INDONEWS.ID

  • Minggu, 21/07/2019 19:55 WIB
  • Dinasti Djojohadikusumo Generasi 4.0

  • Oleh :
    • hendro
Dinasti Djojohadikusumo Generasi 4.0
Rahayu Saraswati Djojohadikusumo

Jakarta, INDONEWS.ID - Sejak Sabtu 19 Juli 2019 beredar chat Rahayu Saraswati Djojohadikusumo lahir 27 Januari 1986 masuk bursa cawagub DKI yang akan diproses oleh DPRD hasil pileg 2019 yang dikuasai trio PDIP Gerindra PSI. Sebagai produk rekonsiliasi MRT Lebakbulus maka Presiden Jokowi mendukung lajunya Sara yang bila terpilih oleh DPRD DKI pada bulan Juni 2019 ini baru akan berusia 33 tahun akan menjadi wagub DKI wanita termuda dalam sejarah DKI dan RI.  Ia seolah mengikuti tradisi dan DNA kakeknya Sumitro Djojohadikusumo yang pada usia 33 tahun menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada Kabinet Natsir 6 Sep 1950-27 April 1951) Setelah itu 2 kali  jadi Menkeu Kabinet Wilopo (3/4/1952- 30/7/1953) dan Kabinet Burhanudin  Harahap (12/8/55-24/3/56)

Tanggal 15 Februari 1958 meletus pemberontakan PRRI/Permesta yang diproklamirkan oleh Letkol Achmad Hussein di Padang. Susunan kabinet PRRI Permesta adalah sbb:.
•    Mr. Sjafruddin Prawiranegara sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri Keuangan,
•    Mr. Assaat Dt. Mudo sebagai Menteri Dalam Negeri, Dahlan Djambek sempat memegangnya sebelum Mr. Assaat sampai di Padang,
•    Kol. Maludin Simbolon sebagai Menteri Luar Negeri,
•    Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo sebagai Menteri Perhubungan dan Pelayaran,
•    Muhammad Sjafei sebagai Menteri PPK dan Kesehatan,
•    J.F. Warouw sebagai Menteri Pembangunan,
•    Saladin Sarumpaet sebagai Menteri Pertanian dan Perburuhan,
•    Muchtar Lintang sebagai Menteri Agama,
•    Saleh Lahade sebagai Menteri Penerangan,
•    Ayah Gani Usman sebagai Menteri Sosial,
•    Kol. Dahlan Djambek sebagai Menteri Pos dan Telekomunikasi setelah Mr. Assaat sampai di Padang.

Baca juga : Siapkan Penyusunan Peraturan Pembangunan Ekonomi Jangka Panjang, Delegasi Baleg DPR RI Berdiskusi dengan Pemerintah Kenya

Sumitro meninggalkan ibukota Jakarta langsung mencari “suaka” politik di Singapura dan Malaya. Selama 10 tahun Sumitro dan keluarga hidup di perantauan dan baru kembali setelah Orde Baru melengserkan Presiden Sukarno melalui tahapan Supersemar 11 Maret 1966, Sidang Umum ke-IV MPRS yang mengukuhkan Pengembang Supersemar Jendral Soeharto sebagai pejabat presiden bila presiden berhalangan.  

Setelah itu pada 12 Maret 1967 diselenggarakan Sidang Istimewa pengangkatan Soeharto sebagai Pejabat Presiden dan setahun kemudian SU MPRS ke-V mengangkat Soeharto sebagai presiden sejak 27 Maret 1968  Sumitro akan menjadi Lazarus politik, politisi yang sudah keluar dari lingkar kekuasaan, kembali diangkat jadi Menteri Perdagangan Kabinet Pembangunan  I pada 6 Juni 1968 Pada kabinet Pembangunan II, Sumitro akan dipindahkan ke Menteri Negara Riset dan dalam kapasitas itu menyelenggarakan studi Indonesia tahun 2000  dilaksanakan secara tehnis  oleh DR Hendra Esmara dan DR Thee Kian Wie.   Jabatan menteri ini berakhir 1978 dan baru 1983 terjadi hubungan perbesanan antara Presiden Soeharto dengan Prof Sumitro ketika putranya Prabowo Subyanto menikah dangan Mbak  Titiek Soeharto.  

Baca juga : Bakti Sosial dan Buka Puasa Bersama Alumni AAU 93 di HUT TNI AU ke-78

Putra tunggal perkawinan yang sudah bercerai itu menghasilkan Didiet Ragawa yang berprofesi seperti putra alm Mohamad Yamin, Rahadian Yamin di bidang fashion designer atau ekonomi kreatif dalam istilah generasi milenial sekarang ini. Dinasti Sumitro ini sudah mempunyai riwayat pejuang aktivis politik sejak Margono Djojohadikusumo yang lahir 16 Mei 1894, mendapat kepercayaan untuk mendirikan Bank Negara Indonesia (BNI) pada 5 Juli 1946.

Margono adalah Ketua pertama Dewan Pertimbangan Agung Sementara yang dibentuk 19 Agustus 1945 pada waktu Margono berumur 51 dan Bung Karno 44 tahun. Sedang Prof DR Smitro yang lahir 1917, pada usia 29 tahun sejak 1946 sudah menjadi anggota delegasi RI ke sidang sidang PBB merundingkan konflik Indonesia Belanda. 

Baca juga : Satgas BLBI Tagih dan Sita Aset Pribadi Tanpa Putusan Hukum

Pemberontakan PRRI/Permesta memang memperoleh amnesti dan abolisi bagi sisa yang masih hidup sedang yang sudah telanjur gugur  dalam pertempuran seperti Kolonel Warouw (8 Sep 1917- 15 Okt 1960) dan Kolonel Dahlan Djambek 1925-13 Sep 1961 hanya bisa menyesali nasib malang mereka. 

Pemberontakan PRRI/Permesta membelaah elite Indonesia yang masih menghasilkan “pemaafan dan pengampunan”. Sebaliknya pemberontakan G30S menghancurkan seluruh sistim organisasi PKI dan korban jutaan massa yang terbantai setara democide Camboda dibawah Pol Pot. Suatu dendam kesumat akibat kebrutalan oknum kroco dalam penculikan para jendral yang dibunuh menimbulkan aksi balas diluar norma konflik politik konvensional menjadi pembantaian 1965. 

Kudeta politik itu diperparah dengan kondisi ekonomi yang semakin terpuruk pasca sanering Rup 1000 yang lama diganti dengan Rp. 1 uang baru pada 13 Des 1965, sehingga kabinet Presiden Sukarno harus direshuffle 4 kali dalam  periode 21 Februari 1966- 25 Juli 1966. Sejarah pasca  G30S dan 32 tahun Orde Baru telah kita kenal semua. Fast Forward ke 2019. Prof Sumitro wafat sambil membawa ketidakpuasan atas pemecatan anaknya oleh mantan mertua akibat peristiwa The Rape of Jakarta Mei 1998. 

Setelah melampaui masa “paceklik politik” Prabowo berhasil mengorbitkan diri 2 kali jadi capres menghadapi lawan yang sama, yang bukan berasal dari dinasti elite Jakarta, Joko Widodo sebagai pendatang baru yang melejit dari walikota Solo, Gubenur DKI langsung ke Presiden RI ke-7.  

Setelah drama pilpres berseri bagai sinetro silat maka mendadak terjadilan suatu rekonsiliasi kejutan 13 Juli 2019 disusul dengan menrorbitnya Rahayu Saraswati menjadi cawagub DKI yang direstui oleh Presiden Jokowi dan pakde Rahayu yang akan digelar usai pelantikan DPRD  DKI hasil pemilu 2019.  Jika Saraswati terplih sebagai cawagub maka ia akan menjadi figure Generasi 4.0 generasi milenial yang lahir 1986 mengikuti jejak kakeknya yang umur 33 jadi menteri kabinet. 

Saraswati akan jadi Wagub wanita DKI pertama termuda dalam sejarah DKI RI.  Semoga tampilnya Saraswati ini benar benar bisa mengakhiri riwayat pemberontakan di Indonesia sejak kudeta 3 Juli 1946 Tan Malaka,  PKI Muso Madiun 1949, DI/TII?NII Kartosuwiryo, PRRI/Permesta G30S PKI dan kaum radikal ideologi ISIS Kalifah. 

Kita semua kembali ke Pancasila, jalan tengah yang merupakan Middle Way Universal dunia pasca Perang Dingin melampaui Perang Peradaban (the Clash of Civilizations). Selamat memasuki kancah ring 1 politik RI untuk generasi 4.0 diawali dengan Wagub Saraswati Djojohadikusumo. 
(Penulis Pengamat politik dan sosial Christianto Wibisono)

Artikel Terkait
Siapkan Penyusunan Peraturan Pembangunan Ekonomi Jangka Panjang, Delegasi Baleg DPR RI Berdiskusi dengan Pemerintah Kenya
Bakti Sosial dan Buka Puasa Bersama Alumni AAU 93 di HUT TNI AU ke-78
Satgas BLBI Tagih dan Sita Aset Pribadi Tanpa Putusan Hukum
Artikel Terkini
Siapkan Penyusunan Peraturan Pembangunan Ekonomi Jangka Panjang, Delegasi Baleg DPR RI Berdiskusi dengan Pemerintah Kenya
Bakti Sosial dan Buka Puasa Bersama Alumni AAU 93 di HUT TNI AU ke-78
Satgas BLBI Tagih dan Sita Aset Pribadi Tanpa Putusan Hukum
Gelar Rapat Koordinasi Nasional, Pemerintah Lanjutkan Rencana Aksi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan
Pj Bupati Maybrat Diterima Asisten Deputi Bidang Pengembangan Kapasitas SDM Usaha Mikro
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas