Nasional

Isu PKI Menghangat, Kapolri Minta Semua Pihak Menahan Diri

Oleh : very - Sabtu, 23/09/2017 17:49 WIB

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian. (Foto: Setkab.go.id)

Banyumas, INDONEWS.ID - Masyarakat Indonesia diminta menahan diri dengan tidak mengangkat isu-isu yang sensitif, seperti keterlibatan PKI dalam Gerakan 30 September 1965 yang sebentar lagi diperingati. Pasalnya, hal itu dapat membuka kembali luka lama bangsa ini.

"Saya berharap bahwa isu-isu ini, sebaiknya semua pihak menahan diri, jangan kemudian menampilkan isu ini di tengah situasi kita yang rentan, mau ada pilkada, mau ada pilpres, mau ada peringatan G30S," ujar Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian usai menyampaikan pidato ilmiah dalam acara wisuda sarjana dan pascasarjana Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) di Auditorium Ukhuwah Islamiyah UMP, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (23/9/2017). 

Kapolri mengatakan hal itu kepada wartawan terkait dengan berbagai isu sensitif seperti komunisme yang kembali mencuat akhir-akhir ini.

Menurut Tito, ideologi komunisme di tingkat global sudah meredup. Bahkan, kata dia, Rusia dan China pun sudah mengarah ke sistem kapitalis.

Namun khusus konteks Indonesia, lanjut dia, prinsip Kepolisian adalah berpegang kepada aturan hukum yang ada. 

"Aturan hukum yang ada saat ini, jelas ada Tap MPR ditambah dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999, tentang penyebaran ideologi termasuk marxisme, leninisme, komunisme dilarang. Jadi, sepanjang ada upaya penyebaran itu, bagi Polri jelas akan melakukan penegakan hukum," tegas Tito seperti dikutip Antara.

Tito mengingatkan, upaya mengangkat isu-isu sensitif tersebut dapat membuka kembali luka lama. Menurut dia, hal itu bukan berarti melupakan sejarah tetapi ada waktu yang tepat untuk membicarakan isu-isu tersebut.

"Kembalikan saja ke penegakan-penegakan hukum. Kalau ada informasi tentang penyebaran ideologi, kami akan melakukan tindakan tegas sesuai dengan aturan hukum yang berlaku oleh penegak hukum, khususnya Kepolisian," katanya.

Kapolri meminta semua pihak agar sensitif dan melihat konteks sebelum melontarkan sebuah pernyataan. Semua pihak harus menimbang, apakah wacana yang dilontarkan tersebut produktif atau kontraproduktif.

"Kira-kira akan banyak bermanfaat bagi masyarakat atau justru kurang bermanfaat," tegasnya.

Kapolri mengatakan dalam kompetisi global, negara lain sudah bicara tentang kompetisi antarnegara. Hanya negara yang solid yang mampu memenangkan persaingan global. Sementara negara yang cakar-cakaran dan tidak solid ke dalam akan menjadi pecundang.

"Oleh karena itu di dalam negeri, kita harus solid sehingga ketika ada isu-isu yang sensitif, lihat konteksnya dulu, timing-nya tepat atau tidak," pungkasnya.

Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mewanti-wanti semua pihak akan kebangkitan kembali ideologi komunisme di Indonesia. Karena itu, dia menginstruksikan para jajarannya untuk menonton kembali film “Pengkianatan PKI”, yang memperlihatkan keterlibatan PKI dalam pembunuhan tujuh jenderal pada 1 Oktober 1965 dini hari. (Very)

 

 

Artikel Terkait