Nasional

Tauberes, Cucu Usaha Garuda yang Bikin Menteri Erick Tergelitik

Oleh : Rikard Djegadut - Sabtu, 14/12/2019 09:01 WIB

Menteri BUMN Erick Thohir (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Selepas kasus penyelundupan motor Harley Davidson yang berbuntut pada pencopotan jabatan 5 direksi Garuda, pemerintah lagi-lagi menemukan anak usaha Garuda bernama Tauberes.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku dirinya tergelitik saat mengetahui ada anak usaha Garuda Indonesia yang bernama PT Garuda Tauberes Indonesia. Menurut dia, anak usaha maskapai pelat merah tersebut sangat menarik.

"Mohon maaf. Kalau buat saya sih menggelitik, ada cucu perusahaan Garuda Indonesia namanya PT Garuda Tauberes Indonesia, itu ada. Kalau enggak salah coba lihat, ha-ha-ha-ha," ujar Erick Thohir tak bisa menyembunyikan tawa usai menghadiri pelantikan Ikatan Ahli Ekonomi Islam di Kantor Pusat Direktorat Pajak, Jakarta Selatan, Jumat 13 Desember 2019.

Erick Thohir mengatakan, dirinya belum melihat detail seperti apa dan bagaimana anak usaha Garuda yang bernama Garuda Tauberes Indonesia tersebut. Dia juga belum mengetahui detail mengenai di sektor mana anak usaha tersebut bergerak.

Diinformasikan, PT Garuda Tauberes Indonesia merupakan anak usah Garuda Indonesia yang diluncurkan pada 11 September 2019 lalu. Perusahaan ini, bergerak di bidang penyediaan aplikasi platform yang menghubungkan layanan kargo udara dengan agen pengiriman barang kepada masyarakat. Tahuberes juga menyediakan jasa pemesanan logistik, baik itu untuk kurir, air cargo gateway hingga payment.

Sebelumnya, Erick juga mengaku kaget dengan adanya laporan bahwa banyak direksi perusahaan BUMN merangkap jabatan. Bahkan, kata Erick, dirinya menerima laporan adanya direksi yang merangkap sebagai komisaris pada 6 perusahaan BUMN.

Erick menyebut, salah satu kasus rangkap jabatan ini terjadi di tubuh Garuda Indonesia. Namun, dia memastikan bahwa Dewan Komisaris telah mencopot salah satu direktur Garuda yang menjadi komisaris di 6 BUMN yang berbeda.

"Saya juga kaget ada direksi jadi komisaris di 6 perusahaan, mestinya secara etika (tidak boleh). Kalau enggak, akhirnya, nanti semua berlomba-lomba untuk (jadi) komisaris juga. Ini juga kan menurut saya tidak sehat," kata Erick Thohir.

Artikel Terkait