Nasional

Anatomi Dewan Besan

Oleh : indonews - Senin, 18/09/2017 13:02 WIB

Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution. (Foto: Tribunnews.com)

Oleh Drs. Christianto Wibisono #WIBK

Pengumuman resmi dari kediaman keluarga presiden Jokowi di Solo, pada Minggu 17 Sep 2017 tentang rencana pernikahan Kahiyang Ayu dengan Bobby Nasution mengakhiri spekulasi politicking yang "mewarnai" proses pergantian Panglima TNI.

Berikut ini stop press #WawancaraImajinerBungKarno #WIBK khusus soal perbesanan:

Saya menemui Bung Karno di Nirwana Lounge Hotel Indonesia Kempinski Minggu siang jam 16:44.

Christianto Wibisono (CW): Pak apa komentar bapak tentang pernikahan putri kedua (satu-satunya) Presiden Jokowi dalam konteks politik Indonesia?

Bung Karno (BK): Wah orang Indonesia memang super kreatif dalam mengaitkan dan memverpolitisir pernikahan putra putri pejabat dengan konstelasi politik riil dalam konteks real politik.

Presiden Soeharto hanya mengangkat Prof Sumitro jadi Mendag satu termin (1968-1973) dan Menriset 1 termin (1973-1978) dan segera diganti Habibie 1978. Dua figure itu terlalu kuat untuk jadi atasan bawahan satu sama lain. Tapi Sumitro kemudian jadi besan ketika Prabowo menikah dengan Titik Soeharto 1983.

Orang bilang seandainya Republik Indonesia diurus oleh Dewan Besan, maka mungkin tidak akan terjadi penjarahan dan suksesi Mei 1998 karena dus Besan utama RI sebagai Ketua dan Wakil Ketua Dewan Besan bisa sepakat untuk melanjutkan suksesi 1998 dengan Prabowo sebagai penerus sekaligus presiden ketiga RI. Tapi sampai akhir hayat mereka, kedua "besan agung" itu juga tidak pernah rujuk. Buku Sumitro jelas sangat marah karena anaknya dipecat oleh mantan mertua dan mantan besan.

Belajar dari sejarah perbesanan ini lebih baik kita tidak mencampuradukkan besan dengan politik. Jadi kalau Presiden Jokowi tidak jadi besanan dengan KSAU, itu justru blessing in disguise, KSAU diangkat jadi Panglima karena profesional bukan karena besan. Sebab kalau besan jadi pertimbangan politik maka bisa runyam ketika besan presiden ditahan KPK.

Mengamati Dewan Besan yang ada sekarang memang politik kita masih belum sepi dari aura "Dewan Besan". Ketua MPR besanan dengan mantan ketua MPR, Presiden ke-6 besanan dengan mantan Menko dan kemudian cawapres yang berduet dengan Prabowo dan kalah oleh Jokowi-JK. Jadi berita bahwa besan Presiden bukan incumbent KSAU merupakan bantahan telah terhadap isu politicking dan "rempong" Dewan Besan yang memang seyogyanya harus diakhiri dari sejarah politik kita.

Ok kita tutup isu Dewan Besan ini dengan menyampaikan selamat kepada Kahiyang & Bobby atas perjodohan mereka yang lebih murni dan setingkat lebih luhur dari isu "Dewan Besan".

CW: Terima kasih Pak Semoga ini mencerahkan elite yang gemar memaksakan berspekulasi dengan basis isu nepotisme.

Like & Follow @PDBI80

Artikel Terkait