Nasional

Dua Tahun Jokowi Sebelum Pilpres Lebih Baik Dibanding SBY

Oleh : very - Kamis, 05/10/2017 17:53 WIB

Diskusi peluncuran survei Saiful Mujani Research dan Consulting (SMRC) yang diluncurkan di Jakarta, Kamis (5/10/2017).(Foto: Indonews.id)

Jakarta, INDONEWS.ID - Elektabilitas Presiden Joko Widodo pada dua tahun sebelum pemilihan Presiden 2019 mendatang lebih baik jika dibanding dengan elektabilitas Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jelang dua tahun pilpres 2009 lalu.

Pada 2007 lalu, atau dua tahun sebelum pilpres, elektabilitas SBY hanya mencapai 33,4 persen, sedangkan elektabilitas Jokowi jelang dua tahun pilpres 2019 mendatang mencapai 45,6 persen.

Selain itu, jika dihadapkan dengan calon pesaingnya, yaitu Megawati Soekarnoputri, elektabilitas SBY mencapai 53,4 persen. Hal ini beda dengan elektabilitas Jokowi bila dihadapkan dengan pesaingnya Prabowo Subianto yaitu sebesar 57,2 persen.

Demikian hasil survei Saiful Mujani Research dan Consulting (SMRC) yang diluncurkan di Jakarta, Kamis (5/10/2017).

“Kecenderungannya adalah elektabilitas Jakowi lebih tinggi dua tahun menjelang 2019 dibanding 2 tahun SBY menjelang 2009,” ujar Direktur Eksekutif SMRC Jayadi Hanan dalam diskusi peluncuran survei bertajuk “Kecenderungan Dukungan Politik 3 Tahun Presiden Jokowi”. Hadir sebagai penanggap yaitu politisi Partai Golkar TB Ace Hasan Syadzily, politisi PDI Perjuangan Maruarar Sirait, dan politisi Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin.

Jayadi mengatakan, jelang dua tahun pilpres untuk periode kedua jabatan SBY, elektabilitas Ketua Umum Partai Demokrat itu anjlok gara-gara kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak. Namun, SBY mampu me-recovery elektabilitasnya melalui program bantuan langsung tunai (BLT), yang kemudian diplesetkan dengan “Bantuan Langsung Tewas”. Alhasil, SBY terpilih kembali pada pilpres 2009 dalam satu putaran.

“Jokowi pada periode yang sama (dua tahun sebelum pilpres) tidak dihadapkan dengan masalah tersebut. Bila tidak ada masalah serius hingga hari-H pilpres 2019, peluang Jokowi untuk dipilih lagi kemungkinan lebih baik dibanding peluang SBY menjelang pilpres 2009,” ujar Jayadi.

 

Sejumlah Faktor

Survei menyebutkan bahwa elektabilitas Jokowi mengalami peningkatan signifikan dibanding sebelumnya. Jayadi mengatakan, berdasarkan survei, elektabilitas Jokowi pada Oktober 2016 lalu cukup rendah, yang berlanjut hingga Maret 2017. Namun, sejak Maret hingga saat ini, Jokowi berhasil melalukan recovery terhadap elektabilitasnya.

Survei menemukan bahwa calon incumbent yaitu Joko Widodo jauh mengungguli rivalnya Prabowo Subianto. Dalam jawaban spontan, dukungan untuk Jokowi pada September 2017 sebesar 38,9 persen, dan Prabowo terpaut jauh yaitu 12 persen. Sedangkan nama lain, seperti Gatot Nurmantyo di bawah 2 persen.

Dalam pertanyaan semi terbuka, dukungan pada Jokowi sebesar 45,6 persen, disusul Prabowo 18,7 persen, SBY 3,9 persen, dan nama lain di bawah 2 persen. “Dalam 3 tahun terakhir, bagaimanapun simulasinya, elektabilitas Jokowi cenderung naik, dan belum ada penantang cukup berarti selain Prabowo. Prabowo pun cenderung tidak mengalami kemajuan,” kata Jayani.

Menurut Jayadi, ada sejumlah faktor yang menyebabkan elektabilitas Jokowi ini meningkat.

Pertama, kinerja Presiden Jokowi dinilai memuaskan. Survei menemukan kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden Jokowi mencapai 68 persen.

Jayadi mengatakan, jika dibandingkan dengan kepuasan terhadap pemerintahan SBY jelang 2 tahun pemerintahan pertama, dengan kepuasan masyarakat pada dua tahun jelang pemerintahan kedua Jokowi, menunjukkan kepuasan terhadap Jokowi jauh lebih tinggi. Kepuasan pada kinerja Presiden SBY pada September-Oktober 2006 sebesar 67 persen dan September 2007 turun menjadi 58 persen, sedangkan pada Presiden Jokowi pada 2016 sebesar 69 persen, dan September 2017 sebesar 68 persen, atau relatif stabil.

“Modal politik Presiden Jokowi dua tahun menjelang Pilpres 2019 lebih baik dibanding yang dimiliki Presiden SBY 2 tahun menjelang pilpres 2009,” ujar Jayadi.

Kedua, persepsi masyarakat terkait kondisi ekonomi, politik, hukum dan keamanan pada dua tahun jelang pilpres lebih baik dibanding sebelumnya. Jayadi mengatakan, persepsi masyarakat terkait perbaikan bidang di atas meningkat dibanding tahun sebelumnya. Persepsi tertinggi dicapai dalam bidang infrastruktur umum seperti jalan umum. Selain itu perbaikan pelayanan kesehatan dan pemberantasan terorisme.

Namun, persepsi yang rendah masih dialami terkait kehidupan yang menyentuh pribadi secara langsung seperti pekerjaan (pengangguran) dan kemiskinan (daya beli). Namun, kata Jayadi, secara keseluruhan, warga umumnya optimistis dengan ekonomi rumah tangga dan nasional ke depan.

Terkait kondisi politik, penegakan hukum dan keamanan serta ketertiban, warga yang menilai positif lebih besar dibanding sebaliknya. “Dalam tiga tahun terakhir kecenderungannya semakin positif,” ujarnya. (Very)

Artikel Terkait