Bisnis

Perwakilan Perempuan Safari Sosial ke Belitung

Oleh : Rikard Djegadut - Senin, 07/10/2019 21:59 WIB

Perwakilan Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Rakyat (LPER) dan Perempuan Indonesia Maju (PIM) bersama Wakil Bupati Belitung

Jakarta, INDONEWS.ID - Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Rakyat (LPER) dan Perempuan Indonesia Maju (PIM) melakukan safari sosial ke Pulau Belitung.

Hal ini dilakukan kedua lembaga tersebut untuk berkolaborasi dengan masyarakat petani, nelayan dan pengrajin dalam rangka menggerakan ekonomi skala Mikro Kecil demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Sebagai perkenalan awal yang sangat baik, silaturahmi antar lembaga tersebut diterima langsung oleh Isyak Meirobie selaku Wakil Bupati Belitung di rumah dinasnya pada (5/10/19).

Dalam kesempatan itu, Isyak Meorobie mengatakan selain bersilaturahmi, kegiatan ini memiliki efek jangka pendek yakni yang pertama sebagai upaya untuk memerangi stunting (tubuh kerdil) dan pencegahan gizi buruk.

Yang kedua, tambahnya, untuk UMKM agar bisa mengikuti era digital, maka Pemda Belitung berupaya merancang Smart Island agar publik bisa mengakses jaringan informasi terintegrasi, terpadu berbasis digital.

"Sehingga Belitung akan menjadi pusat wisata sekaligus mempromosikan hasil UMKM seperti Batik, Kopi, juga kuliner tangkapan ikan laut. Maka semboyan Lets Go To Belitung bisa mendunia," terang Isyak.

Di tempat yang sama, Ketua Umum PIM Lana T. Kuncoro, menyambut baik program Pemda tersebut agar para perempuan di Belitung bisa mensosialisasikan pencegahan stunting dan memberantas gizi buruk.

"PIM sudah bekerjasama dengan Kominfo dan nelayan-nelayan di beberapa daerah agar bisa meningkatkan kesejahteraan mereka melalui penyuluhan kesehatan masyarakat," ungkap Lana.

Sekjen LPER Francisca Sestri yang didampingi Lucy Suyanto CFO Plaza Indonesia Jakarta, secara pribadi menawarkan bentuk kerjasama akses modal murah bagi Petani Sereh Wangi.

"Kita buat straw yang berasal dari rumput Purun untuk meningkatkan produksi mereka sekaligus membantu manajemen pemasarannya," beber Francisca.

Andrew salah satu pengusaha bidang pertanian didampingi para perajin Purun mengungkapkan kepada LPER dan PIM yang melakukan survei ke lokasi produksinya menilai masih kesulitan memasarkan sedotan minum tersebut karena harga jual masih cukup mahal yaitu Rp.500,- per straw.

Tatik salah satu perwakilan perajin Purun menutup pertemuan dengan optimis.

"Semoga kedepan biaya produksi masih bisa ditekan dan kompetitif dipasaran," harapnya. *(Rikardo).

ujar Tatik

Artikel Terkait