orde baru yang penuh ketakutan. Pemerintah tidak memberikan ruang kebebasan kepada warga negara untuk mengekspresikan diri melalui tulisan maupun bentuk lainnya. Tetapi, saat ini,kita masih melihat fakta-fakta seolah-olah negara ini mau dibawa kembali ke zaman orde baru.

"Era reformasi sebenarnya membuka dan memberikan ruang terhadap kebebasan intelektual, tetapi saat ini masih terdapat tindakan razia buku yang dilakukan oleh ormas tertentu dan oknum aparat keamanan negara,"ungkapnya.

Saat ini, kata Alfred, pemerintah sedang mendorong pembangunan nasioal ke arah peningkatan Sumber Daya Manusia(SDM). Kuncinya sukses visi pembangunan tersebut,menurutnya, yakni memberikan ruang untuk tumbuhnya budaya intelektual di Indonesia. Karena itu, tindakan merazia buku oleh ormas tertentu di Indonesia bertentangan dengan cita-cita pembangunan pemerintah.

"Untuk mewujudkan SDM unggul di Indonesia, jangan pernah melakukan sabotase dan pengekangan kehidupan intelektual di Indonesia," pungkasnya.*(Marsi)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel Terkait