Nasional

APKASI Desak Aung San Segera Bersikap Hentikan Kekerasan Atas Rohingya

Oleh : very - Senin, 04/09/2017 09:34 WIB

Wakil Ketua Umum APKASI bidang Hubungan Internasional Emil Elestianto Dardak. (Foto: Humas Kabupaten Trenggalek)

Jakarta, INDONEWS.ID - Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) menyatakan prihatin atas krisis kemanusiaan yang dialami komunitas Rohingya, Myanmar. Karena itu, APKASI menyerukan penanggulangan secara cepat atas krisis tersebut.

"Krisis kemanusiaan di Rohingya akhir-akhir ini sungguh mengusik perhatian kita semua, termasuk saya selaku pribadi maupun APKASI," kata Wakil Ketua Umum APKASI bidang Hubungan Internasional Emil Elestianto Dardak melalui siaran pers, Minggu (3/9/2017).

Emil yang juga Bupati Trenggalek, Jawa Timur itu berharap konflik di Myanmar segera berakhir.

Untuk itu, Emil berharap pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi segera mengambil langkah cepat dan tegas, selain juga upaya diplomasi negara-negara dunia dan PBB.

"Kami jelas menentang dan mendesak pemimpin Myanmar untuk mengambil sikap tegas terhadap pembantaian yang terjadi," ujarnya.

Emil secara khusus menyinggung pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi, karena sama-sama lulusan Oxford University.

Aung San Suu Kyi, yang merupakan senior Emil Dardak di Oxford University, kata Emil, seharusnya menjadi contoh menjaga perdamaian dunia, termasuk di negaranya, Myanmar.

"Beliau sebagai peraih Nobel Perdamaian tentu merupakan alumnus kebanggaan kampus kami. Bahkan di buku wisuda saya saja ada profil beliau. Tetapi dalam hal ini, saya secara pribadi sama sekali tidak membela beliau," kata Emil yang baru saja menyelesaikan gelar master keduanya dari salah satu universitas terbaik dunia itu.


Co-President UCLG atau Asosiasi Pemda Asia-Pasific tersebut menyatakan bahwa Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson juga sudah mendesak Aung San Suu Kyi mengambil sikap tegas. Beberapa peraih nobel juga telah menyatakan sikap keras terhadap Aung San.

Menurut Emil, kendati Aung San bukanlah Presiden Myanmar, namun sebagai pimpinan partai pemenang pemilu dan menduduki jabatan “state counsellor”, membuat Aung San secara “de facto” menjadi kepala pemerintahan Myanmar, setara dengan Perdana Menteri.

"Walau tidak dapat dipungkiri mereka saudara sesama pemeluk agama Islam dengan saya, tapi ini sudah merupakan isu kemanusiaan dan para pihak yang membela nasib pengungsi Rohingya juga datang dari seluruh lapisan masyarakat dunia terlepas dari latar belakang agama," ujarnya.

Apresiasi Pemilihan Marzuki Darusman

Emil juga menyatakan sangat mengapresiasi pemilihan tokoh Indonesia, Marzuki Darusman oleh PBB untuk memimpin investigasi pelanggaran HAM di negara bagian Rakhine, Myanmar, tempat komunitas muslim Rohingya berada. "Semoga beliau bisa berhasil," kata Emil.

Emil mengatakan, sejauh ini muncul argumentasi pembelaan pihak Myanmar yang mengatakan bahwa penyerangan dilakukan oleh gerombolan militan Rohingya ke kantor polisi dan militer Myanmar.

Namun, Emil menampik keras pernyataan tersebut. Fakta lapangan di Rakhine menunjukkan bahwa banyak masyarakat harus mengalami teror hingga puluhan ribu orang terpaksa mengungsi ke negara lain sekitarnya, terutama Banglades.

Mengutip data PBB sebagaimana dikutip New York Times, Emil mengatakan, pengungsi ke Bangladesh mencapai 76 ribu orang. “Apa iya sebegitu banyaknya orang semuanya pasukan pemberontak," pungkas Emil. (Very)

Artikel Terkait