Nasional

Cegah Radikalisme, Pemerintah Minta Pelaku Moderasi Agama Aktif di Media Sosial

Oleh : Rikard Djegadut - Selasa, 12/11/2019 21:30 WIB

Direktur Jendral Pendidikan Islam Kemenag, Kamaruddin Amin di acara diskusi Forum Merdeka Barat, Kemkominfo, Senin (11/11/19).

Jakarta, INDONEWS.ID - Pemerintah melalui Kementerian Agama meminta para pelaku moderasi agama untuk melakukan upaya deradikalisasi secara masif, sistematis, terstruktur dan terukur. Pasalnya, kelompok radikalisme menggulirkan paham ekstremisme mereka secara masif dan sistematis di medsos maupun ruang publik lainnya seperti sekolah, kampus, pesantren dan masjid.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin menegaskan tugas ini tidak hanya digulirkan lembaga pemerintah namun juga bersama-sama kelompok masyarakat yang sadar akan pentingnya sikap moderat dalam beragama, berbangsa dan bernegara.

Untuk itu, Kamaruddin mengatakan, pemerintah khususnya Kementerian Agama mengajak semua pihak untuk bersama-sama memerangi radikalisme agama dengan terlibat langsung melakukan kontra narasi di ruang publik.

"Harus terlibat langsung melakukan kontra narasi radikalisme. Sebab sekuat apa pun argumen dari pegiat moderasi agama akan kalah jika tidak kuat suaranya sehingga kalah dalam kontestasi ruang publik," jelas Kamaruddin dalam di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Senin (11/11/2019).

Di samping itu, Kamaruddin menginformasikan, kementerian Agama kini sedang menuntaskan penulisan ulang buku ajar agama Islam di seluruh sekolah yang berorientasi pada moderasi beragama.

"Karena muatan utama moderasi beragama adalah nasonalisme. Islam yang moderat, toleran, kecintaan pada nasionalsme. Penulisan buku ini cukup besar dan masif untuk menghalau penetrasi ideologi radikalisme agama. Juga pelatihan guru untuk semangat yang sama. Di madrasah juga ditulis ulang buku agama yang sangat berorientasi pada keberagamaan yang moderat," tukas Kamaruddin Amin.

Ia mencontohkan dirinya, sebagai orang Islam, dirinya meyakini agamanya paling benar. Namun, pada saat yang sama, Ia juga lihat teman-teman beragama lain punya keyakinan sama.

Sehingga, Ia menyimpulkan, dalam konteks kehidupan berbangsa, kita harus saling menghormati dan menghargai. Ia berharap, hal itu yang ditanamankan dalam kurikulum di sekolah dan madrasah.

Terakhir, Kamaruddin mengingatkan, tantangan mengatasi radikalisme di era digital tidak sederhana dan tidak mudah sebab selalu ada kontestasi segala macam pemikiran di ruang publik.

"Pemenangnya bisa jadi oleh orang yang ilmu agamanya tidak mendalam. Yang punya otoritas bisa saja tidak menjadi panutan. Karena pemenang adalah mereka yang intensitas kehadirannya cukup tinggi. Mari ramai-ramai tangkal penetrasi ajaran radikalisme," ujar Kamaruddin.*(Rikardo)

Artikel Terkait