Politik

Gibran, Jangan Jadi Beban Ayahmu

Oleh : Rikard Djegadut - Senin, 23/09/2019 16:30 WIB

Rudi S. Kamri, Pengamat Sosial Politik, tinggal di Jakarta. (Foto: Ist)

Oleh Rudi S Kamri*)

Opini, INDONEWS.ID - Ada pertanyaan yang menggelitik: Kalau saja Gibran Rakabuming BUKAN anak Presiden Joko Widodo, apakah ada partai atau sekelompok orang yang mencalonkan dia menjadi Walikota Solo ?

Menurut analisa saya, berdasarkan teori probabilitas kemungkinannya SANGAT KECIL. Karena saat ini secara obyektif dia BELUM mempunyai kemampuan, kapasitas dan kapabilitas yang layak dan mumpuni untuk dipilih menjadi pemimpin publik.

Menurut saya seorang pemimpin publik secara personal harus memiliki persyaratan minimal antara lain: Servant Leaderships Abilities, Passion & talented, Rekam jejak, Manajerial skill, Kemampuan komunikasi publik, Social empathetic, Political Background. Dari 7 syarat minimal tersebut, menurut pengamatan saya SEBAGIAN BESAR BELUM dimiliki oleh seorang Gibran.

Secara realita harus saya katakan bahwa saat ini Gibran dikenal publik atau dianggap populer di masyarakat semata-mata karena dia anak Presiden Jokowi. Bukan karena prestasi atau kapabilitas personalnya yang menonjol.

Dengan pertimbangan tersebut, saya begitu prihatin akhir-akhir ini melihat kecenderungan ada sekelompok masyarakat atau media yang mencoba atau memaksa mengorbitkan Gibran untuk maju dalam Pilkada di Kota Solo. Modal kepopuleran semata rasanya sangat tidak cukup sebagai bekal untuk maju berkompetisi dalam kontestasi jabatan publik.

Kekhawatiran saya kalau dia terpaksa "dijerumuskan" ke sebuah jabatan politik yang BELUM dia kuasai, akan berakibat buruk pada penilaian masyarakat terhadap dia pribadi, sekaligus akan berpotensi menjadi beban bagi Presiden Jokowi. Dan ini bisa menjadi blunder besar bagi Presiden Jokowi. Bukan tidak mungkin akan timbul suatu pertanyaan di masyarakat : "Kalau begitu apa bedanya Jokowi dengan Soeharto, Amien Rais, SBY, Megawati, Dedi Mulyadi, Ratu Atut dan anggota Nepotisme Club yang lainnya ?"

Dukungan media dan beberapa elite partai termasuk PKS, PAN dan Gerindra bisa jadi merupakan JEBAKAN BETMEN bagi keluarga Jokowi. Musuh-musuh Jokowi akan siap menerkam ganas, saat perangkapnya berhasil mendapatkan mangsa.

Demi citra diri dan nama besar seorang Jokowi yang selama ini dikenal publik sebagai seorang yang bersih dan anti KKN, saya berharap Presiden Jokowi mau tegas melarang anaknya untuk terjun ke dunia yang tidak dikuasai. Dulu Jokowi pernah keras melarang anak dan keluarganya untuk tidak ikut dalam proyek Pemerintah dalam bentuk apapun. Harusnya kali ini Jokowi juga bersikap tegas yang sama. Presiden Jokowi tidak cukup hanya memberikan pernyataan bersayap :" Terserah anak-anak untuk mengambil sikap".

Citra terhormat dan terpuji dari masyarakat bahwa anak-anak Presiden Jokowi tidak pernah ngrecoki Bapaknya dan telah sukses menjadi pengusaha mandiri selayaknya tetap harus kukuh dipertahankan. Kesan dari seorang Jokowi sebagai Presiden yang tidak memanfaatkan "aji mumpung" seharusnya tetap menjadi monumen indah bangsa sepanjang masa.

Dan jujur saja, image dan dukungan saya terhadap Jokowi pasti akan merosot tajam kalau beliau membiarkan anak-anaknya dibiarkan memanfaatkan aji mumpung ini. Ini sikap tegas saya. Hal ini saya lakukan karena saya mengagumi sosok seorang Jokowi. Jangan sampai kekaguman saya luntur hanya karena digerus sebuah ambisi keluarga yang tidak pada tempatnya.

Saran saya untuk Gibran. Tetaplah jadi diri sendiri dan fokus pada jalur yang kamu kuasai. Seorang pengusaha muda sukses, kreatif, inovatif dan mandiri yang TIDAK bergantung pada jabatan Bapakmu. Jangan mau terjebak rayuan maut para politikus atau sekelompok orang yang berpotensi menjerumuskanmu ke dalam sumur tanpa dasar.

Bahwa Gibran adalah anak seorang Jokowi itu adalah suatu realita. Tapi kapabilitas Gibran tidak seperti Jokowi juga suatu kenyataan yang tidak bisa dibantah.

Salam SATU Indonesia
23092019

 

*) Rudi S Kamri, Penulis adalah Pengamat Sosial Politik, tinggal di Jakarta.

Artikel Terkait