Nasional

Stafsus Muda Jokowi Sampaikan Program `Baper` pada Mendikbud Nadiem

Oleh : Rikard Djegadut - Rabu, 15/01/2020 06:30 WIB

Sfatsus Presiden Jokowi (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Stafsus Muda Presiden Jokowi, Billy Mambrasar, bertemu dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Billy menyampaikan ide terkait peningkatan pendidikan di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) dan Indonesia timur.

"Memang teman diskusi saya adalah Pak Presiden, tapi juga tidak menutup kemungkinan untuk berdialog dan memberikan ide-ide segar, kepada kementerian, apalagi kepada Mas Menteri, karena kami sama-sama muda, dan punya visi yang besar untuk membangun negara ini, why not," kata Billy dalam keterangan tertulis, Jumat (14/1/2020).

Salah satu ide yang disampaikan Billy adalah program `Anak Muda Baper` (Bawa Perubahan). Billy menyebut program tersebut memanfaatkan teknologi digital dan internet untuk meningkatkan pendidikan di daerah terluar, terdepan, dan tertinggal.

"Model konsep pendidikan secara digital, dengan pemanfaatan teknologi internet, untuk meningkatkan literasi dan mengurangi angka buta huruf, meningkatkan kemampuan bahasa Inggris, dan menanamkan jiwa kewirausahaan sejak dini bagi anak-anak sekolah di wilayah 3T," ucap Billy.

Kemudian Billy mengatakan pelajaran skill bahasa Inggris di daerah jauh, terluar, dan tertinggal juga penting untuk meningkatkan kompetisi di level Internasional.

"Terkait pada penguasaan bahasa Inggris merupakan sebuah skill yang sangat penting di era globalisasi seperti sekarang ini, yang dapat memampukan generasi muda Indonesia berkompetisi di level Internasional," ujar Billy.

Sementara itu, Nadiem menyambut baik rencana program yang disampaikan Billy. Nadiem menyebut seharusnya Billy bekerja di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Saya bangga dengan ide brilian Anda, seharusnya anda berada di sini (di Kementerian ini) bekerja bersama saya," sebut Nadiem.

Berdasarkan Perpres No 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019, terdapat lima indikator daerah tertinggal, meliputi ekonomi masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kemampuan keuangan daerah, dan karakteristik daerah.*

Artikel Terkait