Sosial Budaya

Generasi Muda Menyongsong Indonesia Emas

Oleh : very - Minggu, 03/09/2017 21:06 WIB

STANISLAUS RIYANTA, Mahasiswa Doktoral Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia. (Foto: Ist)

Oleh: STANISLAUS RIYANTA

INDONEWS.ID - Usia Indonesia 100 tahun pada 17 Agustus 2045 tidak bisa dibilang masih lama, terutama jika menyangkut sumber daya manusia. Berbagai tantangan dari sekarang hingga tahun 2045 hingga pasca 100 tahun Indonesia sangat dinamis, terutama terkait ancaman nasional, regional dan global. Generasi muda sebagai kunci kekuatan negara harus disiapkan sejak dini sehingga mampu bersama-sama dengan negara untuk mendeteksi dini, mencegah dini, dan menghadapi tantangan dan ancaman negara.

Peristiwa penting pada saat menuju usia Indonesia Emas adalah bonus demografi. Bonus demografi terjadi ketika jumlah penduduk suatu negara didominasi oleh usia produktif (15-64 tahun). Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada 2020-2035. Pada 2045 bonus demografi tersebut diperkirakan sudah berakhir.

Bonus demografi jika dikelola dan dimanfaatkan dengan benar akan membawa manfaat positif bagi suatu negara. Manfaat positif dari bonus demografi jika disiapkan dan dikelola dengan benar antara lain tersedianya sumber daya produktif yang cukup besar. Dampak negatif dari bonus demografi jika tidak disiapkan dan dikelola dengan baik maka akan terjadi bencana sosial seperti pengangguran, konflik sosial, kesehatan dan lainnya.

Persiapan dan pengelolaan bonus demografi jika dilakukan dengan baik dapat membawa negara Indonesia menjadi bangsa yang makmur pada usia emas nanti (2045). Tentu saja banyak kondisi yang harus dipenuhi dalam mengelola bonus demografi menjadi modal kemakmuran Indonesia.

Saat ini persiapan untuk menghadapi bonus demografi sudah tidak bisa ditunda lagi. Generasi muda yang saat ini masih menempuh pendidikan dasar, menengah dan tinggi harus menyiapkan diri supaya dapat terserap lapangan kerja. Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri (04/2012) mengatakan bahwa pada 2030 kebutuhan tenaga kerja trampil di Indonesia adalah 113 juta orang, sementara saat ini yang tersedia adalah 57 juta orang, ini berarti Indonesia membutuhkan penambahan tenaga kerja terampil setiap tahun 3,7 juta orang.

Kebutuhan tenaga kerja terampil tidak bisa disiapkan dengan cara instan. Persaingan semakin ketat, apalagi arus tenaga kerja asing sudah mulai dibuka. Tantangan bonus demografi akan berhadapan dengan kompetisi regional dan global. Generasi muda yang saat ini duduk di bangku sekolah harus mulai menyiapkan diri untuk memilih minat yang benar-benar dibutuhkan oleh pasar. Tidak bisa lagi mengambil jurusan secara asal-asalan.

Ketrampilan untuk berkomunikasi dan berinteraksi pada tingkat regional dan global yang menuntut penguasaan bahasa Inggris dan kemampuan menggunakan teknologi mutlak harus dikuasai. Jika dua modal tersebut tidak dimiliki maka generasi muda tidak akan sanggup bersaing dengan tenaga kerja asing yang akan membanjiri Indonesia.

Bidang ilmu yang harus dikuasai sebagai modal bersaing di tingkat regional dan global harus mampu menjawab kebutuhan pasar. Berbagai bidang yang diperkirakan akan menjadi fokus usaha pada masa menuju Indonesia emas seperti energi terbarukan, teknologi informasi, infrastruktur dan transportasi, bioteknologi, dan disiplin ilmu lainnya termasuk hubungan internasional akan lebih mudah diserap pasar daripada ilmu-ilmu yang selama ini menjadi trend di Indonesia.

Perlu menjadi catatan, ilmu yang banyak peminat biasanya lebih susah untuk menjadi modal mencari pekerjaan, sebaliknya ilmu yang jarang peminat diperoleh akan lebih mudah menjadi modal mencari pekerjaan. Alasan dasarnya adalah semakin banyak peminat semakin banyak saingan, semakin sedikit peminat semakin kecil persaingan.Kunci untuk memperbesar peluang memenangkan persaingan kerja adalah berani memilih bidang/ilmu yang sepi peminat namun mempunyai prospek yang besar pada masa yang akan datang.

Selain pendidikan, generasi muda Indonesia harus disiapkan mental ideologinya agar selaras dengan ideologi negara. Jangan sampai terjadi ketika persaingan regional dan global semakin terbuka, ideologi generasi muda Indonesia terbawa arus dan tergerus. Nilai-nilai luhur Pancasila, cinta tanah air dan sikap nasionalisme harus tetap dipupuk dan ditumbuhkan pada generasi muda. Lembaga pendidikan di tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi harus mengawal dan memastikan bahwa generasi muda yang dididiknya tetap terjaga mental ideologinya. Kesetiaan pada Pancasila dan UUD 45 menjadi syarat mutlak bagi generasi muda sebagai modal dasar negara menuju Indonesia Emas.

Hal yang tidak kalah penting lainnya adalah membekali generasi muda adalah memberikan keteladanan.  Keteladanan dari para pemimpin negara dan elit politik sangat penting dalam rangka menyiapkan generasi muda sebagai generasi penerus pada Indonesia Emas nanti. Jika para pemimpin negara dan elit politik menunjukkan perilaku dan kinerja yang baik, jujur, dan mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi atau golongannya, maka hal tersebut akan menjadi inspirasi dan keteladanan bagi generasi muda yang akan menjadi pemimpin berikutnya.

Dengan modal kesehatan yang baik, pendidikan yang unggul, mental ideologi dan sikap nasionalisme, serta teladan dari para pemimpin negara dan elit politik, maka generasi muda saat ini diharapkan mampu menjadi pemimpin dan penggerak roda negara yang berkualitas. Negara Indonesia pada 2045 diharapkan dapat menjadi negara unggul di tingkat regional dan terpandang di tingkat global. Masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera pada usia Indonesia Emas nanti bukan hanya impian belaka.

*) STANISLAUS RIYANTA, Mahasiswa Doktoral Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia

Artikel Terkait