Sosial Budaya

Berhasil Didunia Bisnis dan Sosial, Diana Widiastuti Raih Women Award 2017

Oleh : luska - Minggu, 27/08/2017 15:38 WIB

Diana Widiastuti berhasil meraih penghargaan Women Icon Summit and Award 2 2017

Jakarta, INDONEWS.ID – Berkat kegigihannya dalam dunia bisnis dan sosial, pengusaha yang bergerak dibidang Garmen Manufacture untuk baju export dan seragam dan Konsultan HR yang juga salah satu client Freeport Indonesia ini Diana Widiastuti berhasil meraih penghargaan Women Icon Summit & Award 2 2017 dalam kategori Inspiring dan Innovatif dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Seven Media.

Wanita energik dan kreatif yang merupakan CEO dari PT Handal Grub ini adalah vendor dari PT Freeport Indonesia.

Kisah kesukseannya Diana Widiastuti berawal dari bisnis, dimana pada tahun 2007 perusahaannya mendapat order dari Freeport Indonesia untuk membuat seragam karyawan perusahaan tambang terbesar di dunia ini.

Mendapat orderan tersebut, Diana kemudian terbang ke Papua.

” Saya berangkat kesana ke Papua dan masih belum lihat lingkungan sekitar,” kata Diana kepada Indonews.Id di Jakarta, Minggu (27/8/2017).

Setelah sukses dengan usaha pertamanya dengan PT Freeport Indonesia, kemudian di tahun 2010, Diana kemabli mendapat kerjaan kembali dari PT Freeport Indonesia, yaitu melakukan pelatihan untuk masyarakat 7 suku yang bekerja di perusahaan tambang itu.

” Saya dapat kerjaan jadi Event Organizer ngurusin pelatihan untuk masyarakat 7 suku yang bekerja di Freeport Indonesia, dan disitu saya mulai tertarik dengan masyarakat Papua.” papar wanita lulusan Universitas Australia ini.

Berawal dari sinilah, Diana kemudian merambah ke jiwa sosial. Hatinya terketuk setelah terjun ke dalam kehidupan masyarakat Papua yang berada di pedalaman di sejumlah distrik diantaranya Distrik Pomoako, Iwaka, Atuka yang terletak di sekitar perusahaan tambang raksasa itu.

” Suatu hari saya diajak liat kampung bantu masyarakat sekitar tambang disitu, saya langsug jatuh cinta sama anak-anak Papua, yang saya panggil mereka kriwil-kriwil ( karena rambut anak papua keriting).

Dan selanjutnya dari situlah setiap kunjungan ke Papua, Diana selalu membawa bingkisan untuk para anak Papua, seperti makanan, buku-buku bacaan, gambar cerita dan peralatan sikat gigi dan mandi.

” Saya senang banget kalo pergi kesana membuat semangat baru ketemu kriwil2 ku itu,” imbuh ibu yang memiliki dua putri remaja ini.

Setiap kunjungannya ke Papua, Diana selalu tidak melupakan bertemu dengan para anak anak Papua. Dia selau menyempatkan diri membaur dan memberikan pelatihan, pengajaran,bimbingan kepada ratusan anak Papua. Tak kurang dari 500 anak pedalaman Papua telah dibina oleh Diana.

Kebahagiaan Diana selalu terlihat ketika anak asuhnya sudah mulai dapat membaca, menulis, kebahagiannya Diana semkain bertambah tatkala melihat para anak Papua tersebut mulai mengela kebersihan dan memakai baju.

Sekitar tahun 2011, ketika Diana melakukan perjalanan bisnisnya ke Timor Leste, Diana tetap mengingat penyemangat hidupnya di Papua, diapun menyempatkan diri
berbicara kepada pendeta menceritakan kisah para anak anak Papua.

Gayungpun bersambut, pak pendeta ternyata tertarik dan mau mengajar di Papua. akhirnya berangkatlah Pak Pendeta itu selama 1 tahun ke Papua untuk mengajar disana keberapa distrik. Pendeta tersebut hanya mengajar baca tulis dan berdoa.

” Setelah 1 tahun dilanjut ke guru/ masyarakt disana, saya bantu mereka bulanan dan alat2 tulis aja, nah dari situlah saya buat wisuda khusus bc tulis untuk anak2 binaan disana setahun sekali,” imbuhnya lagi.

” Pertama kali saya melihat anak2 itu bisa berdoa rasanya senang banget sampe netes terus air mata gak bisa berhenti gak kuat liat anak2 itu bisa berdoa dengan khusuk nya, kalo ada yang bisa baca tulis, saya kasih bonus lebih, saya kasih piagam,” urai Diana.

Jiwa sosial Diana Widiastuti bukan saja dicurahkan kepada anak anak Papua, tetapi Diana juga memiliki ratusan anak asuh di daerah parung. Sekitar 160 anak yatim piatu ditampung di rumah singgahnya.

Diana sangat sadar akan masa depan ratusan anak asuhnya ini, Diana berpikir tidak mungkin dirinya akan terus membantu finance kepada ratuan anak asuhnya di Bogor ini. Dianapun mulai mengajarkan pendidikan kemandirian kepada anak asuhnya. Diana memberikan pendidikan usaha wiraswasta kepada mereka.

Yaitu pendidikan bertani, usaha wiraswasta, dengan harapan kelak anak didiknya dapat mencari penghidupan sendiri.(Lka)

TAGS :

Artikel Terkait